Berharap Amalan Diterima, Berharap Berjumpa dengan Ramadhan Berikutnya
Duhai saudariku muslimah, masih lekat di benak kita, masih demikian
indah nuansanya di pelupuk mata dan masih terhias indah di hati kita,
semaraknya Ramadhan yang telah meninggalkan kita. Kini hari-hari yang
kita jalani setelahnya semoga lebih baik dari sebelum Ramadhan tiba.
Jangan sampai keadaan kita usai Ramadhan justru lebih buruk dari sebelum
Ramadhan datang menjumpai kita. Allahul Musta’aan
Perlu diketahui duhai Saudariku Muslimah, al-Mu’alla bin Fadhl mengatakan bahwa
كانوا يدعون الله ستة أشهر أن يبلغهم شهر رمضان ثم يدعون الله ستة أشهر أن يتقبله منهم
“Para salaf (sahabat) biasa memohon kepada Allah selama enam bulan
agar dapat berjumpa dengan bulan Ramadhan. Kemudian enam bulan sisanya,
mereka memohon kepada Allah agar amalan mereka diterima.”
Demikianlah keadaan para salaf dengan kedalaman ilmu dan baiknya amal mereka rahimahumullah.
Adapun kita seharusnya lebih bersungguh-sungguh dalam berdo’a agar amal
kita diterima di Ramadhan yang telah lalu dan agar dipertemukan dengan
Ramadhan berikutnya. Namun, sudahkah yang seharusnya kita lakukan ini
sejalan dengan realita yang ada? Sungguh, setiap jiwa menjadi saksi atas
dirinya masing-masing, meskipun ia mengungkapkan berbagai alasan dalam
menjawabnya. Semoga Allah Subhanahuwa Ta’alaa meneguhkan kita untuk menapaki jejak para pendahulu kita yang shalih rahimahumullah.
Duhai saudariku muslimah, semoga Allah ‘Azza wa Jalla mengistiqamahkan
kita di atas kebaikan hingga ajal menjemput kita. Terdapat beberapa hal
yang hendaknya senantiasa kita renungkan selepas Ramadhan, diantaranya
adalah firman Allah Subhanahu wa Ta’alaa
ÙŠَا Ø£َÙŠُّÙ‡َا الَّØ°ِينَ آمَÙ†ُوا Ùƒُتِبَ عَÙ„َÙŠْÙƒُÙ…ُ الصِّÙŠَامُ ÙƒَÙ…َا Ùƒُتِبَ عَÙ„َÙ‰ الَّØ°ِينَ Ù…ِÙ†ْ Ù‚َبْÙ„ِÙƒُÙ…ْ Ù„َعَÙ„َّÙƒُÙ…ْ تَتَّÙ‚ُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa
sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu
bertaqwa.” (QS. Al-Baqarah: 183).
Perhatikanlah duhai saudariku muslimah yang semoga Allah Subahanahuwa Ta’alaa
melimpahkan rahmat-Nya kepada kita bahwasanya puasa diwajibkan agar
kita menjadi pribadi yang bertaqwa. Jika disimpulkan dari berbagai
pendapat ulama, makna taqwa berporos pada aktivitas menjalankan
perintah-perintah Allah dan meninggalkan larangan-larangan-Nya.
Taqwa ini merupakan buah yang seharusnya dipetik oleh seorang mukmin
setelah mereka menjalankan puasa Ramadhan. Sebulan penuh kita diharuskan
menjalankan puasa, ditambah amalan-amalan mulia lainnya dengan janji
pelipatgandaan pahala yang sangat menggiurkan jiwa-jiwa yang merindukan
syurga-Nya. Pada bulan tersebut Allah ‘AzzawaJalla membantu pula dengan dikekangnya setan-setan yang durhaka sehingga kita dimudahkan untuk melatih diri kita dalam ketaatan.
Pada bulan tersebut kita sekedar mengekang hawa nafsu kita di atas
ketaatan dan meninggalkan kemaksiatan. Meskipun demikian, tak jarang
kita saksikan sebagian kaum muslim yang di bulan Ramadhan tetap saja
berbuat maksiat, bahkan puasa pun tidak, serta sulit menjalankan
ketaatan-ketaatan. Hal yang demikian tentunya merupakan musibah besar
bagi pribadi muslim, karena kesulitan menjalankan ketaatan di bulan
Ramadhan harusnya dilawan. Jika tidak demikian maka akan semakin sulit
menjalankan ketaatan di luar bulan Ramadhan. Hal itu karena setan yang
durhaka dilepaskan kembali ketika Ramadhan berakhir sehingga hawa nafsu
akan semakin menjerat diri dengan bantuan setan-setan tersebut. Duhai
Saudariku Muslimah, semoga Allah Subhanahu wa Ta’alaa menyelamatkan kita dari musibah semacam itu.
Berbahagialah duhai saudariku muslimah, jika selama Ramadhan kemarin
jiwamu demikian ringan diajak menjalankan ketaatan dan hawa nafsumu
demikian mudah dikekang dari kemaksiatan, karena itu tentunya banyak
amalan-amalan mulia yang dapat kita rutinkan untuk mendidik jiwa kita
terbiasa menjalankan ketaatan setelah Ramadhan. Dengan demikian, kita
berharap jiwa kita lebih mudah dibawa menuju istiqamah di hari-hari
selain Ramadhan ketika setan dilepaskan dan kita pun harus melawannya
pula, selain musuh dalam diri kita yaitu hawa nafsu.
Duhai Saudariku Muslimah yang semoga Allah memuliakan kita di dunia
dan di akhirat kelak, selama Ramadhan kita telah dilatih untuk untuk
bertaqwa melalui ikhlash dengan tetap menahan lapar dan haus meskipun tak ada seorang pun disekitar kita. Kita juga dilatih untuk ittiba’dengan berusaha mengikuti sunnah-sunnah Rasulullah shallallah ‘alaihiwasallam. Demikian pula, kita dilatih untuk menahanhawanafsu dengan berusaha menahan amarah ketika dihinakan atau bahkan nafsu makan dan minum. Kita juga dilatih untuk sabar
dengan ketiga tingkatannya yaitu sabar dalam ketaatan dengan berusaha
melaksanakan ibadah puasa dengan dibarengi tarawihnya di malam hari,
sahur di akhir waktu dan menyegerakan berbuka serta menyuburkan Ramadhan
dengan banyak berdzikir dan berbuat baik.
Kita juga dilatih untuk dermawan dengan merasakan
kondisi si miskin yang terkadang tidak makan sama sekali dalam sehari
sehingga jiwa merasakan penderitaan orang lain dan terpacu untuk lebih
dermawan kepada si papa. Kita dilatih untuk menjagawaktu
dengan senantiasa menghindari pembicaraan yang sia-sia dan membuang
waktu serta berusaha setiap guliran waktu bernilai ibadah di sisi-Nya.
Kemudian kita dilatih pula untuk mengamalkan shalatmalam(tahajud) dengan terlatih bertarawih di bulan Ramadhan, menjadikan jiwa mudah untuk shalat di malam hari. Kita dididik untuk puasa
dengan kewajiban puasa di bulan Ramadhan menjadikan kita terlatih untuk
mengamalkan sunnah-sunnah puasa seperti puasa senin dan kamis, puasa ayyaamulbiidh, puasa hari arafah dan yang lainnya. Termasuk latihan membaca Al-Qur’an
dengan usaha kita mengkhatamkan Al-Qur’an dan mentadaburinya di bulan
Ramadhan, dan tadabur inilah tujuan dibacanya Al-Qur’an yang merupakan
bentuk dzikir yang paling utama. Sebagaimana disebutkan di suatu riwayat
bahwasanya Ibnu ‘Umar menghafal Al-Baqarah selama 8 tahun, bukan karena
beliau pemalas, sungguh jauhnya shahabat dari sifat tersebut. Tetapi
hal itu terjadi karena beliau menghafal beserta tadabur ayat-ayat yang
dihafalkannya. Hendaknya kita senantiasa menjadikan kegiatan ini terus
berlangsung selepas Ramadhan. Dengan demikian, hendaknya kita
istiqamahkan amalan-amalan tersebut setelah berlalunya Ramadhan hingga
kita menyambut Ramadhan berikutnya.
Duhai saudariku muslimah, kini kita telah memasuki bulan Dzulqa’dah,
untuk kemudian menyambut bulan Dzulhijjah. Guliran waktu akan terus
berputar dan teruskanlah amalan-amalan yang telah kita latih di bulan
Ramadhan. Bertaqwalah kepada Allah SubhanahuwaTa’alaa karena
itulah tujuan diwajibkannya puasa bagi kita, yang dengan taqwa itulah
kita akan dapatkan jalan keluar urusan-urusan kita beserta rizki yang
datang dari arah yang tak disangka-sangka. Jagalah Allah ‘AzzawaJalla dengan menjalankan perintah-Nya, menjauhi larangan-Nya, serta menjaga batasan-batasan yang telah ditetapkan-Nya maka Allaah TabaarakawaTa’alaa pasti
akan menjaga kita dengan pertolongan dan penjagaan-Nya berupa penjagaan
diri kita, agama kita, keturunan kita dan penjagaan ketika kita sakaratulmaut dengan dikokohkannya lisan kita untuk mengucapkan LaaIlaaha Illallaah . Allahul Musta’aan
-------------------------------
Disarikan dari:
- Al Qur’an Al Karim wa Tarjamatu Ma’aaniihi ila Al Lughati Al Andunisiyyah. Madinah.
- Nasihat Bagi Muslim Selepas Ramadhan (Rekaman). Ustadz Badrussalam. Radio Rodja. Bogor.
- Panduan Ramadhan, bekal meraih berkah ramadhan. Muhammad Abduh Tuasikal. Pustaka Muslim. Yogyakarta.
0 komentar:
Posting Komentar