Untukmu…Yang Dirundung Rindu dan Sendu (Bag.2)
5. Kecenderungan hati itu soal selera…
Berbicara tentang kecenderungan hati, sifatnya relatif sukar untuk dipaksa dan sangat bergantung dengan selera pribadi. Oleh karena itu, hendaknya tidak usah banyak menyalahkan diri, plus dibumbui rasa rendah diri,
Berbicara tentang kecenderungan hati, sifatnya relatif sukar untuk dipaksa dan sangat bergantung dengan selera pribadi. Oleh karena itu, hendaknya tidak usah banyak menyalahkan diri, plus dibumbui rasa rendah diri,
” Apakah saya kurang rupawan …hingga semua ini harus berakhir dengan penolakan?”…
“Apa saya begitu buruk dan kurang berharga? sehingga penolakan ini layak saya terima?”
“Apa saya begitu buruk dan kurang berharga? sehingga penolakan ini layak saya terima?”
Bantahlah perasaan itu dan katakan “tidak” pada diri Anda!
Anda berharga dan penolakan itu sedikit banyak berhubungan dengan selera dan parameter kriteria! Jadi, tidak usah terlalu dipikir laksana hidup dalam duka nestapa.
Anda berharga dan penolakan itu sedikit banyak berhubungan dengan selera dan parameter kriteria! Jadi, tidak usah terlalu dipikir laksana hidup dalam duka nestapa.
Kami akan mengajak Anda untuk berfikir logis dan menganalisa tentang sebuah peristiwa. Seseorang “bermimpi” dan membuat gambaran ideal di pikirannya tentang pasangan idaman masa depan. Dia bisa jadi memimpikan pasangan yang bagus rupa dan akhlaknya; mengetahui perkara agamanya dan berusaha komitmen terhadap ajaran agama, baik dalam teori maupun prakteknya; dia ingin pasangan yang begini dan begitu.
Akan tetapi, pada alam nyata, dia dihadapkan pada calon yang kurang
sesuai dengan alam impiannya. Sikap apa yang akan diambilnya? mundur
dengan teratur dan mencari yang lain saja…atau dia tidak keberatan
“dipaksa” berdamai dengan kenyataan, kendatipun harus sedikit
meruntuhkan bangunan idealisme yang telah dirancang? Kalaulah dia bukan
tipe yang terlalu idealis, melainkan orang terlahir dengan sifat
fleksibel; mudah menerima terhadap apa yang ada (muqtani’: orang yang qana’ah); dan punya sifat dasar penyabar…itu tidak terlalu jadi soal.
Beda halnya kalau dia adalah sosok yang cukup idealis (atau bahkan
seorang idealis sejati dan perfeksionis), maka pada umumnya dia lebih
suka mengambil langkah mundur, dibanding jika dia dipaksa menerima itu
semua. Sebenarnya seseorang yang pada asalnya punya karakter dasar
idealis pun bisa saja belajar berlapang dada terhadap kenyataan. Dia
akan berusaha menerima kekurangan calon pasangan yang kurang sesuai
dengan standar impiannya, kemudian dia belajar mengekang desakan
idealismenya -bahkan egonya- dengan tali kekang syariat, agar dia tidak
sampai menzhalimi pasangannya kelak, meskipun tidak terlalu sesuai
dengan apa yang dia impikan.
Apabila memang dia ternyata memaksakan diri menerima kenyataan yang
ada, minimal respon awalnya yang biasa terjadi adalah menggerutu [entah
dalam hati ataupun dinampakkan]. Reaksi berupa gerutuan saja itu masih
sangatlah lumayan dibanding dia harus dipaksa/memaksakan diri menerima,
tapi ujung-ujungnya suatu saat nanti pasangannya tersebut akan dizhalimi
dengan cara tidak terlalu diperhatikan haknya atau kezhaliman dalam
bentuk lain; atau malah harus berakhir dengan perceraian yang
memilukan, karena jiwanya masih berhasrat dan bernafsu menggapai
pendekatan kriteria impian.
Kini saatnya sebuah jawaban atas suatu pertanyaan patut Anda
renungkan, wahai orang yang mengalami penolakan. Manakah yang Anda lebih
sukai, calon pasangan Anda yang sedang berusaha memenuhi impiannya itu
menolak Anda di awal, atau calon pasangan Anda itu memaksakan dirinya
menerima Anda, namun sangat mungkin akan terjadi hal-hal yang kurang
Anda sukai dan banyak mengecewakan Anda nantinya? Lebih sedikit manakah
madharatnya bagi diri Anda?
6. Buka mata, buka hati dan petiklah hikmah di balik setiap kejadian
Menyitir petuah bijak yang sering kita baca,
Menyitir petuah bijak yang sering kita baca,
Tatkala mendung menggelayut, kita pun bersedih kehilangan mentari…
Tapi tak lama kemudian, Allahu akbar!…
Ternyata Allah hendak memberi kita indahnya bias pelangi….
Maka dari itulah, petiklah hikmah di balik musibah, yang bisa diibaratkan,
Tapi tak lama kemudian, Allahu akbar!…
Ternyata Allah hendak memberi kita indahnya bias pelangi….
Maka dari itulah, petiklah hikmah di balik musibah, yang bisa diibaratkan,
Memetik setangkai mawar nan indah dan mewangi, di antara semak
belukar yang penuh duri…kendati menyebabkan jari kita terluka tatkala
meraihnya…
Apakah hikmah yang bisa kita peroleh dari kejadian itu?
Hikmah diturunkannya musibah bagi tiap pribadi secara umum diantaranya,
Apakah hikmah yang bisa kita peroleh dari kejadian itu?
Hikmah diturunkannya musibah bagi tiap pribadi secara umum diantaranya,
a) Digugurkan sebagian dosa-dosa nya
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَا يُصِيبُ الْمُسْلِمَ مِنْ نَصَبٍ وَلاَ وَصَبٍ وَلاَ هَمٍّ وَلاَ
حُزْنٍ وَلاَ أَذًى وَلاَ غَمٍّ حَتَّى الشَّوْكَةِ يُشَاكُهَا ، إِلاَّ
كَفَّرَ اللَّهُ بِهَا مِنْ خَطَايَاهُ
“Tidaklah rasa capek, rasa sakit (yang terus menerus),
kekhawatiran, rasa sedih, gangguan, kesusahan yang menimpa seorang
muslim sampai duri yang menusuknya kecuali Allah akan menghapus
dosa-dosanya dengan musibah tersebut.” (HR. Bukhari no. 5641, Muslim no. 1792)
b) Diangkat derajatnya
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَا يُصِيْبُ الْمُؤْمِنَ مِنْ شَوْكَةٍ فَمَا فَوْقَهَا إِلاَّ رَفَعَهُ اللهُ بِهَا دَرَجَةً أَوْ حَطَّ عَنْهُ خَطِيْئَةً
“Jika ada sebuah duri mengenai seorang mukmin atau musibah yang
lebih besar dari itu maka Allah akan mengangkat derajatnya atau
menggugurkan dosanya, dengan sebab musibah itu.” (HR. Muslim no.6507 )
c) Pertanda Allah mencintai dan menghendaki kebaikan baginya
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ عِظَمَ الْجَزَاءِ مَعَ عِظَمِ الْبَلاَءِ وَإِنَّ اللَّهَ إِذَا
أَحَبَّ قَوْمًا ابْتَلاَهُمْ فَمَنْ رَضِىَ فَلَهُ الرِّضَا وَمَنْ سَخِطَ
فَلَهُ السُّخْطُ
“Sesungguhnya besarnya balasan sebanding dengan beratnya ujian.
Karena itu, jika Allah mencintai suatu kaum, maka Allah akan memberikan
cobaan kepada mereka. Barangsiapa ridha, maka Allah pun ridha. Dan
barangsiapa murka, maka baginya murka Allah.” (HR. Tirmidzi no.2396, Syaikh Al-Albani berkata, “hasan shahih”, Maktabah Syamilah)
Adapun hikmah secara khusus berkaitan dengan pribadi tersebut
contohnya: Bisa jadi Allah justru memberikan waktu bagi orang tersebut
untuk lebih mempersiapkan bekal guna mengarungi pernikahan, seperti
menuntut ilmu syar’i ataupun selainnya…karena kita tidak akan pernah
tahu bagaimana hidup dan akhir kehidupan kita kelak; seperti apa
pasangan yang kita dapatkan; akan berada di manakah kita setelah
pernikahan. Maka dari itulah, bisa jadi penolakan itu baik akibatnya
bagi Anda, sebagai sarana untuk lebih menempa diri Anda menjadi sosok
yang lebih baik.
‘Ala kulli haal…Allah lebih tahu apa yang terbaik bagi para
hambaNya. Suatu kebaikan dalam penilaian kita, belum tentu baik di sisi
Allah Subhanahu wa Ta’ala. Tidak ada keburukan dalam penetapan takdir
sehubungan dengan takdir itu merupakan perbuatan Allah. Apa yang Allah
lakukan, tentu seluruhnya mengandung kebaikan. Adapun yang buruk
sehubungan dengan takdir, terletak pada dzat maqdurnya (bentuk
takdirnya).
Contoh studi kasus: ditolak calon pasangan, sehingga sampai kini belum menikah.
Jika kita tinjau dari dzat maqdurnya (terjadinya penolakan itu sendiri), penolakan ini dipandang buruk, sehingga jiwa seseorang tidak menyukainya. Akan tetapi, jika dilihat dari kerangka sudut pandang lain, justru suatu hal yang dianggap buruk ini malah membawa kebaikan.
Jika kita tinjau dari dzat maqdurnya (terjadinya penolakan itu sendiri), penolakan ini dipandang buruk, sehingga jiwa seseorang tidak menyukainya. Akan tetapi, jika dilihat dari kerangka sudut pandang lain, justru suatu hal yang dianggap buruk ini malah membawa kebaikan.
…فَعَسَى أَنْ تَكْرَهُوا شَيْئًا وَيَجْعَلَ اللَّهُ فِيهِ خَيْرًا كَثِيرًا (19
“…Karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak.” (Qs. An-Nisaa’: 19)
…وَعَسَى أَنْ تَكْرَهُوا شَيْئًا وَهُوَ خَيْرٌ لَكُمْ وَعَسَى أَنْ
تُحِبُّوا شَيْئًا وَهُوَ شَرٌّ لَكُمْ وَاللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنْتُمْ لاَ
تَعْلَمُونَ (216
“…Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu,
dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu padahal ia amat buruk bagimu, Allah
mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (Qs. Al-Baqarah: 216)
Di antara rahasia ayat ini dan hikmahnya adalah, bahwa Allah
mengharuskan hambaNya untuk bersikap pasrah kepada Dzat Yang Mengetahui
berbagai akibat urusannya. Allah pun mengharuskan setiap hamba agar
ridha dengan apa yang Dia tentukan atasnya, karena dia mengharap padaNya
untuk memberi hal yang terbaik bagi hamba tersebut.
“..di antara belas kasih Allah kepada hambaNya ialah mungkin jiwa
hamba menginginkan salah satu hal keduniaan, yang mana ia menganggap,
dengan hal itu dia dapat mencapai tujuannya. Tapi Allah mengetahui bahwa
itu merugikan dan menghalanginya dari sesuatu yang bermanfaat baginya,
lalu Dia pun menghalangi antara dirinya dengan keinginannya itu,
sehingga hamba tersebut dalam keadaan tidak suka, sementara itu ia tidak
mengetahui bahwa Allah telah berbelas kasih kepadanya , di mana Dia
memberikan perkara yang bermanfaat baginya dan memalingkan perkara yang
merugikan dirinya.” (Kupas Tuntas Masalah Takdir hal.48, dengan sedikit
editan pada segi penulisan)
Hikmah dari sisi lain, mungkin tidak untuk saat ini langsung dirasa,
tapi bisa jadi suatu saat nanti…atau malah di akhirat kelak. Bisa jadi
dengan cobaan ini, sebagai peluang Anda meraup berbagai macam pahala.
Baik pahala atas usaha Anda dalam berjuang menyempurnakan separuh dien’
atau pahala atas kesabaran yang diiringi keikhlasan dan keridhaan;
pahala atas sikap tawakkal Anda setelah berusaha; pahala karena Anda
banyak berdoa dan menjadi lebih dekat dengan Allah (karena mungkin
sebelum ada kejadian ini Anda banyak melalaikanNya); atau pahala lain
yang erat kaitannya dengan reaksi sikap Anda ketika ditimpa musibah ini.
Jika Anda bisa menangkap peluang itu, niscaya hal tersebut akan
mempermudah Anda untuk meretas jalan menuju FirdausNya. Apakah Anda
tidak suka menjadi “Hamba Perindu FirdausNya?!”
7. Banyak berdoa’
…
مَا أَصَابَ أَحَدًا قَط هَمٌّ وَلاَ حُزْنٌ فَقَالَ: (اللَّهُمَّ إِنِّيْ عَبْدُكَ ابْنُ عَبْدِكَ ابْنُ أَمَتِكَ نَاصِيَتِيْ بِيَدِكَ مَاضٍ فِيَّ حُكْمُكَ عَدْلٌ فِيَّ قَضَاؤُكَ أَسْأَلُكَ بِكُلِّ اسْمٍ هُوَ لَكَ سَمَّيْتَ بِهِ نَفْسَكَ أَوْ عَلَّمْتَهُ أَحَدًا مِنْ خَلْقِكَ أَوْ أَنْزَلْتَهُ فِيْ كِتَابِكَ أَوْ اسْتَأْثَرْتَ بِهِ فِيْ عِلْمِ الْغَيْبِ عِنْدَكَ أَنْ تَجْعَلَ الْقُرْآنَ رَبِيْعَ قَلْبِيْ وَنُوْرَ صَدْرِيْ وَجَلاَءَ حُزْنِيْ وَذَهَابَ هَمِّيْ) إلا أذهب الله همه وحزنه وأبدله مكانه فرجا قال فقيل يا رسول الله ألا نتعلمها فقال بلى ينبغي لمن سمعها أن يتعلمها
مَا أَصَابَ أَحَدًا قَط هَمٌّ وَلاَ حُزْنٌ فَقَالَ: (اللَّهُمَّ إِنِّيْ عَبْدُكَ ابْنُ عَبْدِكَ ابْنُ أَمَتِكَ نَاصِيَتِيْ بِيَدِكَ مَاضٍ فِيَّ حُكْمُكَ عَدْلٌ فِيَّ قَضَاؤُكَ أَسْأَلُكَ بِكُلِّ اسْمٍ هُوَ لَكَ سَمَّيْتَ بِهِ نَفْسَكَ أَوْ عَلَّمْتَهُ أَحَدًا مِنْ خَلْقِكَ أَوْ أَنْزَلْتَهُ فِيْ كِتَابِكَ أَوْ اسْتَأْثَرْتَ بِهِ فِيْ عِلْمِ الْغَيْبِ عِنْدَكَ أَنْ تَجْعَلَ الْقُرْآنَ رَبِيْعَ قَلْبِيْ وَنُوْرَ صَدْرِيْ وَجَلاَءَ حُزْنِيْ وَذَهَابَ هَمِّيْ) إلا أذهب الله همه وحزنه وأبدله مكانه فرجا قال فقيل يا رسول الله ألا نتعلمها فقال بلى ينبغي لمن سمعها أن يتعلمها
“Tidaklah seseorang ditimpa suatu kegundahan maupun kesedihan lalu dia berdo’a:
اللَّهُمَّ إِنِّيْ عَبْدُكَ ابْنُ عَبْدِكَ ابْنُ أَمَتِكَ نَاصِيَتِيْ
بِيَدِكَ مَاضٍ فِيَّ حُكْمُكَ عَدْلٌ فِيَّ قَضَاؤُكَ أَسْأَلُكَ بِكُلِّ
اسْمٍ هُوَ لَكَ سَمَّيْتَ بِهِ نَفْسَكَ أَوْ عَلَّمْتَهُ أَحَدًا مِنْ
خَلْقِكَ أَوْ أَنْزَلْتَهُ فِيْ كِتَابِكَ أَوْ اسْتَأْثَرْتَ بِهِ فِيْ
عِلْمِ الْغَيْبِ عِنْدَكَ أَنْ تَجْعَلَ الْقُرْآنَ رَبِيْعَ قَلْبِيْ
وَنُوْرَ صَدْرِيْ وَجَلاَءَ حُزْنِيْ وَذَهَابَ هَمِّيْ
“Ya Allah, sesungguhnya saya adalah hamba-Mu, putra hamba
laki-laki-Mu, putra hamba perempuan-Mu, ubun-ubunku ada di Tangan-Mu,
telah berlalu padaku hukum-Mu, adil ketentuan-Mu untukku. Saya meminta
kepada-Mu dengan seluruh Nama yang Engkau miliki, yang Engkau
menamakannya untuk Diri-Mu atau yang Engkau ajarkan kepada seseorang
dari makhluk-Mu atau yang Engkau turunkan dalam kitab-Mu atau yang
Engkau simpan dalam ilmu ghaib yang ada di sisi-Mu. Jadikanlah Al-Qur`an
sebagai musim semi (penyejuk) hatiku dan cahaya dadaku, pengusir
kesedihanku serta penghilang kegundahanku.” Maka akan Allah hilangkan
kegundahan dan kesedihannya dan akan diganti dengan diberikan jalan
keluar dan kegembiraan.” Tiba-tiba ada yang bertanya: “Ya Rasulullah,
tidakkah kami ajarkan do’a ini (kepada orang lain)”? Maka Rasulullah
menjawab: “Ya, selayaknya bagi siapa saja yang mendengarnya agar
mengajarkannya (kepada yang lain).”
(HR. Ahmad no.3712 dari ‘Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, dishahihkan Asy-Syaikh Al-Albani)
اللَّهُمَّ إِنِّيْ أَعُوْذُ بِكَ مِنَ الْهَمِّ وَالْحَزَنِ وَالْعَجْزِ
وِالْكَسَلِ وَالْبُخْلِ وَالْجُبْنِ وَضَلَعِ الدَّيْنِ وَغَلَبَةِ
الرِّجَالِ
“Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari gundah
gulana, sedih, lemah, malas, kikir, penakut, terlilit hutang dan dari
tekanan/penindasan orang lain.” (HR. Al-Bukhari 7/158 dari Anas radhiyallahu ‘anhu)
8. Menjauhlah dari jerat perangkap setan
Sesungguhnya setan merupakan musuh utama bagi manusia. Setan senantiasa menyesatkan manusia lewat celah terlemah yang ada pada manusia. Berhati-hatilah dari tipu daya yang disisipkannya, lewat musibah yang menimpa diri Anda.
Sesungguhnya setan merupakan musuh utama bagi manusia. Setan senantiasa menyesatkan manusia lewat celah terlemah yang ada pada manusia. Berhati-hatilah dari tipu daya yang disisipkannya, lewat musibah yang menimpa diri Anda.
Peringatan khusus bagi wanita:
Cara berpikir dan bertindak wanita seringkali didominasi perasaannya.
Maka waspadalah terhadap titik kekuatan sekaligus kelemahan wanita ini.
Sangatlah mungkin bagi setan menyeret Anda untuk larut dalam duka,
hingga akhirnya dia berhasil menjerumuskan Anda ke dalam tindakan yang
sia-sia, menghalangi Anda menuju pintu kebaikan, melalaikan Anda dari
mengingatNya dan mengingat hari akhir, bahkan menjerumuskan Anda ke
dalam perbuatan dosa dan berujung dengan siksaan neraka
-wal’iyadzubillaah-.
قَالَ فَبِمَا أَغْوَيْتَنِي لَأَقْعُدَنَّ لَهُمْ صِرَاطَكَ
الْمُسْتَقِيمَ (16) ثُمَّ لَآتِيَنَّهُمْ مِنْ بَيْنِ أَيْدِيهِمْ وَمِنْ
خَلْفِهِمْ وَعَنْ أَيْمَانِهِمْ وَعَنْ شَمَائِلِهِمْ وَلَا تَجِدُ
أَكْثَرَهُمْ شَاكِرِينَ (17
“Iblis menjawab: “Karena Engkau telah menghukum saya tersesat,
saya benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang
lurus. Kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang
mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan
mendapati kebanyakan mereka yang bersyukur (ta’at).” (Qs. Al-A’raf: 16-17)
إِنَّ الشَّيْطَانَ لَكُمْ عَدُوٌّ فَاتَّخِذُوهُ عَدُوًّا إِنَّمَا يَدْعُو حِزْبَهُ لِيَكُونُوا مِنْ أَصْحَابِ السَّعِيرِ (6
“Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh bagimu, maka anggaplah ia
musuh(mu), karena sesungguhnya syaitan-syaitan itu hanya mengajak
golongannya supaya mereka menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala.” (Qs. Fathir: 6)
وَلاَ يَصُدَّنَّكُمُ الشَّيْطَانُ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُبِينٌ (62
“Dan janganlah kamu sekali-kali dipalingkan oleh syaitan; sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu.” (Qs. Az-Zukhruf: 62)
Contoh minimalis (khususnya bagi wanita):
Jika seorang wanita merasa sedih, terlebih ketika keadaan hormon
kurang stabil (baca: dalam kondisi datang bulan), seringkali dia merasa
ada awan hitam menggulung bergelayut di atasnya, sehingga hidupnya pun
tampak berwarna kelabu..bahkan seolah-olah warna hidupnya hitam pekat.
Walhasil seringkali waktunya terbuang untuk banyak terpekur meratapi
tragedi hidup yang dia alami, dan tenggelam menangisi episode kisah
melankolia…sehingga dia banyak melalaikan menuntut ilmu atau banyak
terlupa kewajiban lainnya baik kewajiban yang berhubungan dengan Allah
(ibadah), atau berhubungan dengan orangtua, atau berhubungan dalam
masyarakat ataupun yang lainnya. Kesedihannya itu banyak menghalanginya
melakuan kebajikan, karena hari-hari dan waktunya dipenuhi dengan
luncuran bulir-bulir air mata duka.
Sekarang coba sedikit kita renungkan…
Apakah ada manfaat besar yang kita peroleh jika kita terus-menerus
mengucurkan tetesan bening itu dari mata kita, hanya demi menangis sedih
meratapi nasib, yang kadang terasa bagaikan korban penolakan ternaas
sejagad raya?
Tidak! Bahkan tanggung jawab dan kewajiban Anda sebagai seorang muslim/muslimah sudah mengantri untuk ditunaikan di luar sana.
Sudahkah Anda tuntas menghafal Al-Qur’an bahkan hingga derajat itqan, lalu mengamalkannya?
Sudahkah Anda tuntas mempelajari banyak disiplin ilmu yang berhubungan dengan agama yang mulia ini?
Sudahkah Anda menghafal teks (mutuun) kitab atau kutayyib (buku yang berukuran lebih kecil/buku mini atau buku yang tidak terlampau tebal sebagaimana kitab)?
Sudahkah Anda memegang peranan penting dalam dakwah di keluarga; bahkan masyarakat?
Jika jawaban mayoritasnya adalah “belum”, maka Anda harus bergegas bangkit dari duka Anda! Karena ternyata masih banyak amanah yang belum Anda tunaikan dan masih banyak hal bermanfaat yang belum Anda lakukan! Selayaknya Anda tidak usah bersikap hiperbolis membesar-besarkan duka lara yang dirasa amat menorehkan luka.
Tidak! Bahkan tanggung jawab dan kewajiban Anda sebagai seorang muslim/muslimah sudah mengantri untuk ditunaikan di luar sana.
Sudahkah Anda tuntas menghafal Al-Qur’an bahkan hingga derajat itqan, lalu mengamalkannya?
Sudahkah Anda tuntas mempelajari banyak disiplin ilmu yang berhubungan dengan agama yang mulia ini?
Sudahkah Anda menghafal teks (mutuun) kitab atau kutayyib (buku yang berukuran lebih kecil/buku mini atau buku yang tidak terlampau tebal sebagaimana kitab)?
Sudahkah Anda memegang peranan penting dalam dakwah di keluarga; bahkan masyarakat?
Jika jawaban mayoritasnya adalah “belum”, maka Anda harus bergegas bangkit dari duka Anda! Karena ternyata masih banyak amanah yang belum Anda tunaikan dan masih banyak hal bermanfaat yang belum Anda lakukan! Selayaknya Anda tidak usah bersikap hiperbolis membesar-besarkan duka lara yang dirasa amat menorehkan luka.
Lamaran ditolak, Dukun bertindak ?!
Ada sebuah kalimat dan fenomena yang sering tersebar di masyarakat
awam pada umumnya, berkenaan dengan “tragedi” penolakan calon pasangan,
yaitu “Lamaran ditolak, Dukun bertindak!” -wal’iyaadzubillah-.
Bagaimanakah konsekuensi perkataan dan realisasi perbuatan ini jika
ditimbang dengan hukum syari’at ?
Ketahuilah, bahwa perkara perdukunan dan sihir merupakan perkara yang
sangat fatal. Bagaimana tidak? Perdukunan dan sihir telah berbuat
tindak kesyirikan, dan kesyirikan adalah dosa besar nomor wahid [2];
kezhaliman yang paling besar dan bahkan pada kondisi tertentu sihir itu
menjadi tindak kekufuran yang bisa mengeluarkannya dari Islam [3] ; bisa
menyebabkan pelakunya masuk ke neraka dan kekal di dalamnya jika dia
belum bertaubat ketika nyawa lepas dari raga.
لاَ تُشْرِكْ بِاللَّهِ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ (13
“…Janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezhaliman yang besar.” (Qs. Luqman: 13)
إِنَّ اللَّهَ لاَ يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ
ذَلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ وَمَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدِ افْتَرَى إِثْمًا
عَظِيمًا(48
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia
mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang
dikehendakiNya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia
telah berbuat dosa yang besar.” (Qs. An-Nisa: 48)
مَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدْ حَرَّمَ اللَّهُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ وَمَأْوَاهُ النَّارُ وَمَا لِلظَّالِمِينَ مِنْ أَنْصَارٍ (72
“…sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah,
maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah
neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zhalim itu seorang penolongpun.” (Qs. Al-Ma’idah: 72)
عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ أَبِى بَكْرَةَ عَنْ أَبِيهِ – رضى الله عنه –
قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – « أَلاَ
أُنَبِّئُكُمْ بِأَكْبَرِ الْكَبَائِرِ » . قُلْنَا بَلَى يَا رَسُولَ
اللَّهِ . قَالَ « الإِشْرَاكُ بِاللَّهِ ، وَعُقُوقُ الْوَالِدَيْنِ » .
وَكَانَ مُتَّكِئًا فَجَلَسَ فَقَالَ « أَلاَ وَقَوْلُ الزُّورِ
وَشَهَادَةُ الزُّورِ ، أَلاَ وَقَوْلُ الزُّورِ وَشَهَادَةُ الزُّورِ » .
فَمَا زَالَ يَقُولُهَا حَتَّى قُلْتُ لاَ يَسْكُتُ
Dari ‘Abdurrahman ibn Abi Bakrah, dari ayahnya radhiallahu ‘anhu, dan
ayahnya berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Maukah kalian kuberi tahu beberapa dosa yang paling besar?” Kami pun
menjawab, “iya, wahai Rasulullah.” Beliau berkata, “Mempersekutukan
Allah (syirik), durhaka kepada kedua orangtua”, dan Beliau ketika itu
berdiri sambil bersandar kemudian duduk sembari berkata, “Ketahuilah
(demikian juga) persaksian palsu. Ketahuilah (demikian juga) persaksian
palsu.” Dan Beliau terus mengatakannya, hingga aku pun berkata : “Beliau
tidak diam.” (HR. Bukhari )
Seseorang yang ditolak lamarannya, bisa jadi pergi ke dukun untuk
meminta agar dukun tersebut mempelet calon korban dengan salah satu
bentuk sihir. Di antara bentuk sihir yang biasa dilakukan adalah sihir
cinta (sihir mahabbah, dikenal juga dalam istilah orang Indonesia
sebagai “pelet”, atau Al-’Athaf الْعَطْفُ ), atau bisa pula bentuk sihir
yang lain seperti sihir gila, sihir sakit, “mengirim” jin agar merasuki
tubuh korban sehingga jin itu dapat mengganggu; menyakiti atau bahkan
membunuh korban.
Syaikh Muhammad At-Tamimi, dalam kitabnya Nawaqidhul Islam berkata tentang 10 macam pembatal keislaman, dan salah satu di antara pembatal keislaman adalah sihir:
السابع : السحر، ومنه الصرف والعطف، فمن فعله أو رضي به؛ كفر، والدليل قول
الله: (وَمَا يُعَلِّمَانِ مِنْ أَحَدٍ حَتَّى يَقُولا إِنَّمَا نَحْنُ
فِتْنَةٌ فَلا تَكْفُر
“Ketujuh: Sihir, diantaranya yaitu Ash-Sharf*) dan Al-’Athaf**).
Barangsiapa melakukannya atau ridha dengannya maka dia kafir. Dalilnya
adalah firman Allah,
وَمَا يُعَلِّمَانِ مِنْ أَحَدٍ حَتَّى يَقُولا إِنَّمَا نَحْنُ فِتْنَةٌ فَلا تَكْفُر ”
*): Ash-Sharf adalah jenis sihir lewat perantara setan,
untuk membuat seseorang membenci dan tidak suka kepada orang lain atau
menjauhkan antara satu orang dengan lainnya. Ini banyak digunakan dalam
hubungan suami istri ataupun selainnya. Ash-Sharf ini juga dikenal sebagai sihir At-Tafriq (karena gunanya untuk memisahkan atau menjauhkan hubungan dua orang, dan banyak digunakan pada hubungan suami istri)
**) Al-‘Athaf adalah jenis sihir lewat perantara setan,
untuk menjadikan seseorang menyukai/cinta dan “lengket” kepada yg lain.
Ini yang lumrah disebut pelet atau aji pengasihan dalam istilah orang
Indonesia.
وَاتَّبَعُوا مَا تَتْلُو الشَّيَاطِينُ عَلَى مُلْكِ سُلَيْمَانَ وَمَا
كَفَرَ سُلَيْمَانُ وَلَكِنَّ الشَّيَاطِينَ كَفَرُوا يُعَلِّمُونَ
النَّاسَ السِّحْرَ وَمَا أُنْزِلَ عَلَى الْمَلَكَيْنِ بِبَابِلَ هَارُوتَ
وَمَارُوتَ وَمَا يُعَلِّمَانِ مِنْ أَحَدٍ حَتَّى يَقُولاَ إِنَّمَا
نَحْنُ فِتْنَةٌ فَلاَ تَكْفُرْ فَيَتَعَلَّمُونَ مِنْهُمَا مَا
يُفَرِّقُونَ بِهِ بَيْنَ الْمَرْءِ وَزَوْجِهِ وَمَا هُمْ بِضَارِّينَ
بِهِ مِنْ أَحَدٍ إِلاَّ بِإِذْنِ اللَّهِ وَيَتَعَلَّمُونَ مَا
يَضُرُّهُمْ وَلاَ يَنْفَعُهُمْ وَلَقَدْ عَلِمُوا لَمَنِ اشْتَرَاهُ مَا
لَهُ فِي الْآخِرَةِ مِنْ خَلَاقٍ وَلَبِئْسَ مَا شَرَوْا بِهِ
أَنْفُسَهُمْ لَوْ كَانُوا يَعْلَمُونَ (102
“Dan mereka mengikuti apa yang dibaca oleh syaitan-syaitan pada
masa kerajaan Sulaiman (dan mereka mengatakan bahwa Sulaiman itu
mengerjakan sihir), padahal Sulaiman tidak kafir (tidak mengerjakan
sihir), hanya syaitan-syaitan itulah yang kafir (mengerjakan sihir).
Mereka mengajarkan sihir kepada manusia dan apa yang diturunkan kepada
dua orang malaikat di negeri Babil yaitu Harut dan Marut, sedang
keduanya tidak mengajarkan (sesuatu) kepada seorangpun sebelum
mengatakan: “Sesungguhnya kami hanya cobaan (bagimu), sebab itu
janganlah kamu kafir.
Maka mereka mempelajari dari kedua malaikat itu apa yang dengan sihir itu, mereka dapat menceraikan antara seorang (suami ) dengan istrinya. Dan mereka itu (ahli sihir) tidak memberi mudharat dengan sihirnya kepada seorangpun kecuali dengan izin Allah. Dan mereka mempelajari sesuatu yang memberi mudharat kepadanya dan tidak memberi manfaat. Demi, sesungguhnya mereka telah meyakini bahwa barangsiapa yang menukarnya (kitab Allah) dengan sihir itu, tiadalah keuntungan baginya, dan amatlah jahat perbuatan mereka menjual dirinya dengan sihir, kalau mereka mengetahui.” (Qs. Al-Baqarah: 102)
Maka mereka mempelajari dari kedua malaikat itu apa yang dengan sihir itu, mereka dapat menceraikan antara seorang (suami ) dengan istrinya. Dan mereka itu (ahli sihir) tidak memberi mudharat dengan sihirnya kepada seorangpun kecuali dengan izin Allah. Dan mereka mempelajari sesuatu yang memberi mudharat kepadanya dan tidak memberi manfaat. Demi, sesungguhnya mereka telah meyakini bahwa barangsiapa yang menukarnya (kitab Allah) dengan sihir itu, tiadalah keuntungan baginya, dan amatlah jahat perbuatan mereka menjual dirinya dengan sihir, kalau mereka mengetahui.” (Qs. Al-Baqarah: 102)
Pada ayat ini, memang yang disebut sihir hanya Ash-sharf saja, hal itu terdapat pada firman Allah,
فَيَتَعَلَّمُونَ مِنْهُمَا مَا يُفَرِّقُونَ بِهِ بَيْنَ الْمَرْءِ وَزَوْجِهِ
Akan tetapi, masuk pula di dalamnya sihir dari jenis lain seperti Al-’Athaf. Pada ayat ini hanya disebutkan Ash-Sharf saja karena yang banyak terjadi, dan pada asalnya sihir yang banyak dilakukan adalah bentuk sihir Ash-Sharf ini.
Untuk saudari-saudariku tercinta yang sedang mendamba belahan jiwa
yang tak kunjung tiba…semoga yang sedikit ini bisa bermanfaat bagi jiwa
yang dilanda derita. Tetaplah berusaha, berdo’a , bertawakkal, bersabar
dan bersikap optimis menghadapi serba-serbi pra rumah tangga.
Mudah-mudahan Sang Pujaan kan menjemputmu di taman
kebaikan…mempersuntingmu dan menjadikanmu ratu di istana impian, dan ia
yang kan mengetuk pintu hatimu di beranda cinta dua insan.
——
[2] Untuk lebih rinci, silahkan merujuk pada kitab Al-Kaba’ir buah karya Imam Adz-Dzahabi.
[3] Ada perbedaan pendapat tentang status tukang sihir. Apakah tukang
sihir itu kafir secara mutlak atau ada perincian hukumnya. Silahkan
merujuk ke kitab tafsir Adhwa’ul Bayan, Fathul Majid, Al-Qaul Al-Mufid,
Taisir Al-’Aziz Al-Hamid, Majmu’ Fatawa Syaikhul Islam Ibn Taimiyyah,
dan syuruh (penjelasan-penjelasan) Nawaqidh Al-Islam di antaranya oleh
Syaikh Shalih ibn Fauzan Al-Fauzan.
-------------------------------------------
Penulis: Fatih Daya Khairani
Murajaah: Ust. Ammi Nur Baits
Penulis: Fatih Daya Khairani
Murajaah: Ust. Ammi Nur Baits
Maraji’:
1. Syarh Riyadh Ash-Shalihin min kalam Sayyid Al-Mursalin, Syaikh Muhammad ibn Shalih Al-’Utsaimin dengan tahqiq: Prof Abdullah Ath-Thayyar, Darul Wathan, Riyadh-KSA, 1996
2. Al-Minhaj Syarh Shahih Muslim ibn Hajjaj, Imam An-Nawawi dengan tahqiq: Syaikh Khalil Ma’mun Syiha, Darul Ma’rifah, Beirut-Libanon,1997
3. Al-Qur’an terjemahan Depag
4. Kupas Tuntas Masalah Takdir, Muhammad bin Ibrahim Al-Hamd, Pustaka Ibn Katsir, Bogor, 2005
5. Al-Kaba’ir Ma’a Syarh, Syaikh Muhammad Ibn Shalih Al-’Utsaimin dengan tahqiq: Abu ‘Abdirrahman ‘Adil ibn Sa’ad, Darul Kutub Al-’Ilmiyyah, Beirut-Libanon, 2006
6. Syarh Nawaqidh Al-Islam, Syaikh Shalih ibn Fauzan Al-Fauzan, Maktabah Ar-Rusyd, Riyadh-KSA, 2005
7. Syarh Nawaqidh Al-Islam, Syaikh ‘Abdurrahman ibn Nashir Al-Barrak, dalam format pdf yang diperoleh dari www.islamlight.net
8. Fathul Bari Bi Syarhi Shahih Al-Bukhari, Al-Imam Al-Hafizh Ibn Hajar Al-’Asqalani dengan tahqiq: Syaikh ‘Abdul ‘Aziz ibn Baz dan tarqim: Muhammad Fu’ad ‘Abdul Baqi, Darul Hadits, Kairo, 2004
0 komentar:
Posting Komentar