Rabu, 12 September 2012

Ibu Atau Istriku

Kedudukan Utama Ibu Atau Istri?
 
Ketika seorang lelaki dihadapkan pada pilihan, ibu atau istrinya, mana yang harus ia dahulukan ?

Tergelitik sekali hati ini, ketika melihat salah satu scene sinema Ramadhan ‘Para Pencari Tuhan 5′ yang menceritakan tentang bagaimana seorang suami dihadapkan pada kondisi dilematis, harus memilih atau mendahulukan siapa, antara ibu atau istrinya.
Azam (Agus Kuncoro) memilih untuk keluar rumah dan pura- pura tidak mendengar apapun, ketika ibu dan Aya (Zaskia) istrinya, memanggil namanya dari dalam kamar mereka pada waktu yang bersamaan. Baginya itu adalah yang paling adil, ketimbang bingung memutuskan harus masuk ke kamar yang mana. Hingga celetuk Azam yang terakhir kudengar,Ibu dan istriku… keduanya adalah pintu surga yang sama-sama sulit……

Dan masih banyak scene-scene lain, yang mengisahkan hal serupa. Yang dari kesemuanya, selalu membuatku tersenyum-senyum geli sendiri namun akhirnya merenung dan tergelitik untuk menuliskan ini.

Hasil surveyku terhadap beberapa kawan lelaki, hampir keseluruhan dari mereka, adalah ‘anak ibu’. Bukan. Bukan berarti anak ibu yang aku maksud di sini adalah anak manja yang selalu bersembunyi di balik ketiak ibunya. Anak ibu yang kumaksud, adalah mereka yang begitu menyayangi dan sangat dekat sekali dengan ibunya. Ya, sebengal apapun dia, secuek apapun sosoknya, tapi saat dihadapkan pada satu kata, ibu, semua tadi langsung berganti dengan kelembutan dan kasih sayang. Aku pribadi, adalah seseorang yang begitu mengagumi siapapun lelaki yang sangat menyayangi dan memuliakan ibunya. Karena biasanya, dengan sikap dasar itu, mereka pun akan selalu memuliakan wanita, termasuk istrinya nanti.

Lalu bagaimana jika suatu hari nanti kita dihadapkan pada kondisi, memiliki suami yang begitu menyayangi ibunya ? Atau sebaliknya, memiliki ibu mertua yang sangat menyayangi anak lelakinya ? Tak perlu meriang dan panas dingin dulu. Yuk, coba kita pahami lagi bagaimana kedudukan ibu, suami dan kita sebagai seorang istri.

Ibu, adalah seseorang yang mengandung, melahirkan, merawat, serta mendidik suami kita hingga bisa sesempurna saat ini. Suatu hal yang wajar jika seorang ibu begitu mencintai dan menginginkan yang terbaik bagi buah hatinya. Bukankah demikian juga yang tercermin dari ibu kita sendiri. Dan dalam Islam, bagi seorang lelaki yang telah menikah, yang paling berhak atas ketaatan dirinya adalah ibunya. Sedangkan yang paling berhak atas ketaatan dan diri seorang istri adalah suaminya. Tentunya ini juga tidak berarti bahwa seorang suami hanya wajib memberikan ketaatan dan perhatian lebih kepada ibunya seorang, karena hak seorang istri kepadanya, juga menuntut sebuah tanggung jawab besar yang harus ditunaikan. Seorang suami yang berbekal ilmu, dan tentunya iman dan taqwa, pasti mampu dengan adil mengkondisikan hal ini sesuai keadaan dan kebutuhan saat itu. Suami jugalah yang wajib mendidik dan mengajarkan pada istrinya, bagaimana adab kepada kedua orang tua. Baik kepada kedua orang tuanya sendiri, maupun kedua orang tua suami. Mendidik melalui teladan yang diberikan, mungkin adalah cara yang terbaik. Dengan suami yang menghormati dan memuliakan orang tua istri, maka seorang istri pun diharapkan juga akan menghormati dan memuliakan orang tua suaminya.

Seorang istri, siapapun dan bagaimanapun sosoknya, pastilah ingin diperhatikan dan disayangi secara utuh. Terlebih oleh seseorang yang telah mengkhitbah dan menikahinya. Dan satu hal penting yang harus disadari oleh seorang istri nanti, bahwa mereka tidak hanya menikahi seorang lelaki saja, melainkan juga apa-apa saja yang suaminya miliki, termasuk orang tua dan seluruh keluarganya. Ibu suami kita nanti, juga adalah ibu kita. Jadi tidak perlu ragu untuk bersahabat dengannya. 

Perselisihan dan perbedaan pendapat yang terjadi di tengah perjalanan nanti, tentu adalah hal yang sangat lumrah. Karena justru disitulah letak indahnya sebuah pernikahan. Ketika beragam perbedaan tidak harus selalu dileburkan, melainkan diselaraskan walau tetap dengan warna warninya masing-masing. Dan yang terpenting, dari situlah kita dapatkan hikmah yang mendewasakan.

Jauhkan diri dari segala prasangka. Ikhlaskan setiap langkah hanya untuk beribadah dan mencari keridhoan-Nya. Ketika kita berjuang sekuat tenaga untuk menjadi istri yang baik, ibu suami kita pun pasti dengan otomatis akan menyayangi dan menghargai perjuangan kita. Karna beliau tahu, bersama kita, putra tercintanya pun mendapatkan kebahagiaan.

Rasa cemburu adalah rasa yang begitu wajar dan sangat manusiawi. Namun jika hal ini bisa sama-sama kita sadari dan pahami, tak ada alasan lagi bagi seorang istri untuk cemburu berlebihan terhadap ibu suaminya, bukan? 
 

0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Press Release Distribution