Persiapan Menuju Hari Akhir
الْحَمْدُ لِلهِ الَّذِي خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلاً وَجَعَلَ لِلْوُصُوْلِ إِلَيْهِ طَرَائِقَ وَاضِحَةً وَسُبُلاً. أَشْهَدُ أَنْ لاَّ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ شَهَادَةً نَرْجُوْ بِهَا عَالِيَ الْجَنَانِ نُزُلاً، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، أَقْوَمُ الْخَلْقِ دِيْنًا وَأَهْدَاهُمْ سُبُلاً، صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ، وَسَلَّمَ تَسْلِيْماً. أمَّا بَعْدُ
Marilah kita senantiasa memuji Allah Subhanahu wa Ta’ala yang
menjadikan hidup dan mati, untuk menguji hamba-hamba-Nya sehingga
terbedakan siapa yang paling baik amalannya di antara mereka. Begitu
pula kita memuji Allah Subhanahu wa Ta’ala, Rabb yang
menciptakan manusia untuk beribadah kepada-Nya dan memuliakan
hamba-hamba-Nya yang menaati-Nya. Maka, sungguh berbahagialah
orang-orang yang bertakwa kepada-Nya. Dan sungguh merugilah orang-orang
yang bermaksiat kepada-Nya. Shalawat dan salam semoga tercurah kepada
Nabi yang mulia, sayyidina Muhammad ibn ‘Abdillah, keluarganya, para sahabatnya dan orang-orang yang senantiasa mengikuti jalannya.
Ketahuilah, bahwa kehidupan dunia ini ibarat tempat penyeberangan
yang sedang dilalui oleh orang-orang yang hidup di dalamnya. Setiap
orang akan melewati dan meninggalkannya, lalu menuju kehidupan yang
sesungguhnya. Allah Subhanahu wa Ta’ala menjadikan dunia ini
sebagai tempat beramal dan akhirat sebagai tempat pembalasan amalan.
Maka setiap orang yang beramal, dia akan melihat balasannya. Dan orang
yang lalai akan menyesali perbuatannya. Setiap orang yang menjalani
kehidupan dunia ini akan ada saat berakhirnya. Hari pembalasan pasti
akan datang, dan apa saja yang akan datang adalah sesuatu yang dekat.
Maka, janganlah kita tertipu dengan gemerlapnya kehidupan dunia yang
sementara ini, sehingga melalaikan dari kehidupan yang sesungguhnya di
akhirat nanti.
Saudara-saudaraku kaum muslimin rahimakumullah,
Ingatlah, bahwa kematian adalah suatu kepastian yang akan menimpa
seseorang. Kematian akan memisahkan dirinya dari keluarga, harta, serta
tempat tinggalnya. Allah Subhanahu wa Ta’ala telah memberitakan
melalui firman-Nya, bahwa di antara manusia ada yang akan mendapatkan
pertolongan dan mendapatkan kabar gembira pada saat kematiannya, serta
ada pula yang merasakan ketakutan yang luar biasa. Allah Subhanahu wa Ta’ala menyebutkan keadaan orang-orang yang bahagia saat kematiannya dalam firman-Nya,
تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ الْمَلاَئِكَةُ أَلآتَخَافُوا وَلاَتَحْزَنُوا وَأَبْشِرُوا بِالْجَنَّةِ الَّتِي كُنتُمْ تُوعَدُونَ . نَحْنُ أَوْلِيَاؤُكُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي اْلأَخِرَةِ وَلَكُمْ فِيهَا مَاتَشْتَهِي أَنفُسُكُمْ وَلَكُمْ فِيهَا مَاتَدَّعُونَ
“Malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan, ‘Janganlah
kamu takut dan janganlah merasa sedih dan berbahagialah dengan surga
yang telah dijanjikan Allah kepada kalian.’ Kami adalah
penolong-penolong kalian dalam kehidupan dunia dan akhirat, di dalam
(surga) kalian akan memperoleh apa yang kalian inginkan dan memperoleh
(pula) di dalamnya apa yang kalian minta.” (Fushshilat: 30-31)
Sungguh, kita semua tentu mengharapkan kabar gembira di saat malaikat
maut hendak mencabut nyawa kita. Karena dengan itu seseorang akan
mengawali kehidupan bahagia di alam akhiratnya. Dimulai dengan
kenikmatan di alam kuburnya dan kemudahan-kemudahan yang akan terus
dialami pada kehidupan akhiratnya. Keutamaan yang Allah Subhanahu wa Ta’ala karuniakan ini akan dirasakan oleh orang-orang yang menyerahkan dirinya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala
sehingga menerima dan menjalankan syariat-Nya. Yaitu orang-orang yang
senantiasa ikhlas dalam beribadah kepada-Nya dan mengikuti jalan
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para ulama yang mengikuti jejaknya. Adapun orang-orang yang menyerahkan dirinya kepada selain Allah Subhanahu wa Ta’ala, sehingga beribadah kepada selain-Nya dan menyelisihi jalannya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,
serta jalan para ulama yang mengikutinya, maka dia akan merasakan siksa
yang sangat pedih. Dimulai dari saat kematiannya dan begitu pula ketika
berada di alam kuburnya serta kejadian-kejadian berikutnya.
Ketahuilah, bahwa kehidupan dunia ini akan berakhir dan akan datang
saatnya hari kebangkitan. Seluruh manusia, sejak yang pertama kali
diciptakan hingga yang terakhir kali diciptakan akan dibangkitkan dari
alam kuburnya, serta akan dikumpulkan di padang mahsyar. Selanjutnya,
kehidupan akhirat akan berujung pada dua tempat tinggal yang
sesungguhnya, yaitu surga atau neraka. Maka di antara manusia,
sebagaimana disebutkan dalam firman-Nya, akan menjadi penduduk surga dan
dikatakan kepada mereka:
كُلُوا وَاشْرَبُوا هَنِيئًا بِمَآأَسْلَفْتُمْ فِي اْلأَيَّامِ الْخَالِيَةِ
“Makan dan minumlah kalian dengan penuh kesenangan disebabkan
amal yang telah kalian kerjakan pada hari-hari yang telah lalu (saat di
dunia).” (Al-Haqqah: 24)
Sementara yang lainnya akan menjadi penduduk neraka. A’adzanallahu waiyyakum minannaar (semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala menjauhkan kita dari siksa api neraka). Mereka sebagaimana dalam firman-Nya, akan menyesal di akhirat kelak dengan mengatakan,
يَاحَسْرَتَى عَلَى مَافَرَّطتُ فِي جَنْبِ اللهِ وَإِن كُنتُ لَمِنَ السَّاخِرِينَ
“Amat besar penyesalanku atas kelalaianku dalam (menunaikan
kewajiban) terhadap Allah, dan aku sungguh dahulu termasuk orang-orang
yang memperolok-olokkan (agama Allah).” (Az-Zumar: 56)
Akhirnya, marilah kita berlomba-lomba dalam beramal shalih dalam
kehidupan yang singkat ini. Janganlah kita menjadi orang yang memiliki
sifat sombong sehingga menolak kebenaran yang datang kepada kita. Begitu
pula, janganlah kita menjadi orang-orang yang mendahulukan dunia dan
mengikuti hawa nafsunya, sehingga berani berbicara dan mengamalkan agama
tanpa bimbingan para ulama. Sungguh Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menyebutkan dalam firman-Nya,
فَأَمَّا مَن طَغَى . وَءَاثَرَ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا . فَإِنَّ الْجَحِيمَ هِيَ الْمَأْوَى . وَأَمَّا مَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّهِ وَنَهَى النَّفْسَ عَنِ الْهَوَى . فَإِنَّ الْجَنَّةَ هِيَ الْمَأْوَى
“Adapun orang yang melampaui batas dan lebih mengutamakan
kehidupan dunia, maka sesungguhnya nerakalah tempat tinggal(nya). Dan
adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Rabb-nya dan menahan diri
dari keinginan hawa nafsunya, maka sesungguhnya surgalah tempat
tinggal(nya).” (An-Nazi’at: 37-41)
Mudah-mudahan Allah Subhanahu wa Ta’ala menjadikan kita sebagai hamba-hamba-Nya yang beruntung, sehingga mendapatkan surga-Nya dan diselamatkan dari siksa api neraka.
اللَّهُمَّ اجْعَلْنَا مِمَّنْ آثَرُوا الْآخِرَةَ عَلَى الدُّنْيَا وَآتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّار وَصَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِه أَجْمَعِيْنَ
--------------------
الْحَمْدُ لِلهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، يَقْبَلُ تَوْبَةَ التَّائِبِيْنَ، وَلاَ يُضِيْعُ أَجْرَ الْمُحْسِنِيْنَ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، أَرْسَلَهُ رَحْمَةً لِلْعَالَمِيْنَ، فَأَوْضَحَ بِهِ الْـمَحَجَّةَ لِلسَّالِكِيْنَ، وَأَقَامَ بِهِ الحُجَّةَ عَلَى الْمُعَانِدِيْنَ، صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ، أَمَّا بَعْدُ
Marilah kita senantiasa bertakwa kepada Allah Ta’ala dengan
senantiasa membersihkan dan menyucikan diri-diri kita, dengan
menjalankan ketaatan kepada-Nya serta tidak mengotorinya dengan
perbuatan kemaksiatan kepada-Nya. Allah Ta’ala menyebutkan dalam firman-Nya:
قَدْ أَفْلَحَ مَن زَكَّاهَا . وَقَدْ خَابَ مَن دَسَّاهَا
“Sungguh beruntunglah orang yang menyucikan jiwa itu. Dan sungguh merugilah orang yang mengotorinya.” (Asy-Syams: 9-10)
Al-Imam Ibnu Rajab rahimahullah, berkaitan dengan ayat ini
mengatakan, “Maknanya adalah sungguh telah beruntung orang yang
membersihkan dirinya dengan ketaatan kepada Allah Ta’ala, dan sungguh merugilah orang-orang yang mengotori dirinya dengan bermaksiat (kepada-Nya)….”
Saudara-saudaraku kaum muslimin rahimakumullah,
Ketahuilah, bahwa setiap amalan yang dilakukan oleh seseorang maka
akibatnya akan kembali kepada dirinya sendiri. Baik itu berupa amalan
kebaikan ataupun amalan kejelekan. Allah Ta’ala berfirman,
مَّنْ عَمِلَ صَالِحًا فَلِنَفْسِهِ وَمَنْ أَسَآءَ فَعَلَيْهَا وَمَارَبُّكَ بِظَلاَّمٍ لِّلْعَبِيدِ
“Barangsiapa mengerjakan amal yang shalih, maka (pahalanya) untuk
dirinya sendiri dan barangsiapa mengerjakan perbuatan jahat, maka
(dosanya) untuk dirinya sendiri.” (Fushilat: 46)
Oleh karena itu, sudah semestinya setiap orang senantiasa memperbaiki
dirinya dengan terus bersemangat dalam mempelajari agama dan
mengamalkannya. Bukan menjadi orang yang sibuk memerhatikan orang lain
sementara dia melupakan keselamatan dirinya. Ketahuilah, setiap orang
selama masih bernyawa dan berakal, tentu dia akan melakukan berbagai
aktivitas. Maka, seseorang yang melakukan aktivitasnya untuk menjalankan
ketaatan, berarti dia telah menjual dirinya kepada Allah Ta’ala
dan akan diselamatkan dari siksa api neraka. Sedangkan orang yang
melakukan aktivitasnya untuk berbuat kemaksiatan, maka sesungguhnya dia
telah mencelakai dirinya sendiri.
Ingatlah, bahwa Allah Ta’ala telah memerintahkan kepada
masing-masing orang dua malaikat yang akan mencatat setiap aktivitasnya.
Sebagaimana tersebut dalam firman-Nya,
إِذْ يَتَلَقَّى الْمُتَلَقِّيَانِ عَنِ الْيَمِينِ وَعَنِ الشِّمَالِ قَعِيدٌ . مَّايَلْفِظُ مِن قَوْلٍ إِلاَّ لَدَيْهِ رَقِيبٌ عَتِيدٌ
“(Yaitu) ketika dua malaikat mencatat amal perbuatannya, satu
malaikat ada di sebelah kanan dan yang lain ada di sebelah kirinya.
Tiada suatu ucapanpun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya
malaikat yang mengawasi yang selalu hadir.” (Qaf: 17-18)
Maka, marilah kita berusaha untuk menghitung amalan-amalan kita agar
menjadi orang yang senantiasa memperbaiki diri di dunia ini, sebelum
datangnya hari perhitungan amalan yang penyesalan pada hari itu tidak
lagi memiliki arti. Begitu pula marilah kita berusaha menjaga anggota
badan kita dari melakukan perbuatan yang tidak diridhai Allah Ta’ala, sebelum datang hari yang pendengaran, penglihatan, dan tubuh yang lainnya akan berbicara sebagai saksi. Allah Ta’ala berfirman,
وَيَوْمَ يُحْشَرُ أَعْدَآءُ اللهِ إِلَّى النَّارِ فَهُمْ يُوزَعُونَ . حَتَّى إِذَا مَاجَآءُوهَا شَهِدَ عَلَيْهِمْ سَمْعُهُمْ وَأَبْصَارُهُمْ وَجُلُودُهُم بِمَا كَانُوا يَعْمَلُونَ . وَقَالُوا لِجُلُودِهِمْ لِمَ شَهِدتُّمْ عَلَيْنَا قَالُوا أَنطَقَنَا اللهُ الَّذِي أَنطَقَ كُلَّ شَىْءٍ وَهُوَ خَلَقَكُمْ أَوَّلَ مَرَّةٍ وَإِلَيْهِ تُرْجَعُونَ
“Dan (ingatlah) hari (ketika) musuh-musuh Allah digiring ke dalam
neraka, lalu mereka dikumpulkan semuanya. Sehingga apabila mereka
sampai ke neraka, pendengaran, penglihatan, dan kulit mereka menjadi
saksi terhadap mereka atas apa yang telah mereka kerjakan. Dan mereka
berkata kepada kulit mereka, ‘Mengapa kamu menjadi saksi terhadap kami?’
Kulit mereka menjawab, ‘Allah yang menjadikan segala sesuatu pandai
berkata telah menjadikan kami pandai (pula) berkata, dan Dia-lah yang
menciptakan kamu pada kali pertama dan hanya kepada-Nya lah kamu
dikembalikan’.” (Fushshilat: 19-21)
Mudah-mudahan Allah Ta’ala menjadikan kita sebagai
hamba-hamba-Nya yang mengikuti petunjuk Rasul-Nya. Karena sebaik-baik
petunjuk adalah petunjuk Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
dan sejelek-jelek perkara adalah aturan-aturan ibadah baru yang tidak
sesuai dengan petunjuknya. Setiap aturan yang baru dalam ibadah adalah
sesat, dan setiap kesesatan tempatnya adalah di neraka.
0 komentar:
Posting Komentar