Kamis, 20 September 2012

Menjaga Akhlak

Mukmin yang Berakhlak

Kajian akhlak ini sangat erat kaitannya dengan diturunkannya Rasulullah SAW.di muka bumi ini karena salah satu tujuan Allah mengutus Rasulullah ke muka bumi ini adalah untuk menyempurnakan akhlak. Sebagaimana hadits Rasulullah SAW.: 
 
Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan kemuliaan akhlak.”
Allah SWT.pun bersabda:  
 
“Tiadalah Kami mengutus kamu (Muhammad), melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.” (Q.S. Al-Anbiya: 107)

Dari hadits dan firman Allah di atas, maka ada hubungan antara keduanya. Yang pertama, Allah mengatakan bahwa Dia mengutus Rasulullah adalah sebagai rahmat bagi seluruh alam dan Rasulullah pun berkata bahwa beliau diutus oleh Allah adalah untuk menyempurnakan kemuliaan akhlak.

Akhlak merupakan sesuatu yang sangat penting dan berpengaruh keberadaannya. Kemajuan, kecerdasan, keharmonisan, kebahagiaan serta ketentraman hidup sangat dipengaruhi oleh akhlak. Dengan akhlak yang baik dan mulialah semua bentuk kebaikan akan terwujud yang akhirnya akan tercapainya keharmonisan dalam hidup.

Jika di antara kita ada yang berkata, bahwa kita hidup di dunia ini adalah untuk beribadah kepada Allah, yakni dengan mengerjakan shalat, sedekah, puasa, doa, dzikir, dan yang lainnya. Memanh itu sangat benar, akan tetapi sahabat, akhlak juga sangat penting dan bahkan menurut Amru Khalid dalam bukunya yang berjudul Menjadi Mukmin yang Berakhlak mengatakan, ketika ada yang bertanya mengenai akhlak dan ibadah yang Allah perintahkan, beliau mengatakan : 
 
”Benar, sesungguhnya akhlak lebih penting dari semua itu. Sesungguhnya tujuan utama dari setiap ibadah yang terus dilakukan adalah untuk menata akhlak. Jika ibadah tidak membawa kepada ketertataan akhlak, maka bisa dikatakan bahwa ibadah sekedar gerak tubuh tanpa makna!”

Dari apa yang dikatakan oleh beliau, bukan berarti ibadah itu tidak penting akan tetapi akhlak merupakan implementasi dari ibadah yang terus kita lakukan selama ini. Jika setelah melakukan ibadah akhlak kita menjadi lebih baik maka kita sudah benar-benar memahami makna dari ibadah yang kita lakukan. Akan tetapi jika kita sudah melakukan ibadah dan akhlak kita masih belum baik atau belum ada perubahan yang lebih baik, maka kita belum begitu memahami makna dari ibadah yang kita lakukan. Kita hanya menganggap bahwa ibadah hanyalah sebuah kewajiban saja yang harus dilaksanakan, layaknya kita disuruh mengerjakan tugas oleh guru kita dengan pekerjaan yang asal-asalan saja hanya untuk memenuhi tugas tersebut tanpa memahami isi atau makna dari apa yang kita tulis atau kita kerjakan sehingga tidak akan ada pengaruhnya bagi kita sendiri .

Kita harus bisa menata akhlak kita untuk lebih baik lagi sebagai bentuk implementasi dari ibadah yang kita lakukan dan sebagai wujud syukur kita kepada Allah.

1. Shalat Akan Mengatur Akhlak
Shalat yang kita lakukan bukan hanya sekedar gerakan-gerakan dan bacaan-bacaan yang teratur saja. Akan tetapi hakikat dari shalat itu sendiri salah satunya adalah untuk menata akhlak kita. Orang yang melakukan shalat dengan sungguh-sungguh, ikhlas, bukan hanya sebuah kewajiban saja yang asal terselesaikan, maka akan terlihat dari akhlaknya atau perilakunya dalam kehidupan sehari-hari.
Sebagaimana firman Allah SWT.:

“Dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar.” (Q.S. Al-Ankabut: 45)

Dari ayat di atas, maka dapat dikatakan bahwa orang atau hamba Allah yang melakukan shalat dengan sungguh-sungguh dan ikhlas maka dia akan senantiasa menghindari perbuatan-perbuatan keji dan mungkar. Allah juga berfirman, bahwa:  
 
“Sesungguhnya Aku hanya menerima shalatnya seseorang yang merasa rendah hati di hadapan keagungan-Ku, tidak bertindak sewenag-wenang atas ciptaan-ku, tidak lalai dari mengingat-Ku, memberikan kasih sayang kepada orang miskin dan orang terlantar, dan memberikan kasih sayangnya kepada para janda dan kepada orang-orang yang ditimpa musibah.”.

2. Sedekah
Tujuan dari zakat adalah untuk penyucian diri. Penyucian memiliki arti pendidikan agar berakhlak baik. Sehingga dikatakan bahwa tujuan dari zakat adalah untuk memperbaiki akhlak, bukan begitu? Zakat merupakan salah satu bentuk ibadah kepada Allah, dan tujuan dari ibadah itu adalah mendoromng pelakunya kepada akhlak yang mulia.

Kita sadari ataupun tidak, beberapa dari yang kita lakukan merupakan bentuk sedekah. Pernahkah sahabat mendengar dan mengalaminya? Saya pastikan sahabat pernah mendengar bahkan mengalami hal itu. Rasulullah SAW.bersabda: 
 
“Senyummu untuk saudaramu adalah sedekah. Usahamu untuk mengajak kepada kebajikan dan melarang keburukan adalah sedekah. Usahamu untuk memberikan petunjuk kepada seseorang yang sedang berada dalam kesesatan adalah sedekah. Memberikan apa yang anda miliki kepada saudaramu adalah sedekah. Memberikan sesuatu yang membahayakan dari jalan adalah sedekah. Pandanganmu yang peduli kepada orang yang buruk rupa adalah sedekah. Sedekah yang paling tinggi nilainya adalah sedekah nafkah yang diberikan seorang suami kepada istrinya.”

Berdasarkan sabda Rasulullah SAW.di atas maka jelaslah bahwa hal-hal di atas yang pernah kita alami atau kita lakukan baik sebagian ataupun seluruhnya merupakan bentuk sedekah dan sesuai dengan yang Allah janjikan bahwa orang yang berbuat baik atau melakukan sedekah akan mendapatkan pahala dari Allah sebagai balasannya. Sekarang ini sedang memanasnya krisis akhlak, dan salah satu sedekah yang tepat untuk sekarang ini selain bnetuk-bentuk sedekah di atas adalah sedekah akhlak.

3. Puasa
Dari uraian di atas kita ketahui bahwa tujuan diperintahkannya shalat adalah untuk membina akhlak. Demikian pula dengan sedekah dan puasa. Rasulullah SAW.bersabda:  
 
“Apabila pada suatu hari seseorang berpuasa, maka jangan mengucapkan kata-kata cabul dan jangan merampas hak orang. Apabila ia dicela atau ingin diserang, maka katakanlah, ‘Aku sedang berpuasa.’”.
 
 berdasarkan sabda Rasulullah tersebut maka lebih jelas lagi bahwa puasa akan membawa kita pada akhlak yang mulia, Puasamu adalah hari akhlakmu. Karena pada saat kita berpuasa, kita tidak diperkenankan untuk melakukan kefasikan, mencela, merampas, atau melakukan perbuatan buruk lainnya. Dan jika kita lebih sering berpuasa, maka akan semakin tertatalah akhlak kita, semakin mulialah perbuatan-perbuatan yang kita lakukan.

4. Haji
Sebagaimana ibadah-ibadah di atas yang telah disebutkan, ibadah haji pun merupakan satu ibadah yang mendorong pelakunya untuk membina akhlaknya. Seorang yang sedang melaksanakan ibadah haji maka akan berusaha sekuat tenaga untuk berakhlak baik dan penuh kedisiplinan. Waktu melakukan ibadah haji kurang-lebih dua puluh hari dan selama waktu itu pula seorang yang sedang melaksanakan haji akan menata perilakuknya agar tidak menyimpang yakni dengan berakhlak baik . Bagi orang yang benar-benar melaksanakan ibadah haji tersebut maka akan berpengaruh terhadap perubahan akhlaknya untuk menjadi lebih baik.

Setiap orang yang melakukan ibadahnya dengan sungguh-sungguh dan penuh keikhlasan, memasrahkan, dan berserah diri kepada Allah maka akan membuat hati serta akhlaknya lebih tertata dengan rapi dan indah. Oleh karena itu, ibadah-ibadah yang merupakan perintah Allah selain sebagai tujuan untuk membentuk dan memperbaiki akan tetapi juga sebagai proses atau perjalanan manusia dalam membentuk dan memperbaiki kesempurnaan akhlak mulia manusia.

Di antara akhlak-akhlak seorang mukmin yang baik adalah:

1. Ihsan (berbuat baik)
2. Tawadhu (rendah hati)
3. Kejujuran
4. Amanah (dapat dipercaya)
5. Menepati Janji (Wafa’)
6. Haya’ (Malu)
7. Kasih Sayang (Rahmat)
 
 

0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Press Release Distribution