Rabu, 06 Maret 2013

Kehidupan Adalah Dua Keadaan Silih Berganti


Kapan Ujian Hidup Berakhir? Kapan?

Dalam menjalani kehidupan di dunia ini, manusia selalu menghadapi dengan dua keadaan silih berganti. Suatu saat merasakan keadaan suka, saat lain merasakan duka. Pada saat bahagia terkadang manusia menjadi lupa. Sebaliknya saat duka mendera, sering kali manusia berkeluh kesah.

Bagi hamba Allah SWT yang beriman, hidup adalah ujian. Selama hidup, selama itulah kita diuji oleh Allah SWT. “Yang menciptakan mati dan hidup” untuk menguji kamu siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan dia maha perkasa, lagi maha pengampun.’’ (QS. Al Mulk Ayat: 2)

الَّذِي خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا وَهُوَ الْعَزِيزُ الْغَفُورُ

Sejatinya kehidupan ini adalah ujian alias cobaan, sehingga akan diketahui kelak siapa orang yang paling baik amal perbuatannya. Dengan demikian, seluruh yang terkandung dalam hidup ini adalah ujian. Jadi, senang-sedih, bahagia-sakit, kenyang-lapar, haus-kembung, kaya-miskin, cantik-buruk dan lain sebagainya tidak lebih dari pada ujian.

Hidup di dunia merupakan Sesuatu yang harus ditempuh oleh makhluk hidup khususnya manusia, Jikalau segala sesuatu yang ada di jagad raya ini bisa ditentukan oleh manusia maka kehidupan kita akan berjalan dengan lancar karena segala sesuatu akan dimenej sesuai keinginan dan harapan manusia. Namun kehidupan kita semuanya sudah dimenej, diatur oleh-NYA sehingga hamba Allah yang shalih harus berusaha untuk menerima secara ikhlas sebab kita tidak tahu ada rahasia apa …? Dibalik ujian-ujian kehidupan kita. Hidup adalah perjalanan pulang. Kembali ke asal. Ke sumber kehidupan. Kembali kepada kesempurnaan, ke yang Maha Sempurna. Sangat wajar jika manusia di dunia ini diibaratkan sebagai musafir, singgah sebentar kemudian berlalu kembali.

Hidup adalah ujian, jikalau memperhatikan realita sekarang ini khususnya pada masyarakat awam atau mengadakan penelitian maka akan diketahui kebanyakan di antara kita mendefinisikan/mengartikan bahwa ujian itu hanyalah sesuatu yang tidak disukai oleh manusia, padahal pada dasarnya ujian bukanlah hanya hal-hal yang tidak kita sukai saja. Ketahuilah ujian itu ada beberapa macam:
  1. Ujian larangan Allah SWT, seperti larangan berzina, korupsi, membunuh, merampok mencuri, sogok-menyogok, dan segala kemaksiatan serta kezhaliman.
  2. Ujian berupa Musibah. “Dan kami pasti menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan, (QS. Al-Baqarah Ayat 55).
  3. Ujian dari orang zhalim buat kita, baik kafirun (Orang yang tidak beragama Islam), musyrikun (Orang yang menyekutukan Allah SWT), Fasiqun (Menentang syariat Islam) maupun hasad (Dengki, iri hati).
  4. Ujian Keluarga, suami, istri, dan anak, keluarga yang kita cintai bisa menjadi musuh kita karena kedurhakaannya kepada Allah SWT.
  5. Ujian lingkungan, tetangga, pergaulan, tempat dan suasana kerja, termasuk sistem pemerintahan/keluarga, yang tidak sesuai dengan syariat Islam.
  6. Perintah Allah kadang menjadi ujian juga, seperti Nabi Ibrahim diperintahkan Allah SWT menyembelih putra tercintanya bernama Ismail. Contoh lain yang sangat rasional ketika manusia diperintahkan untuk mengeluarkan sebagian hartanya demi menunaikan zakat, itu juga bisa menjadi ujian karena mungkin ada saja muslimin yang tidak merelakan hartanya disucikan dengan berzakat, naudzubiLLAHI min dzalik.
  7. Dan yang terakhir seringkali manusia melalaikannya, membuat manusia lupa kepada Allah SWT.  Bahkan manusia terkadang lupa dari ujian ke-7 ini, jikalau tidak berpegang teguh kepada Al-Quran dan as-sunnah yaitu: Ujian Nikmat, sebagaimana Allah jelaskan dalam Surah al-Kahfi ayat (7)
Sesungguhnya Kami telah menjadikan apa yang di bumi sebagai perhiasan baginya, agar Kami menguji mereka siapakah di antara mereka yang terbaik perbuatannya.”

Seseorang akan diuji dengan apa yang mereka memiliki. Ketika seseorang memiliki ilmu, maka dia akan diuji dengan ilmu tersebut sejauh mana ilmu itu bermanfaat, sebab ia mempunyai tanggung jawab yaitu menyampaikan ilmunya, menasihati. Berhati-hatilah dengan laku ini. Salah satu perbuatan yang Allah kecam adalah  seseorang yang mengatakan sesuatu padahal ia tidak melakukannya. Kebencian Allah sangat besar terhadap golongan ini (QS. As-shaf 2-3)

Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan.” (QS. As-shaf 2-3)

Misalkan, orang menasihati orang lain, maka sebenarnya nasihat itu kembali kepada diri sendiri. Ketika seseorang menasihati orang lain. Jangan marah…! Maka setelah itu Allah memberi satu kejadian yang akan menguji dia apakah dia akan marah atau tidak dalam menghadapi hal tersebut.  Bisa jadi setelah seseorang menasihati orang untuk berderma, kemudian Allah mengirim peminta-minta kepada dia untuk menguji kedermawanannya. Yah demikianlah Allah menguji dan mendidik hambanya, supaya Hamba-Nya lulus mendapat derajat khalilullah, sahabat Allah, derajat orang-orang yang taqwa yang lulus dengan peringkat memuaskan. Ketika seseorang mempunyai kedudukan di lingkungan sosial, dia akan diuji dengan sejauh mana kedudukannya itu mampu menyejahterakan orang lain.

Ketika seseorang mempunyai harta maka dia akan diuji dengan sejauh mana ia mampu mendistribusikan hartanya kepada orang lain..?Sejauh mana harta itu bisa menyejahterakan keluarga, orang-orang lain yang membutuhkan. Begitu pula sebaliknya ketika seseorang tidak mempunyai kekayaan dan hidup dalam kekurangan, kehidupan  seperti ini juga adalah ujian, sejauh mana ia mencari rezki Tuhan, sejauh mana dia berusaha dan berjuang merubah nasib, secara personal dan juga sosial, dan sejauh mana dia mampu menerima keadaan itu dengan penuh tawakal dan Ikhlas.”….. Allah tidak mungkin salah memilih orang….. siapa dan apa bentuk ujiannya……. Pemberian Allah ujian dan nikmatNya tidak dapat diperdebatkan! Menjadi pilihanNya, adalah anugerah, syukurilah! Tidak semua orang seberuntung orang yang mendapat ujian ….. Allah ingin mengangkat derajat orang yang diuji, keimanan dan ketaqwaannya…….” Yakinlah ketika ALLAH memberikan ujian ….. pasti disertai dengan jalan keluarnya. Bersabarlah…….! Fa Inna Ma’al usri Yusra…Sesungguhnya bersama kesulitan selalu ada kemudahan.

Itulah ujian yang terkadang menimpa kita. Akan tetapi yakinlah bahwa Tuhan, Allah SWT menguji umatnya sesuai dengan kadar kemampuannya masing-masing لا يكلف الله الا وسعها QS. Al-Baqarah Ayat (286).  Semakin tinggi tingkat kehidupan seseorang, maka semakin tinggi tanggung jawab dia. Semakin tinggi tanggung jawab, semakin tinggi ujian Tuhan berikan. Semakin tinggi jabatan, semakin tinggi tanggung jawab dan ujian. Semakin tinggi suatu pohon tumbuh semakin kencang angin menerpanya. Kurang lebih seperti itu kata pepatah.

Ujian, adalah bentuk kasih sayangNya dan hanya bisa dirasakan oleh orang yang dipilihNya. Karena Allah, ingin menguatkan kelemahan hamba yang disayangiNya. , ikhlas tawakal dan kesabaran yang kokoh amatlah dibutuhkan oleh seorang hamba dalam menghadapi badai cobaan yang menerpanya. Ujian demi ujian, badai demi badai hadapilah dengan ikhlas. Tawakal kepada Allah dan yang penting adalah bersabarlah … Kesabaran merupakan perkara yang amat dicintai oleh Allah dan sangat dibutuhkan seorang muslim dalam menghadapi ujian dan cobaan yang dialaminya.”… Allah mencintai orang-orang yang sabar.” (Ali Imran: 146) والله يحب الصا برين   Kapan selesainya ujian ini…….? Kapan…… Ujian ini berakhir…..? Di dalam surah al-Mulk dijelaskan bahwa Allah أحسن عملا  الذي خلق الموت والحياة ليبلوكم Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun” (QS Al-Mulk ayat 2)

Allah yang menciptakan mati dan hidup, maka al maut kalimat itulah yang diawalkan oleh Allah SWT. Penutupan ujian itu adalah pada saat kita meninggal, ketika kita meninggal dunia berarti seluruh soal-soal ujian sudah selesai,’’ Kita sudah tidak shalat lagi, tidak harus tadarus al-Quran lagi, tidak lagi harus mendidik istri dan anak ‘’ Sudah tertutuplah ujian. Akan tetapi tidak berarti kita harus mati agar ujian usai karena Allah melarang seseorang untuk bunuh diri bahkan Allah SWT sangat menyayangi hambanya (An-Nisa Ayat 29).

Marilah kita menjadi muslim dan Mukmin dengan menganggap baik segala ketentuan Allah. Jika kesusahan itu menimpanya, maka dia bersabar atas ketentuan-ketentuan Allah dan senantiasa menanti pertolongan-Nya serta mengharapkan pahala Allah. Semua itu merupakan perkara yang baik baginya dan dia memperoleh ganjaran kebaikan selaku orang-orang yang bersabar.

Jika kesenangan itu mendatanginya, baik berupa kenikmatan agama; seperti ilmu, amalan shalih dan kenikmatan dunia; seperti harta, anak-anak dan keluarga, maka dia bersyukur lagi menjalankan ketaatan kepada Allah Azza wa Jalla.

Oleh karena itu, seorang mukmin memperoleh dua kenikmatan, yaitu: kenikmatan agama dan dunia. Kenikmatan dunia diperoleh dengan kesenangan dan kenikmatan agama diperoleh dengan bersyukur. Maka inilah kondisi seorang mukmin.

Adapun golongan non mukmin; (Sungguh) berada dalam kejelekan, wal’iyyadzubillah. Jika kesusahan itu menimpanya, maka dia tidak sabar, berkeluh kesah, mencemooh, mengutuk, mencerca masa (waktu) bahkan mencela Allah Azza wa Jalla.

Jika kesenangan menghampirinya, dia tidak bersyukur kepada Allah. Maka kesenangan kesenangan ini akan menjadi balasan siksaan di akhirat.

Subhanallah, Allah amat sayang kepada kita, Allah SWT menunjukkan cara menjawab itu semua.

‘’Dan minta pertolonganlah kamu dengan sabar dan shalat. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu” (Al Baqarah Ayat 45).

Semoga Allah SWT menjadikan kita semua sebagai hamba-hambanya yang lulus dari ujian. Amin ya mujibas sailin. 

والله أعلم بالصواب

Oleh: Sukmahadi

0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Press Release Distribution