Jumat, 14 Juni 2013

Buat Yang Memusuhiku Terimakasih

Terimakasih Wahai Musuhku


Bismillah,

Sahabat, setiap dari kita pasti punya orang yang membenci dan memusuhi kita, walaupun kita tidak membenci dan memusuhi mereka. Tapi, yang namanya hidup di dunia, ya begini, pasti ada yang mencintai dan ada yang membenci, pasti ada yang menyayangi dan ada yang memusuhi. Dan biasanya, orang yang membenci dan memusuhi kita, seringkali mengeluarkan perkataan yang berisi hinaan dan celaan. Mencaci-maki dan membicarakan sesuatu yang kurang nyaman di telinga kepada orang lain tentang kita, baik tatkala kita di hadapannya atau pun ketika kita tidak ada. Tapi, sekali lagi, begini lah dunia..jadi tidak perlu gundah gulana.


Namun sahabat, dari hinaan, celaan, cacian dan makian seseorang yang membenci dan memusuhi kita, seharusnya kita mengucapkan “terima kasih yang sebesar-besarnya” kepada mereka. Mengapa..? Tatkala “musuh” kita mencela, menghina dan mencaci-maki, maka berarti dia telah melakukan kedzholiman kepada kita, dan kita mendapatkan manfaat dari celaan, hinaan, cacian dan makian yang mereka lontarkan, karena mereka telah memberitahukan sesuatu [kesalahan/aib] yang ada pada kita sedangkan kita tidak mengetahuinya dan mengingatkan kesalahan-kesalahan yang telah kita lupakan. Kita terdzholimi maka doa kita mustajab,, alhamdulillah dan kita ucapkan “terima kasih yang sebesar-besarnya..”. Mereka mencaci, kita dapat introspeksi diri: apakah betul celaannya ada pada kita atau kah tidak, jika memang ternyata betul,, alhamdulillah kita telah dibantu untuk mengorek kesalahan dan aib-aib kita.. dan kita ucapkan “terima kasih yang sebesar-besarnya..” Nah, Jika ternyata celaan dan hinaan mereka tidak ada pada diri kita, alias mengada-ada atau fitnah belaka, maka:

  1. Kita mungkin tidak mempunyai aib atau kesalahan itu, namun kita sadar bahwa masih banyak aib-aib yang kita miliki yang, alhamdulillah, Allah Ta’ala menutupinya. Allah Ta’ala tidak menampakkan aib-aib kita yang sangat banyak itu, sehingga mereka mencela sesuatu yang sebenarnya tidak ada pada diri kita.
  2. Ketika seseorang mencela sesuatu yang tidak ada pada diri kita, maka pada dasarnya mereka telah memfitnah kita. Akibatnya, kita mendapatkan pahala yang melimpah karena kita difitnah dan dosa-dosa kita diampuni Allah Ta’ala.. Alhamdulillah..
  3. Mereka telah berbuat dosa dan berani mendatangkan murka Allah Ta’ala. Oleh sebab itu, kita seyogyanya memohon kepada Allah Ta’ala untuk mengampuninya. Nah, doa kita untuk saudara kita adalah sama saja kita mendoakan diri kita sendiri. Alhamdulillah…

Oleh karena itu sahabat, tak usah sedih lantaran hal yang demikian, justru kita harus mengucapkan “terima kasih yang sebesar-besarnya..” kepada mereka yang telah mencela, menghina, mencaci dan memaki kita..


Semoga bermanfaat.

Digubah dan disarikan oleh penulis dari Kitab Mukhtashar Minhajil Qashidin karya Ibnu Qudamah.

0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Press Release Distribution