Jumat, 21 Juni 2013

Kita Janganlah Menjadi Utusan Setan

Janganlah Kita Menjadi Utusan Setan
Maula (mantan budak) Al-FadhL berkata: “Aku pernah duduk bersama Wahb bin Munabbih (seorang ulama tabi’in) rahimahullah, lalu ada seorang laki-laki yang mendatanginya dan mengatakan kepadanya; “Sesungguhnya aku pernah bertemu si Fulan. Ia mencaci-makimu.” Maka Wahb bin Munabbih rahimahullah marah kepada orang yang membawa berita buruk itu seraya berkata; “Apakah setan sudah tidak mendapatkan seorang utusan pun selainmu?”


Maula Al-FadhL berkata: “Tatkala aku masih duduk di majlis Wahb bin Munabbih rahimahullah, tiba-tiba orang yang mencaci makinya datang menemuinya, lalu ia mengucapkan salam kepada Wahb bin Munabbih. Maka Wahb pun menjawab salamnya, lalu beliau menjulurkan tangannya untuk berjabat tangan dengannya, dan menyuruhnya agar duduk di sampingnya.” (Lihat Al-Bidayah wa An-Nihayah, karya Al-Hafizh Ibnu Katsir IX/276). 

Subhanallah, betapa mulia dan bijaknya Wahb bin Munabbih rahimahullahtersebut , ia tetap bersikap tenang, sabar dan berlapang dada, dan tidak mudah percaya dan esmosi karena terpengaruh dengan berita buruk yang disampaikan seseorang kepada dirinya.

Oleh karenanya, kita pun sebagai seorang muslim dan muslimah yang mendambakan persatuan, perdamaian dan keselamatan di dunia dan akhirat, hendaknya bersikap seperti Wahb bin Munabbih ketika mendengar berita-berita buruk, berupa fitnah, tuduhan dusta, cacian, dan semisalnya yang ditujukan kepada diri kita maupun kepada saudara kita yang disampaikan oleh seseorang. Karena bisa jadi motiv dari penyampain berita buruk itu karena ingin mengadu domba diantara kita, atau karena adanya kedengkian atas suatu nikmat yang Allah anugerahkan kepada kita berupa ilmu, harta, kesuksesan, kedudukan yang tinggi, dan sebagainya. Apalagi jika suadara kita yang digunjing dan difitnah tersebut dikenal baik kwalitas agama dan akhlaknya, maka janganlah kita mudah terpancing untuk marah dan membalasnya dengan keburukan karena percaya dan terpengaruh oleh penyampai berita tersebut. Tetapi hendaknya kita bersikap tenang, sabar, lapang dada,  tabayyun (meneliti n mencari kejelasan atau bukti kebenaran berita tersebut). 

Hal ini sebagaimana firman Allah Ta’ala:

(Yaa ayyuhal-ladziina aamanuu in jaa-akum faasiqun bi naba-in fatabayyanuu an tushiibuu qouman bi jahaalatin fa tushbihuu ‘alaa maa fa’altum naadimiin)

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu seorang yang fasiq dengan membawa suatu berita, maka ambillah sikap tabayyun (mencari kejelasan dan bukti kebenaran berita tersebut) agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.” (QS. Al-Hujurat: 6). 

Sikap mulia, hati-hati, sabar dan lapang dada sebagaimana yang dilakukan Wahb bin Munabbih rahimahullah ini bisa menutup rapat pintu-pintu perpecahan dan permusuhan diantara kaum muslimin, serta dapat memadamkan api kebencian dan kedengkian di dalam hati manusia. Karena setan terlaknat tiada henti-hentinya dalam berupaya menyebarkan benih-benih kedengkian, perpecahan dan permusuhan diantara umat manusia secara umum, dan diantara kaum muslimin secara khusus.

Orang yang hobinya suka mendengarkan berita-berita buruk tentang seseorang lalu dia menyampaikannya kepada saudaranya yang digunjing tersebut, maka dia adalah salah satu UTUSAN SETAN yang diutus untuk mengadu domba dan menimbulkan perpecahan dan permusuhan diantara manusia, sebagaimana yang dikatakan oleh Wahb bin Munabbih rahimahullah.

Demikian Faedah dan Mau’izhoh Hasanah yang dapat kami sampaikan pada hari ini. Smg bermanfaat bagi kita semua. 

(SUMBER: BBG Majlis Hadits, chat room Faedah & Mau’izhoh Hasanah. PIN: 2987565B)

0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Press Release Distribution