Janganlah Kita Menjadi Utusan Setan
Maula (mantan budak) Al-FadhL berkata: “Aku pernah duduk bersama Wahb
bin Munabbih (seorang ulama tabi’in) rahimahullah, lalu ada seorang
laki-laki yang mendatanginya dan mengatakan kepadanya; “Sesungguhnya aku
pernah bertemu si Fulan. Ia mencaci-makimu.” Maka Wahb bin Munabbih
rahimahullah marah kepada orang yang membawa berita buruk itu seraya
berkata; “Apakah setan sudah tidak mendapatkan seorang utusan pun
selainmu?”
Maula Al-FadhL berkata: “Tatkala aku masih duduk di majlis Wahb bin
Munabbih rahimahullah, tiba-tiba orang yang mencaci makinya datang
menemuinya, lalu ia mengucapkan salam kepada Wahb bin Munabbih. Maka
Wahb pun menjawab salamnya, lalu beliau menjulurkan tangannya untuk
berjabat tangan dengannya, dan menyuruhnya agar duduk di sampingnya.”
(Lihat Al-Bidayah wa An-Nihayah, karya Al-Hafizh Ibnu Katsir IX/276).
Subhanallah, betapa mulia dan bijaknya Wahb bin Munabbih rahimahullahtersebut , ia tetap bersikap tenang, sabar dan berlapang dada, dan tidak mudah
percaya dan esmosi karena terpengaruh dengan berita buruk yang disampaikan
seseorang kepada dirinya.
Oleh karenanya, kita pun sebagai seorang muslim dan muslimah yang
mendambakan persatuan, perdamaian dan keselamatan di dunia dan akhirat,
hendaknya bersikap seperti Wahb bin Munabbih ketika mendengar
berita-berita buruk, berupa fitnah, tuduhan dusta, cacian, dan semisalnya
yang ditujukan kepada diri kita maupun kepada saudara kita yang disampaikan oleh
seseorang. Karena bisa jadi motiv dari penyampain berita buruk itu karena
ingin mengadu domba diantara kita, atau karena adanya kedengkian atas
suatu nikmat yang Allah anugerahkan kepada kita berupa ilmu, harta,
kesuksesan, kedudukan yang tinggi, dan sebagainya. Apalagi jika suadara kita yang
digunjing dan difitnah tersebut dikenal baik kwalitas agama dan akhlaknya, maka
janganlah kita mudah terpancing untuk marah dan membalasnya dengan keburukan
karena percaya dan terpengaruh oleh penyampai berita tersebut. Tetapi hendaknya
kita bersikap tenang, sabar, lapang dada, tabayyun (meneliti n mencari
kejelasan atau bukti kebenaran berita tersebut).
Hal ini sebagaimana firman Allah Ta’ala:
(Yaa ayyuhal-ladziina aamanuu in jaa-akum faasiqun bi naba-in fatabayyanuu an tushiibuu qouman bi jahaalatin fa tushbihuu ‘alaa maa fa’altum naadimiin)
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu seorang yang
fasiq dengan membawa suatu berita, maka ambillah sikap tabayyun
(mencari kejelasan dan bukti kebenaran berita tersebut) agar kamu tidak
menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya
yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.” (QS. Al-Hujurat: 6).
Sikap mulia, hati-hati, sabar dan lapang dada sebagaimana yang
dilakukan Wahb bin Munabbih rahimahullah ini bisa menutup rapat
pintu-pintu perpecahan dan permusuhan diantara kaum muslimin, serta dapat
memadamkan api kebencian dan kedengkian di dalam hati manusia. Karena setan
terlaknat tiada henti-hentinya dalam berupaya menyebarkan benih-benih
kedengkian, perpecahan dan permusuhan diantara umat manusia secara umum, dan
diantara kaum muslimin secara khusus.
Orang yang hobinya suka mendengarkan berita-berita buruk tentang
seseorang lalu dia menyampaikannya kepada saudaranya yang digunjing tersebut, maka
dia adalah salah satu UTUSAN SETAN yang diutus untuk mengadu domba dan
menimbulkan perpecahan dan permusuhan diantara manusia, sebagaimana yang
dikatakan oleh Wahb bin Munabbih rahimahullah.
Demikian Faedah dan Mau’izhoh Hasanah yang dapat kami sampaikan pada
hari ini. Smg bermanfaat bagi kita semua.
(SUMBER: BBG Majlis Hadits, chat room Faedah & Mau’izhoh Hasanah. PIN: 2987565B)
0 komentar:
Posting Komentar