Rabu, 12 Juni 2013

Penonton Jenazah

Shalat Kematian
 
Kalau kita melihat ada orang yang meninggal dunia, maka jangan sampai dia menjadi tontonan. Masih banyak kita saksikan, ada sekelompok orang yang shalat jenazah, sementara ada juga orang yang duduk-duduk di depan masjid, bahkan ada yang sibuk merokok, smsan, dlsb, seolah-olah mayit itu jadi tontonan. Itu semua harus diakhiri. Bebaskan kampung kita, dari penonton-penonton jenazah. Kalau kebetulan kita di rumah, segera keluar, dan ikut menshalatkan. Sebab masa depan jenazah itu, sedikit banyak ditentukan oleh doa kita. Karena orang yang mati, seperti orang yang tenggelam di lautan, lalu tangannya, terlihat melambai-lambai, ingin memperoleh pertolongan dari yang hidup, dan siapa yang bisa membantu menyelamatkan mereka? Tidak lain kita semua.


Kalau kita nanti sudah bisa shalat jenazah, maka jangan pelit untuk berdoa. Memang doa untuk jenazah sudah cukup dengan Allahummaghfirlahu warhamhu wa’aafihi wa’fu anhu, tetapi, karena mereka sangat membutuhkan, maka, tambahkan doa yang juga diajarkan oleh Rasulullah SAW, seperti :

• Allahmmaghsilhu min khathaayaa, bil maai, wassalji wal baraj, wanaqqihi minal khathayaa kamaa yunaqqo tsaubul abyadhu minad danas (Ya Allah, mandikan mayit ini dengan air yang segar, dan bersihkan mayit ini dari dosa, seperti kain putih yang dibersihkan dari seluruh noda).

• Wa abdilhu daaron khoiron min daarih wa ahlan khoiron min ahlih, wa’aahidhu min ‘adzaabil qobri, wa min ‘adzaabin naar (Ya Allah, gantilah rumah yang ditinggalkan dengan rumah yang lebih indah di dalam kuburnya, berikanlah pendamping hidup yang lebih menyenangkan dari pendamping hidupnya di dunia, jauhkan dia dari siksa kubur, dan siksa api neraka).

• Allahumma inkaana muhsinan fazid fiih ihsaanih wa ingkaana muzii’an, fatajaawaj ‘an sayiiaatih (Ya Allah jika mayit ini memang orang baik, maka kebaikannya itu lipatgandakan, jika mayit ini tidak baik, maka hapuskanlah seluruh kesalahannya).


Kalau seseorang dinasehati tentang kematian, dan masih saja tidak terketuk hatinya, berarti ada sesuatu yang tidak beres dengan dirinya itu. Apalagi nasehat kematian itu diletakkan pada ibadah yang tertinggi dari seluruh ibadah, yakni shalat. Dan ternyata, doa untuk mayit, allahummaghfirlahu warhamhu wa’aafihi wa’fu anhu, adalah doa yang selalu kita baca dalam shalat yakni rabbighfirlii, warhamnii…. dst. Sepertinya kita diingatkan, nanti kalau kamu mati, inilah doa yang dibaca oleh orang-orang yang dibelakangmu. Dan ternyata, doa Allahmmaghsilhu min khathaayaa…dst, itu adalah doa yang selalu kita baca sebelum membaca Al Fatihah dalam shalat.

Mengingatkan tantang kehidupan, kematian dan kebangkitan, itu ternyata kita praktekkan dalam sujud kita. Mengapa sujud itu harus dua kali? Pertama, untuk menunjukkan keseriusan untuk lebih dekat dengan Allah. Kedua, sujud pertama mengingatkan, bahwa kita dari tanah tempat sujudmu itu, ingatlah bahwa dari situ kamu diciptakan. Lalu kita bangkit dari sujud, ingatlah, bahwa inilah kehidupan yang riil, sekarang ini, tetapi tidak akan lama, sebab engkau akan kembali lagi ke tanah. Lalu kita sujud yang kedua, mengingatkan, siapapun kamu, kamu pasti akan kembali ke tempat sujudmu itu. Dan ” Kami akan mengeluarkan kamu pada kali yang lain “. Kalau sekarang ada mayit yang dibakar, lalu abunya dibuang ke laut, lalu sisanya ditempatkan ditempat lain juga seperti yang dilakukan oleh saudara kita yang beragama lain. Maka, yang abu itu nanti akan dikembalikan oleh Allah menjadi tulang dan daging seperti semula dan itulah nanti akan dibangkitkan. Begitu juga kalau sekarang ada orang yang jatuh dari pesawat, dagingnya tidak ditemukan, tercecer di mana-mana, itu pun akan dikumpulkan lagi oleh Allah, dan dibangkitkan kembali. Jadi, sujud, bangun, sujud lagi, adalah sama dengan ingat inna lillaahi wa inna ilaihi rooji’uun ( sungguh, kita adalah milik Allah, dan hanya kepadaNyalah kita akan kembali).

Sebelum salam, ada doa yang diajarkan oleh Rasulullah SAW. Allahumma bi’ilmikal ghaib, (Ya Allah, dengan pengetahuanMu tentang yang ghaib) termasuk tentang apa yang terjadi besok, bulan depan atau tahun depan. Wa biqudratika ‘alal khalq (dan dengan kekuasaanMu atas seluruh makhluk). Ahyinii maa kaanatil hayaatu khairol lii (Ya Allah hidupkan aku, jika memang menurut pengetahuanMu besok hari itu lebih baik untukku). Wa tawaffanii idzaa kaanatil wafaatu khaoiron lii (dan matikanlah aku, jika menurut pengetahuanMu esok hari itu tidak lebih baik).

Tidak ada peringatan tentang kematian, yang bisa menundukkan manusia melebihi kematian, dan apalagi kematian itu diingat pada waktu shalat. Insya Allah jika semua orang menyadari seperti ini, tidak mungkin ada orang nikah instan di mobil, tidak mungkin orang mencuri uang negara sekian banyak, tidak mungkin orang gampang berbuat kejahatan dll. Karena dengan sujud saja kita sudah diingatkan bahwa dari tempat sujud itulah kita diciptakan, lalu bangkit, dan ingatlah nanti kamu akan bertanggung jawab secara pribadi-pribadi kepada Allah. Sungguh shalat kita mencerminkan kematian.
 

0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Press Release Distribution