"Lima(5) Bentuk Kejujuran Menurut Imam Ghazali"
Allah Azza wa Jalla berfirman :
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah
kamu bersama orang-orang yang benar.” (Qs. At-Taubah 119).
Rasulullah Shallallahu'Alaihi Wasallam bersabda: “Hendaklah kamu semua
bersikap jujur, karena kejujuran membawa kepada kebaikan dan kebaikan
membawa pada surga.” (HR. Bukhari).
Kejujuran menjadi buah
bibir banyak orang. kejujuran hadir dengan gaung yang membahana. Kita
seakan baru mengenal kata dan sifat mulia, “jujur”. Entah karena
seringnya ber dusta dan kebohongan oleh perilaku kita sendiri ataukah
karena seringnya kita dibohongi sehingga kita menjadi heboh dengan
“kejujuran.”^^
Padahal, melakukan dan mengucapkan kebenaran
telah diajarakan dalam Al-qur'an. Melaksanakan dan melafalkan dengan
penuh kejujuran telah diungkap oleh Rasulullah Shallallahu'Alaihi
Wasallam. Padahal, mengamalkan dan melontarkan kebenaran telah
disinggung oleh para Ulama".
Para Ulama berkata, “Langkah
awal kejujuran itu adalah menjauhi dusta di semua ucapan. Kejujuran
menjadi pintu masuk dalam perbuatan, niat, kenyataan hidup, dan di semua
lini kedudukan.”
Imam Al-Ghazali menyebut ada Lima (5) Bentuk Kejujuran. Yaitu :
1. Jujur dalam ucapan :
Tiap kata yang meluncur dari bibir dan lisan seseorang wajib memuat dan
mengandung kebenaran. Bukan gunjingan, gossip, dan fitnah.
Rasulullah Shallallahu'Alaihi Wasallam bersabda: “Barangsiapa yang
beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berkata yang baik atau
diam.” (HR. Bukhari-Muslim)
2. Jujur dalam berniat :
Tanda niat yang benar, salah satu tandanya, berbanding lurus dengan perbuatan di lapangan kehidupan.
Niat saja belum cukup jika tidak diiringi dengan kemauan dan kejujuran
bahwa dirinya akan berupaya sekuat tenaga mewujudkan niatnya tersebut.
3. Jujur dalam kemauan :
Jujur dalam kemauan merupakan usaha agar terhindar dari
kesalahan-kesalahan dalam menyampaikan kebenaran. Berpikir masak"
sebelum bertindak, menimbang baik-buruk dengan ‘kacamata’ Allah adalah
tanda jujur dalam kemauan ini.
Pada saat seseorang telah jujur
dalam kemauan, tidak ada hal yang ingin ia gapai selain melakukan
perkara yang dibenarkan oleh Allah dan Rasul-Nya.
4. Jujur dalam menepati janji :
Janji adalah hutang, demikian kalimat yang sering terngiang. Karena
hutang, maka wajib untuk dibayar sesuai dengan nilainya. Menepati janji
bukan sembarang sikap. Menepati janji berarti mempertaruhkan harkat dan
martabat dirinya di hadapan orang lain demi memberi keyakinan pada orang
tersebut bahwa ia sanggup untuk membayarnya. Dengan sikap jujur, janji
akan tertunai dan amanah akan dijalankan.
5. Jujur dalam perbuatan :
Sebagaimana Al-Ghazali menyatakan makna jujur dalam niat dan
perkataan, pada traktak bentuk kejujuran yang kelima ini, Ghazali
menggarisbawahi agar kita melengkapi diri dengan jujur dalam perbuatan.
Ucapan yang baik dan niat tulus akan menjadi semakin indah jika ada
wujud amal dalam kenyataan. Jujur dalam perbuatan artinya memperlihatkan
sesuatu apa-adanya. Tidak berbasa-basi. Tidak membuat-buat. Tidak
menambah dan mengurangi. Apa yang ia yakini sebagai kejujuran dan
kebenaran, ia jalan dengan keyakinan kuat bahwa Allah Subhannahu wa
Ta'ala bersama orang-orang yang benar-benar sebenarnya!
Jadi, Mari tanyakan diri sendiri tanpa menoleh pada orang lain, Mampukah kita ?
Insya Allah
Kirimkan Ini lewat Email
BlogThis!
Berbagi ke Facebook
0 komentar:
Posting Komentar