Seorang guru 
sedang duduk menghadap murid-muridnya dan berkata: “Ada satu permainan. 
Di tangan kiri saya ada racun, di tangan kanan ada madu. Jika saya 
angkat racun, maka berserulah “madu!”. Jika saya angkat madu, maka 
katakanlah “racun!” Lalu, di mulailah permainan tersebut. Pada awalnya 
para murid kerepotan, namun lambat laun mereka menjadi
 terbiasa. Sang guru tersenyum puas seraya berkata. “Anak-anak, 
begitulah kita umat Islam. Mulanya kita dengan jelas dapat membedakan, 
yang ini haq dan yang itu bathil. Kemudian, musuh musuh Islam datang 
kepada kita, memaksakan kehendaknya dengan berbagai cara, hingga sanggup
 membalikkan yang haq menjadi bathil, dan sebaliknya yang bathil menjadi
 haq.
 Awalnya, mungkin kita sulit untuk menerimanya, tapi 
karena terus menerus disosialisasikan dengan cara-cara menarik, akhirnya
 kita menjadi terbiasa pada fakta yang sudah diputarbalik tersebut. 
Seperti ungkapan, “Jika kebathilan dibicarakan berulang-ulang oleh 
banyak orang dan di banyak kesempatan, niscaya orang akan menganggapnya 
sebagai kebenaran.”
 Persis seperti sabda Nabi shallallahu 
‘alaihi wa sallam. Dari Abu Sa’id al-Khudri radhiyallahu ‘anhu, Nabi 
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
 لَتَتَّبِعُنَّ سَنَنَ 
مَنْ قَبْلَكُمْ شِبْرًا بِشِبْرٍ وَذِرَاعًا بِذِرَاعٍ ، حَتَّى لَوْ 
سَلَكُوا جُحْرَ ضَبٍّ لَسَلَكْتُمُوهُ . قُلْنَا : يَا رَسُولَ اللهِ ، 
الْيَهُودَ وَالنَّصَارَى ؟ قَالَ : فَمَنْ ؟
“Kalian pasti akan 
mengikuti langkah-langkah orang sebelum kalian sejengkal demi sejengkal 
atau sehasta demi sehasta, sampai walaupun mereka masuk ke dalam lubang 
biawak, kalian pun pasti akan memasukinya.” Kami (sahabat) bertanya: 
“Apakah yang dimaksud adalah Yahudi dan Nashara?” Beliau menjawab: 
“Lantas siapa lagi?” (HR. Bukhari dan Muslim)
 Pada gilirannya, 
kalianpun mengikuti kebiasaan tersebut berangsur-angsur hingga akhirnya 
kalian menjadi penentang Islam dan membela kekafiran.
 Hari ini,
 pacaran tidak lagi sesuatu yang tabu. Zina tidak lagi dianggap haram, 
bahkan para artis penzina jadi idola. Pakaian seksi menjadi trend tanpa 
rasa malu, sex sebelum nikah menjadi suatu kebiasaan dan trend hiburan 
yang mengaasyikan, hedonisme menjadi gaya hidup alternatif. Kawin sesama
 jenis sudah mendapat legalitas hukum di banyak negara di dunia.
 Propaganda para phobia Islam itu telah diinformasikan dalam Al-Qur’an:
 وَقَالَ الَّذِينَ كَفَرُوا لِلَّذِينَ آمَنُوا اتَّبِعُوا سَبِيلَنَا 
وَلْنَحْمِلْ خَطَايَاكُمْ وَمَا هُمْ بِحَامِلِينَ مِنْ خَطَايَاهُمْ مِنْ
 شَيْءٍ إِنَّهُمْ لَكَاذِبُونَ
“Orang-orang kafir berkata 
kepada orang-orang mukmin:”Wahai orang-orang mukmin, ikutilah cara hidup
 kami. Kami akan menanggung segala dosa kalian selama kalian mengikuti 
kam.”Padahal sebenarnya orang-orang kafir itu tidak sedikit pun sanggup 
menanggung dosa-dosa mereka sendiri. Sungguh orang-orang kafir itu 
berdusta.” (Qs. Al-Ankabut, 29: 12)
 Badan Intelijen Amerika 
Serikat, CIA (Central Intellegent Agency) membentuk lembaga dana sosial 
bernama “Asia Foundation” yang mengucurkan dana ber-milyar dollar per 
tahun. Di Indonesia, lembaga ini sebagai pengusung dan sponsor gerakan 
SEPILIS yaitu penyakit Sekulerisme, Pluralisme dan Liberalisme yang 
merusak akidah Islam
 William Ewart Gladstone (1809-1898), 
mantan PM Inggris mengatakan: “Percuma kita memerangi umat Islam, dan 
tidak akan mampu menguasasinya selama di dalam dada pemuda-pemuda Islam 
bertengger Al-Qur’an. Tugas kita sekarang adalah mencabut Al-Qur’an dari
 hati mereka, baru kita akan menang dan menguasai mereka. Minuman keras 
dan musik lebih menghancurkan umat Muhammad daripada seribu meriam. Oleh
 karena itu tanamkanlah ke dalam hati mereka rasa cinta terhadap materi 
dan seks.”
 Kebencian Gladstones juga tercermin dalam 
kata-katanya: “So long as there is this book, there will be no peace in 
the world” (Selama ada Al-Qur’an ini, maka tidak akan ada perdamaian di 
dunia)
 Pernyataan Gladstone sudah berlalu lebih dari 200 tahun,
 tetapi para phobia Islam melestarikannya sebagai metode efektif dan 
implementatif untuk menyimpangkan manusia dari jalan Allah. Mereka 
menggunakan media massa dan elektronik, melalui budaya, mimbar ilmu di 
perguruan tinggi maupun lewat seni dan buku-buku serta pidato di 
berbagai forum.
 Al-Qur’anul Karim menginformasikan kepada kita:
 وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَشْتَرِي لَهْوَ الْحَدِيثِ لِيُضِلَّ عَنْ سَبِيلِ
 اللهِ بِغَيْرِ عِلْمٍ وَيَتَّخِذَهَا هُزُوًا أُولَٰئِكَ لَهُمْ عَذَابٌ 
مُهِينٌ
“Dan diantara manusia ada yang mempergunakan perkataan 
yang tidak berguna untuk menghalangi (manusia) dari jalan Allah tanpa 
Ilmu, dan menjadikan jalan Allah itu sebagai olok-olokan. Mereka itulah 
yang akan memperoleh azab yang menghinakan.” (QS. Luqman, 31: 6)
 Ayat di atas menjelaskan bahwa provokator kebathilan dengan tujuan 
menyelewengkan manusia dari jalan-Nya faktual, bukan fiktif. Mereka 
memprovokasi manusia dengan ucapan manis tapi beracun, dan menyesatkan 
melalui pemikiran berkedok ilmu pengetahuan.
 Namun, betapapun 
upaya musuh-musuh Islam memprovokasi umat Islam dengan cara 
menjelek-jelekkan Islam, tapi mereka tidak akan mampu mengalahkan hujah 
kebenaran Islam, sebagaimana ditegaskan dalam Al-Qur’an:
 
اَلَّذِينَ يَتَرَبَّصُونَ بِكُمْ فَإِنْ كَانَ لَكُمْ فَتْحٌ مِنَ اللهِ 
قَالُوا أَلَمْ نَكُنْ مَعَكُمْ وَإِنْ كَانَ لِلْكَافِرِينَ نَصِيبٌ 
قَالُوا أَلَمْ نَسْتَحْوِذْ عَلَيْكُمْ وَنَمْنَعْكُمْ مِنَ 
الْمُؤْمِنِينَ فَاللهُ يَحْكُمُ بَيْنَكُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَلَنْ 
يَجْعَلَ اللهُ لِلْكَافِرِينَ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ سَبِيلًا
”Wahai kaum mukmin, orang-orang munafik selalu mengharap musibah menimpa
 kalian. Jika kalian mendapatkan kemenangan dari Allah, orang-orang 
munafik berkata: “Wahai kaum mukmin, bukankah dahulu kalian bersama 
kami?” Akan tetapi, jika orang-orang kafir yang mendapatkan kemenangan, 
orang-orang munafik berkata. “Wahai orang-orang kafir, bukankah kalian 
dahulu telah kami beritahu tentang keadaan orang-orang mukmin, dan kami 
membela kalian menghadapi tantangan orang-orang mukmin?” Allah kelak 
akan mengadili kalian semua pada hari kiamat. Allah tidak akan memberi 
jalan kepada orang-orang kafir untuk mengalahkan kebenaran hujah 
orang-orang mukmin.“ (Qs. An-Nisaa’, 4: 141)
 15.03
15.03
 



 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
0 komentar:
Posting Komentar