Merenungi Hidup Yang Serba Singkat, Tak Terasa Kala Di Akhirat
"Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati
(berasal) dari tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang
disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu Kami
jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal
daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu
tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan
dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha Sucilah Allah, Pencipta
Yang Paling Baik. Kemudian, sesudah itu, sesungguhnya kamu sekalian
benar-benar akan mati. Kemudian, sesungguhnya kamu sekalian akan
dibangkitkan (dari kuburmu) di hari kiamat" (QS Al Mu'minun [23]: 12 -
16)
Allah SWT memerintahkan kepada hamba-hambanya baik melalui kalimat
secara langsung maupun tidak langsung, agar memperbanyak
tafakkur/merenung. Termasuklah salah satu bahan renungan adalah tentang
makna sebuah kehidupan; darimana asal kejadian, bagaimana proses
penciptaan manusia, mengapa dan untuk apa diciptakan, kemudian ke mana
akhir kehidupan, serta apa kejadian sesudah dimatikan. Demikian isi
kandungan dari ayat di atas.
Yang dapat diketahui bahwa manusia diciptakan dari saripati tanah, menjadi mani, menjadi segumpal darah, segumpal darah kemudian menjadi segumpal daging, daging dikuatkan dengan tulang jadilah manusia seperti kita yang kemudian berproses dalam kehidupan dari masa anak-anak, remaja, tua, hingga mengakhirinya dengan kematian, kemudian dibangkitkan untuk mempertanggung-jawabkan masa kehidupan di dunia. Ini adalah proses alamiah yang tidak hanya manusia yang akan melewatinya, tetapi seluruh makhluk yang bernyawa.
"Sesuatu yang bernyawa tidak akan mati melainkan dengan izin Allah, sebagai ketetapan yang Telah ditentukan waktunya." (QS Ali Imran :145)
Apabila disadari betul-betul hidup di dunia sungguh-sungguh singkat, sangat-sangat sebentar/sesa’at, menurut WHO salah satu badan kesehatan dunia, rata-rata harapan manusia untuk hidup maksimal adalah antara 50-79 tahun. Hal ini apabila dibandingkan dengan kehidupan akhirat yang kekal abadi. Allah SWT menggambarkannya: "Pada hari mereka melihat hari berbangkit itu, mereka seakan-akan tidak tinggal (di dunia) melainkan (sebentar saja) di waktu sore atau pagi." (QS 79: 46)
Dari pemahaman yang mendalam inilah, diharapkan timbul kesadaran, dan dari kesadaran diharapkan muncul akhlak yang mulia selama menjalani hidup di dunia. Dengan prinsip untuk apa melalaikan perintah Allah dalam kehidupan yang singkat dan terbatas, dan untuk apa berbuat jahat kepada sesama manusia, semua itu akan sia-sia dan menjadikan rugi bahkan menyesal ketika di hari pertanggungjawaban.
Sebaliknya, hidup yang serba singkat ini hendaknya banyak berbekal dengan keshalehan, ketakwaan, mengisi waktu tersisa dengan hal-hal yang bermanfaat dan banyak membahagiakan orang lain tentunya dapat mengantarkan manusia kepada ketenangan menjalani kehidupan dunia dan akhirat.
"Hai anak Adam, sesungguhnya Kami telah menurunkan pakaian untuk menutupi 'auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. Dan pakaian takwa itulah yang baik. Yang demikian itu adalah sebahagian dari tanda-tanda kekuasaan Allah, mudah-mudahan mereka selalu ingat."(QS 7: 26).
Yang dapat diketahui bahwa manusia diciptakan dari saripati tanah, menjadi mani, menjadi segumpal darah, segumpal darah kemudian menjadi segumpal daging, daging dikuatkan dengan tulang jadilah manusia seperti kita yang kemudian berproses dalam kehidupan dari masa anak-anak, remaja, tua, hingga mengakhirinya dengan kematian, kemudian dibangkitkan untuk mempertanggung-jawabkan masa kehidupan di dunia. Ini adalah proses alamiah yang tidak hanya manusia yang akan melewatinya, tetapi seluruh makhluk yang bernyawa.
"Sesuatu yang bernyawa tidak akan mati melainkan dengan izin Allah, sebagai ketetapan yang Telah ditentukan waktunya." (QS Ali Imran :145)
Apabila disadari betul-betul hidup di dunia sungguh-sungguh singkat, sangat-sangat sebentar/sesa’at, menurut WHO salah satu badan kesehatan dunia, rata-rata harapan manusia untuk hidup maksimal adalah antara 50-79 tahun. Hal ini apabila dibandingkan dengan kehidupan akhirat yang kekal abadi. Allah SWT menggambarkannya: "Pada hari mereka melihat hari berbangkit itu, mereka seakan-akan tidak tinggal (di dunia) melainkan (sebentar saja) di waktu sore atau pagi." (QS 79: 46)
Dari pemahaman yang mendalam inilah, diharapkan timbul kesadaran, dan dari kesadaran diharapkan muncul akhlak yang mulia selama menjalani hidup di dunia. Dengan prinsip untuk apa melalaikan perintah Allah dalam kehidupan yang singkat dan terbatas, dan untuk apa berbuat jahat kepada sesama manusia, semua itu akan sia-sia dan menjadikan rugi bahkan menyesal ketika di hari pertanggungjawaban.
Sebaliknya, hidup yang serba singkat ini hendaknya banyak berbekal dengan keshalehan, ketakwaan, mengisi waktu tersisa dengan hal-hal yang bermanfaat dan banyak membahagiakan orang lain tentunya dapat mengantarkan manusia kepada ketenangan menjalani kehidupan dunia dan akhirat.
"Hai anak Adam, sesungguhnya Kami telah menurunkan pakaian untuk menutupi 'auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. Dan pakaian takwa itulah yang baik. Yang demikian itu adalah sebahagian dari tanda-tanda kekuasaan Allah, mudah-mudahan mereka selalu ingat."(QS 7: 26).
Wallahu
‘alam bish-shawab.
(Republika.co.id)
0 komentar:
Posting Komentar