Dimana Allah? Dilangitkah atau dibumi bersama Mahluk-Nya?
Kita tahu
bahwa kemanapun kita menghadap disana ada wajah Allah. Kita juga
diajarkan bahwa Allah itu lebih dekat dari urat leher kita. Tapi kita
juga diajarkan bahwa Allah itu bersemayam diatas ‘Arsy-Nya yang agung.
Dalam salah satu hadis, juga disebutkan bahwa Allah itu ada dilangit.
Lalu, dimanakah Allah sebenarnya ? Bagaimana menjelaskan konsep semua
ini secara logis selain berbicara dogmatis seperti yang penting iman ? Dalam bahasa
sederhananya, ketika kita menggambarkan bahwa Allah ada diatas ‘Arsy,
maka seperti apakah itu ? Ketika kita menyatakan bahwa Allah lebih dekat
dari urat leher kita, lalu seperti apa itu ? Ketika kita menyatakan
bahwa kemanapun kita menghadap maka disitulah wajah Allah, lalu seperti
apakah itu ? Ketika disebutkan bahwa Allah ada dilangit, lalu langit
manakah itu?
Jika anda
merasa materi ini akan membebani anda, maka lupakan dan jangan teruskan
membacanya karena pembahasan berikutnya jika tidak hati-hati dalam
memahami ayat-ayat Allah bisa jadi dapat membuat anda meragukan akidah
anda terhadap Islam bahkan juga terhadap eksistensi Allah serta dapat
menimbulkan fitnah anda kepada saya sebagai penulisnya.
Namun bila
anda merasa sebagai seorang yang berpikiran terbuka, merasa tertantang
dan siap untuk memacu adrenalin kepenasaran anda, silahkan melanjutkan
bacaan ini. Bismillah., Oke, jika
anda sudah membaca sampai disini, maka artinya anda telah memutuskan
untuk memahami agama anda lebih jauh.
Mari kita bahas dulu secara perlahan dan runut … apa yang dimaksud dengan ‘Arsy Allah tersebut ?
إِنَّ رَبَّكُمُ اللّهُ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضَ فِي سِتَّةِ أَيَّامٍ ثُمَّ اسْتَوَى عَلَى الْعَرْشِ
Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, lalu Dia bersemayam di atas ‘Arsy (Qs. 7 al-A’raf : 54)
Telah
terjadi perbedaan pandangan antara ulama “klasik” atau ulama salaf
dengan ulama-ulama kontemporer dan atau modern dalam menafsirkan istilah
‘Arsy ini. Dimana ulama klasik lebih suka memahami ‘Arsy sebagai suatu
singgasana dimana dari singgasana-Nya inilah Tuhan mengendalikan
kekuasaan-Nya atas makhluk-makhluk-Nya, namun ulama-ulama tersebut juga
lebih suka untuk tidak melakukan pembahasan lebih jauh mengenainya dan
hanya mencukupkan urusannya kepada iman dan itu menjadi rahasia
ALLAH. Majhul, Ma qul, Imaan bihi wajib, wa su al anhu bid’ah (tidak
diketahui maknanya, dan tidak boleh mengatakannya mustahil, percaya
akannya adalah wajib, bertanya tentang ini adalah Bid ah Munkarah).
Dengan bahasa gaul sederhananya kira-kira : “udah deh tong, ente gak
usah capek-capek mumet mikirin ntu. Iman aje dah. Ntar gila loe, itu
masih untung gila, kalo gak bener, loe bisa jadi kafir, nerake jahanem
dah loe”.
Sebaliknya,
sebagian ulama lain yang lebih moderat menolak penafsiran ‘Arasy seperti
yang telah disebutkan tadi karena menurut mereka ALLAH tidak
membutuhkan tempat, ruangan dan juga tidak terikat dengan waktu. Jika
dikatakan bahwa ALLAH duduk diatas ‘Arsy maka berarti ALLAH memiliki
wujud yang sama seperti makhluk-Nya yang memerlukan tempat tinggal dan
tempat bernaung, padahal ALLAH Maha Suci dan Maha Mulia dari semua itu !
وَلَمْ يَكُن لَّهُ كُفُواً أَحَدٌ
Tidak ada sesuatu apapun yang sama dengan-Nya (Qs. 112 al-Ikhlas : 4)Dalam sifat 20 ketuhanan yang wajib di-imani oleh umat Islam salah satunya adalah :
ﻣﺨﺎﻟﻔﺘﻪ ﻟﻠﺤﻮﺍﺩﺙ (Mukhalafatuhu lilhawadith alias Tuhan itu tidak meyerupai sesuatu apapun).
Boleh-boleh
saja jika ada yang lalu kemudian “cari aman” dan mengikuti pendapat atau
pemahaman ulama klasik yang pertama, tetapi bagi mereka yang tidak puas
dan selalu ingin mencari penjelasan logis disetiap doktrin keagamaan,
maka hal itupun sangat tidak terlarang.
Bahwa untuk
menjalankan ketentuan suatu agama terkadang harus dimulai dengan kata
iman memang sering menjadi sesuatu hal yang tidak dapat terbantahkan.
Keadaan beriman sesorang umumnya berada dalam kondisi “jadi” dari
seseorang itu (sebab ini akan kembali dari lingkungan mana ia
dilahirkan). Namun seiring dengan bertambah dewasanya cara kita
berpikir, sangat pantas sekali apabila kita mencoba mempertanyakan
sejauh mana kebenaran dari keberimanan yang kita peroleh dari kondisi
‘jadi’ tadi.
Tuhan
memberikan kita akal untuk berpikir, untuk menjadi cerdas bukan untuk
jadi figuran dan sekedar ikut-ikutan. Karenanya kita berdua tidak bisa
mengatakan kondisi beriman tersebut ada karena lewat iman. Pernyataan
ini tertolakkan dalam dunia ilmiah dan bertentangan dengan penalaran
saya selaku manusia yang fitrah.
Tuhan
menjadikan alam semesta ini dengan ilmu-Nya, dan Dia telah mengukur
keseimbangan masing-masing komposisi ciptaan-Nya itu secara proporsional
dan adil. Begitupula ketika Dia mewahyukan kalam-Nya dalam bahasa
manusia, itupun memiliki tujuan agar sang manusia selaku hamba, bisa
meraba, bisa mempelajari dan memikirkannya, bukan cuma untuk sebatas
percaya atau habis dalam bentuk kata-kata tiada makna.
Tuhan secara
filsafat adalah tuhan dalam bentuk yang terlalu bervariasi sebagaimana
bisa dibaca melalui pendapat para filosof yang ada (sebut saja nama
socrates, plato, aristoteles, descartes atau juga kant dan bandingkan
semua konsepsi filsafat mereka tentang tuhan). Saya lebih memilih ranah
akal atau rasio untuk memahami Tuhan dan menemukan eksistensi kebenaran
Dia.
Kita tidak
mungkin bisa membedakan mana dogma yang benar dan mana dogma yang salah
dengan berdasarkan dogma juga (baca: Iman), artinya seseorang tidak bisa
berdalih dibelakang kata ” iman ” untuk membenarkan dogma yang ia anut,
sebab sekali lagi kata ” iman ” ini adalah bagian dari dogma yang ada,
dan setiap pemeluk masing-masing agama bisa berkata yang sama, akibatnya
jika dipaksakan dan dibenturkan secara emosional bisa dipastikan akan
kacaulah apa yang disebut sebagai kebenaran yang sejati (toh akhirnya
kebenaran menjadi sangat relatif dan subyektif padahal kebenaran itu
sifatnya absolut atau pasti).Akhirnya, semua doktrin keagamaan termasuk
dogma ketuhanan sekalipun tidak berarti apa-apa jika tidak bisa dicerna
secara ilmu melalui akal pikiran yang ada pada manusia, dan inilah sikap
rasionalitas keber-agamaan yang saya anut.
Mengikuti
sesuatu yang mudah dimengerti akan jauh lebih memuaskan daripada
mengikuti sesuatu yang tidak dimengerti atau tidak diketahui.
Dalam
kaitannya dengan pembahasan kita kali ini, maka saya mengadakan
pendekatan penafsiran istilah ‘Arsy yang disebut selaku singgasana-Nya
Allah adalah sebagai tempat dimana ALLAH mempertunjukkan kekuasaan-Nya
kepada semua hamba-hambaNya.
Dan itulah
alam semesta yang terbentang luas dihadapan kita. Semua isi alam ini,
termasuk benda-benda angkasa seperti bumi, bulan, matahari,
planet-planet, komet, meteor, galaksi, manusia, malaikat, jin, hewan,
tumbuhan dan apa saja yang ada diantara keduanya adalah merupakan
perwujudan dari singgasana Tuhan.
وَهُوَ الَّذِي خَلَق السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضَ فِي سِتَّةِ أَيَّامٍ وَكَانَ عَرْشُهُ عَلَى الْمَاء
Dan Dia-lah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, dan adalah ‘Arsy-Nya berada diatas alma’ (air)
Qs. 11 Huud : 7
Dari ilmu
pengetahuan modern kita bisa mengetahui bahwa angkasa raya tidaklah
kosong hitam saja seperti yang kita lihat dimalam hari, beberapa hasil
observasi sejumlah astronom telah mengemukakan kepada kita bahwa
diangkasa raya sana ada begitu banyak bintang gemintang, planet-planet,
satelit dan bahkan galaksi sebagaimana galaksi yang kita diami ini (bima
sakti/milky way). Belum lagi dengan beragamnya makhluk hidup yang ada
diluar planet bumi kita ini yang biasa kita sebut sebagai Alien.
Ruang adalah kekosongan yang ada diantara benda.Saat sesuatu itu memiliki sekat, pembatas atau juga atap maka dia bisa kita sebut sebagai ruang.Tanpa keberadaan benda apapun maka dia tidak bisa disebut sebagai ruang.Hal
ini bisa kita paralelkan dengan pendapat Paul Dirac yang menyatakan
bahwa yang disebut sebagai ruang kosong sesungguhnya merupakan lautan
elektrin dalam keadaan negatip tanpa batas.
Sementara
kita tahu bahwa keberadaan dari elektron itu sendiri menjadikannya
sebagai keberadaan benda sehingga terbentuklah yang disebut
sebagai ruang.
Pada
tingkat selanjutnya, benda yang senantiasa berputar akan menimbulkan
waktu, dan tanpa adanya putaran benda, maka otomatis akan tiada juga
waktu.; Misal, dengan berotasi terhadap matahari sebesar 66,5 derajat
dalam orbitnya dengan tingkat kecepatan konstan 29,79 km/detik seraya
berputar pada porosmya dengan kecepatan 11,18 km/detik maka timbullah
yang disebut dengan istilah hari, jam, menit, detik …. atau dalam bahasa
sederhananya : rotasi planet atau pusingan sebuah benda akan
menimbulkan adanya istilah waktu.
Dalam
Fisika Nuklir, elektron mengalami pusingan atau putaran yang disebut
dengan istilah isospin, dimana elektron sebagai atom yang bermuatan
listrik negatip berputar mengelilingi inti atom yang bermuatan positip.
Dengan
demikian, maka keberadaan elektron didalam ruang kosong sebagaimana
teori dari Paul Dirac sebelumnya telah menimbulkan apa yang kita sebut
sebagai rotasi dan waktu.
Dan diantara ayat-ayat-Nya adalah menciptakan langit dan bumi ; dan Dabbah yang Dia sebarkan pada keduanya. dan Dia Maha Kuasa mengumpulkan semuanya apabila dikehendaki-Nya. Qs. 42 Asy-Syura :29
Allah lah yang menciptakan tujuh langit dan seperti itu pula bumi. Perintah /hukum-hukum/ Allah berlaku padanya, agar kamu mengetahui bahwasanya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu, dan sesungguhnya Allah, ilmu-Nya benar-benar meliputi segala sesuatu. (QS. 65:12)
Ini juga
mungkin alasannya kenapa Tuhan begitu gigih memerintahkan kepada manusia
untuk mempelajari ilmu tentang alam semesta sembari tidak melupakan
tasbih kepada-Nya, baik tasbih dalam arti berdzikir lisan mengucap puja
dan puji seperti para Malaikat ataupun bertasbih dalam pengertian sikap
tunduk dan patuh serta sadar akan kekecilan diri dihadapan Yang Kuasa
sebagaimana tunduknya alam semesta dan seperti tunduknya burung-burung
dan gunung.
Para Malaikat yang di sisi-Nya, mereka tidak punya rasa angkuh untuk mengabdi kepada-Nya dan tidak merasa letih, mereka selalu bertasbih malam dan siang tiada henti-hentinya. – Qs. 21 al-anbiyaa : 19 – 20
Langit yang tujuh, bumi dan semua yang ada di dalamnya bertasbih kepada Allah Dan tak ada suatupun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya – Qs. 17 al-israa : 44
Gunung-gunung dan burung-burung yang bertasbih – Qs. 21 al-anbiyaa : 79
Dan tiadalah binatang-binatang yang ada di bumi dan burung-burung yang terbang dengan kedua sayapnya, melainkan umat seperti kamu – Qs. 6 al-an’aam : 38
Orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi – Qs. 3 ali Imron : 191
Jadi
maksudnya jika ‘Arsy Allah itu adalah alam semesta ini, maka dimanakah
Allah itu sebenarnya ? Apakah benar bahwa Allah itu berada dimana-mana ?
banyak dong pak Allah kalau begitu. Tapi pak, bukankah seperti diawal
tadi anda ada bilang bahwa kemanapun kita menghadap disanalah wajahnya
Allah ? tapi dilain ayat al-Qur’an juga dibilang bahwa Dia justru lebih
dekat dari urat leher kita. Duh, tambah puyeng nih. Kok jadi berkesan
mumet begini ya pak …. kalo begitu pahamnya Wahdatul Wujud seperti yang
didengungkan oleh al-Hallaj atau Syaikh Siti Jenar benar donk ? Oke, mari
kita buat analogi-analogi dulu. Tetapi maaf, anda perlu kembali
berhati-hati dengan analogi yang saya buat agar tidak terjebak dengan
pemahaman yang keliru. Ini sudah melintasi materi tasawuf yang paling
pelik sekalipun. Saya akan menggunakan penjelasan rasional yang logis
dan dapat dipahami secara sederhana dengan akal sehat.
Anda pernah
minum secangkir es teh ? apalagi disiang hari yang panas terik dan bulan
Ramadhan lagi. Wah, pasti segerrrr rasanya. hehehe Baik, ini analogi saya … perhatikan gambar dibawah ini :
Pada gambar
diatas, terdapat sebuah gelas besar berisikan air, es, teh dan gula.
Itulah ibarat isi dari alam semesta ini, ada berbagai macam bentuk dan
wujud serta sifat benda-benda didalamnya (seperti yang sudah sempat kita
singgung bahwa alam semesta ini ada galaksi, planet, meteor, komet,
asteroid, satelit, matahari, manusia, jin, binatang, tumbuhan dan
seterusnya sebagainya). Air, tempat
dimana semua itu berada dan larut menjadi satu sistem yang sempurna, …
itulah wadah atau tatakan atau singgasana ataupun ‘Arsynya Tuhan dalam
hal ini ! Didalam alam nyata, air tersebut tidak lain adalah alam
semesta yang menaungi segala benda-benda yang berserak didalam angkasa
kita, mulai dari yang terdekat dan terlihat sampai pada yang paling
jauuuuhhh dan tak mungkin terlihat oleh kita. Gelas tempat
dimana semua itu bernaung, itulah Tuhannya dalam hal ini, yang tentu
saja berada menaungi air selaku wadah pelarut dan secara otomatis
menaungi juga semua benda-benda lain yang larut dan ada didalam air itu
sendiri.
Itulah
kenapa, didalam sejumlah ayat al-Qur’an ada disinggung istilah Wajah
ALLAH, Tangan-Nya, Kursi-Nya ataupun Betis sebagaimana terdapat dalam
ayat-ayat berikut :
Dan adalah kepunyaan Allah Timur dan Barat, maka ke manapun kamu menghadap di situlah Wajah Allah – Qs. 2 al-Baqarah : 115
Maka Maha Suci Dia yang ditangan-Nya kekuasaan atas semuanya – Qs. 36 Yaasin : 83
Dan tetap kekal Wajah Tuhanmu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan – Qs. 55 ar-Rahman : 27
Kursi Allah meliputi langit dan bumi. – Qs. 2 al-Baqarah: 255
Pada hari betis disingkapkan dan mereka dipanggil untuk bersujud QS. 68 al-Qalam : 42
Apakah ini
berarti kita bisa melihat Tuhan, pak Arman ? khan analoginya seperti
contoh segelas air es manis. Hm, jelas tidak mungkin kita melihat Tuhan
meskipun kita tetap menggunakan analogi diatas. Sebab larutan yang
menaungi semua benda atau elemen tadi begitu pekatnya terlihat dari
dalam sehingga menutupi eksisten wujud asli dari sang gelas. Begitupula
halnya dengan kita, tidaklah mungkin melihat wujud asli dari Allah itu
sendiri sebab alam semesta ini, angkasa raya kita ini begitu pekat
dengan selimut hitamnya, begitu penuh dengan lapisan-lapisan atau
tingkat kekelamannya, begitu jauh dan luasnya sehingga tak mungkin
terukur secara panjang, lebar dan luas jarak dari satu titik ketitik
yang lain. Bahkan menentukan titik-titik semesta raya inipun kita tidak
akan pernah mampu. Dimana awalnya dan dimana juga ujung semestanya,
semua terlalu pekat untuk bisa ditembus. Tetapi satu hal, Allah pastinya
ada dan menaungi semua ini.
Pada kasus
Nabi Musa, Allah menyingkapkan sedikit cahaya-Nya menguak kegelapan
semesta yang melingkupi-Nya sehingga akibatnya, pingsanlah Musa dan
gunungpun hancur karena tak kuatnya.
7:143. Dan tatkala Musa datang untuk (munajat dengan Kami) pada waktu yang telah Kami tentukan dan Tuhan telah berfirman (langsung) kepadanya, berkatalah Musa: “Ya Tuhanku, nampakkanlah (diri Engkau) kepadaku agar aku dapat melihat kepada Engkau”. Tuhan berfirman: “Kamu sekali-kali tidak sanggup melihat-Ku, tapi lihatlah ke bukit itu, maka jika ia tetap di tempatnya (sebagai sediakala) niscaya kamu dapat melihat-Ku”. Tatkala Tuhannya menampakkan diri kepada gunung itu, dijadikannya gunung itu hancur luluh dan Musa pun jatuh pingsan. Maka setelah Musa sadar kembali, dia berkata: “Maha Suci Engkau, aku bertobat kepada Engkau dan aku orang yang pertama-tama beriman”.
Nah,
sekarang anda tidak bingung lagi khan ? Sebentar dulu pak Arman, lalu
berarti Allah menyatu dengan hamba-Nya ? iyalah dengan makna seperti
analogi diatas. Wah, pak, anda terlalu berani mengambil perumpamaan ini,
khan Allah itu maha ghaib pak.
Loh, bener
bahwa Allah itu maha ghaib, tapi jangan lupa bahwa Allah itu juga maha
nyata loh. Coba buka al-Qur’an anda dan buktikan sendiri, ada tidak ayat
berikut ini ?
هُوَ الْأَوَّلُ وَالْآخِرُ وَالظَّاهِرُ وَالْبَاطِنُ وَهُوَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ
huwa al-awwalu waal-aakhiru waalzhzhaahiru waalbaathinu wahuwa bikulli syay-in ‘aliimun
Dialah Yang Awal dan Yang Akhir Yang Zhahir dan Yang Bathin dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu. (Taken from al-Qur’an surah al-Haadid [57] ayat 3)
Jadi, Allah
itu juga bersifat lahir, nyata, zhahir, mampu dipandang dan dipahami.
Tidak njelimet seperti doktrin ketuhanan lain yang berputar-putar dengan
semua filsafat ke-esaan sehingga kemudian muncul tuhan turunan bak
rumus-rumus matematika saja sampai ada tuhan anak, tuhan bapa dan
sebagainya. Tiga tapi satu, satu tapi tiga. Konsep Tuhan didalam Islam
itu gak bikin stress otak deh.
Oleh : Armansyah
0 komentar:
Posting Komentar