Senin, 25 Februari 2013

Kepercayaan Pasangan Sumber Ketenangan

Sepasang Suami-Istri di Atas Perahu


Seorang lelaki baru saja menikah dan sedang pulang ke rumah bersama istrinya. Mereka menyebrangi sungai menggunakan sebuah perahu, tiba-tiba badai besar muncul. Lelaki itu seorang pejuang, ia tampak tenang. Namun istrinya tampak begitu ketakutan karena tidak terbiasa dengan suasana yang mencekam.
Yang mereka ditumpangi mereka adalah sebuah perahu kecil, sedangkan badai begitu besar. Dengan kondisi begitu mereka bisa saja tenggelam kapanpun. Tetapi lelaki itu duduk diam dan tenang seperti tidak terjadi apapun.

Sambil gemetar istrinya bertanya, “Tidakkah kamu takut? Ini mungkin saat terakhir dalam hidup kita! Kita mungkin tidak akan sampai ke tepian. Hanya keajaiban yang bisa menyelamatkan kita, tanpa itu pasti kita akan mati. Apakah kamu tidak takut? Kenapa kamu diam seperti batu?”

Lelaki itu tersenyum dan mengeluarkan pedang dari sarungnya. Istrinya tambah bingung dibuatnya. “Apa yang dilakukannya?”, pikirnya dalam hati.

Sesaat kemudian, lelaki itu menempelkan pedang di dekat leher istrinya, hanya ada sedikit celah sampai pedang itu betul-betul menempel pada leher istrinya.

Lelaki itu bertanya, “Apa kamu takut?”

Istrinya tertawa dan menyahut, “Buat apa saya takut? Jika pedang itu ada di tanganmu, buat apa saya takut? Saya tau kamu mencintai aku.”

Lelaki itu menaruh kembali pedangnya dan menjelaskan, “Itulah jawabanku. Saya tau Allah mencintaiku, dan badai ini ada di genggaman-Nya. Karena itu, apapun yang terjadi pastilah baik.”

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman dalam al Qur’an:

“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (2:216)

Sungguh, kepercayaan kita terhadap pasangan adalah sumber ketenangan dalam mengarungi kehidupan rumah tangga. Jika memang suami kita orang shalih, insha Allah tidak akan berbahaya pisau ditangannya. Kepercayaan ini adalah kepercayaan yang sesuai dengan fitrah. Selama ia masih ada, dan disandarkan pada obyek yang tepat, kepasrahan adalah kebahagiaan seutuhnya.

Semoga bermanfaat 


0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Press Release Distribution