Taubat dan Keutamaannya Menurut Islam
Kata dari “Taubat” dalam
bahasa Arab berarti “kembali”. Dalam konteks Islam, Taubat adalah
menjauhi apa yang Allah SWT larang kemudian kembali melakukan apa yang
Allah SWT perintahkan.
Subjek dari taubat adalah seseorang yang beriman kepada Allah, dan hal vital bagi kaum Muslim
untuk mengetahui bahwa keselamatan kita diakhirat berlandaskan taubat
kita terhadap Allah, seperti firman Allah; “Dan bertaubatlah kamu
sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu
beruntung”»[Qur’an, 24: 31].
Dan diayat
lain Allah berfirman: “Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang
bertaubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri.”[Qs 2:222]
Ini menunjukkan betapa gembiranya Allah terhadap taubat hamba-hambanya. Juga, nabi Muhammad (saw) memberikan
ilustrasi betapa besar kebahagiaan Allah terhadap taubat kita. Dalam
sebuah hadis beliau saw, mengatakan:“Kebahagian Allah dengan taubat
hamba-Nya lebih besar dari kebahagian seseorang yang menemukan kembali
untanya yang penuh dengan barang-barang setelah hilang di padang
tandus.”(Diriwayatkan oleh Anas dan di kumpulkan dalam Sahih Bukhari Vol
8, halaman 214 dan nomor, 321 dan Sahih Muslim vol 4, halaman 1434
nomor 6611)
Coba anda
bayangkan, betapa gembiranya anda jika tiba-tiba anda menemukan kembali
semua barang-barang anda yang hilang. Namun kegembiraan Allah lebih
besar dikala mendapati hamba-Nya yang bertaubat kepada-Nya. Dan jika,
manusia tiada lagi bertaubah kepada Allah, maka Allah akan
menggantikannya dengan kaum lain yang bertaubah kepada-Nya.
Nabi
saw, berkata: “Anda kamu tidak lagi melakukan dosa, maka Allah akan
menggantikan kamu dengan kaum yang lain yang akan melakukan dosa,
lantas meminta ampunan kepada Allah dan Allah akan
mengampuninya.”(Diriwayatkan oleh Abu Ayub dan Abu Hurairah dan
dikumpulkan dalam Sahih Muslim Volume4, Hal:1436-7, nomor:6620-2)
Masalah
yang kita miliki sekarang ini adalah kita tidak lagi takut kepada
Allah, yang artinya kita tidak lagi berfikir dua kali jika melanggar
perintah Allah dan jatuh kedalam dosa. Pernyataan Ibnu Mas’ud ra, dapat
dijadikan ilustrasi: “Orang beriman melihat dosanya seolah-olah dia
sedang duduk dibawah gunung dimana ia takut gunung itu akan
menibaninya, namun orang yang sombong menganggap dosanya seibarat
seekor lalat yang terbang melewati hidungnya kemudian ia mengusirnya
(kemudian Ibnu Mas’ud mengibaskan tangannya didepan hidunganya sebagai
ilustrasi)(Sahih Bukhari. vol.8 hal.214 no.320).
Jangan pernah berputus asa:
Seseorang mungkin berkata,”Aku ingin bertaubat namun dosaku terlalu banyak.”Allah menjawab kalimat tersebut didalam Al Quran:“Katakanlah:
“Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri,
janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah
mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun
lagi Maha Penyayang.”[Az Zumar,39:53]
Oleh karenanya, janganlag
putus harapan atau berhenti meminta ampunan-Nya. Masalah ini, amatlah
penting sehingga nabi saw, pun dalam sebuah hadis mengatakan,“Oh
umatku! bertaubatlah dan mintalah ampunan Allah, sesungguhnya aku
meminta ampunan Allah seratus kali setiap harinya.(”Sahih Muslim vol.4
hal.1418 no.6523).
Taubat adalah ibadah yang amat besar nilainya
dan akan menghapus dosa-dosa kita, sebagai mana nabi saw, mengatakan:
“Seseorang yang bertaubat seperti orang yang tanpa dosa.”(Hasan
-Diriwayatkan oleh Abu ‘Ubaidah ibn ‘Abdullaah & dikumpulkan oleh
Ibn Majah Authenticated oleh al-Albani)
Hanya Allah yang dapat mengampuni dosa:
Pengampunan
atas dosa-dosa kita adalah bukan sesuatu yang datang dengan
sendirinya, namun sesuatu yang harus dicari dengan kerendahan hati dan
dengan kesadaran. Pula, kita harus ingat bahwa hanya atas rahmat Allah
lah manusia dapat masuki surga. Nabi saw, menganjurkan:“Lakukan
kebaikan secara ma’ruf, dan dengan tulus tidak terpaksa, dan bukan
karena amal kita yang akan memasuki kita ke surga.”Lantas sahabat
bertanya,”Apakah ini berlaku pula bagimu wahai Rasulullah?”, Nabi
menjawab.” ini berlaku pula kepadaku, kecuali Allah memberi ampunan-Nya
kepadaku,”(Sahih Bukhari. vol.8 Hal.315 no.474).
Oleh karenanya
di dalam Islam, keselamatan itu bermuara kepada amal dan harapan
terhadap ampunan Allah, keduanya terkombinasi kedalam cara/gaya yang
unik yang tidak akan ditemukan didalam sistem agama lain.
Lebih
lanjut, hanya Allah yang dapat mengampuni dosa dan Allah tidak
membutuhkan campur tangan pihak lain. Bukti ini ada dalam doa yang
diajarkan nabi saw, kepada Abu Bakar ra, yang berbunyi:“Ya Allah,
sesungguhnya aku telah berbuat dosa dan tidak ada yang dapat mengampuni
aku selain Engkau.”(Sahih Bukhari vol.1 hal.442 no.776), Sahih Muslim
(vol.4 hal.1419-20 no.6533).
Oleh karena itu adalah kesia-siaan
yang mutlak meminta pengampunan kepada orang-orang yang bergelar
“Santo”, orang salih atau bahkan kepada Nabi saw pun. Allah berfirman
untuk menjawab orang-orang seperti demikian;“Sesungguhnya
berhala-berhala yang kamu seru selain Allah itu adalah makhluk (yang
lemah) yang serupa juga dengan kamu. Maka serulah berhala-berhala itu
lalu biarkanlah mereka mmperkenankan permintaanmu, jika kamu memang
orang-orang yang benar.”( Al A’raaf :194)
Namun dibalik itu
semua, hal yang terpenting janganlah kita berputus asa terhadap rahmat
Allah. Tiada dosa yang terlalu besar untuk kembali bertaubah atau
terlalu kecil. Janganlah memohon ampunan kepada siapapun.“Janganlah
menganggap remeh dosamu, namun ingatlah kebesaran dari Tuhan yang telah
engkau langgari perintah-Nya.”(al Baihaqi ‘Sh’abul Iman’ (5/430).
Wassallam.
0 komentar:
Posting Komentar