Kamis, 21 Februari 2013

Tumaninah = Ketenangan

 Kata Tumaninah


Kata Tumaninah berasal dari Bahasa Arab, seakar dengan kata ithmi’nan yang berarti ketenangan (dinisbatkan pada kondisi jiwa).


Dalam Alquran kata tumaninah terdapat dalam beberapa ayat sebagai berikut:  

28. (yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.

Ketenangan berkaitan dengan kondisi batiniah. Dan ini pun yang harus muncul dalam ibadah sholat yang kita lakukan. Satu rukun dalam sholat adalah tumaninah dalam setiaap amaliyah gerakan (filiyah).

Kondisi ketenangan menurut ayat Alquran diperlukan untuk mendapatkan jiwa yang puas dan diridhoi serta masuk dalam golongan hamba Allah dan ahli surga. Untuk mendapatkan hal ini maka diperlukan cara yang salah satunya adalah dengan memperbanyak zikir mengingat Allah dalam setiap aktivitas.

Zikir yang dimaksud tidak hanya dalam ibadah mahdoh tetapi juga dalam setiap aktifitas seperti dalam surat Al-Jum’ah :10. “apabila telah ditunaikan shalat, Maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung”, ataupun tidak harus dengan membaca zikir membaca bacaan zikir, asal aktivitas dibarengi dengan mengingat Allah dan selalu mawas diri dari pengawasaan Allah, maka itu sudah termasuk zikir yang dimaksudkan.

Jadi ketengan jiwa akan memberikan hasil positif selain dapat memberikan kepuasan dan kenyamanan dalam hidup dengan senantiasa berzikir dan mawas diri, juga akan mendapatkan keridhoan yang dijanjikan oleh Allah.

Sifat Ketergesaan Manusia

Fitrah manusia yang disebutkan dalam Alquran adalah sifat yang disebut “ajal” yakni ketergesaan. Dalam ayat lain sifat manusia adalah sering berkeluh kesah . Sifat-sifat ini dimiliki manusia karena memang manusia diberikan jiwa (nafsu) oleh Allah. Seperti pada ayat tetang muthmainnah diatas, jiwa (nafs) manusia dapat memiliki sifat ketergesaan sehingga akal dan hatinya tidak bisa memandu aktivitas dan tujuan hidupnya.

Manusia telah dijadikan (bertabiat) tergesa-gesa. Kelak akan aku perlihatkan kepadamu tanda-tanda (adzab) -Ku. Maka janganlah kamu minta kepada-Ku mendatangkannya dengan segera .

Yang dimaksud ketergesaan adalah sikap terlalu cepat memutuskan/bertindak atau mendahhului kodrat waktu yang ditentukan. Kaum umat zaman dulu mereka tidak sabar menanti proses dalam meyakini kemaha besar-an Allah akhirnya Allah memberikan ancaman bagi mereka dengan azab yang tak pernah terbayangkan sebelumnya.

Nah ketenangan (tumaninah) yang dibahas disini adalah upaya untuk mengendalikan sifat nafsu manusia yang tergesa gesa dan tanpa bimbingan akal dan hati. Menjadikannya pribadi-pribadi yang menurut Imam Ghazali harus selalu memiiliki jiwa (nafsu) mutmainnah dan meninggalkan nafsu lawwamah (nafsu yang tidak menentu)  dan ammarah (nafsu yang membawa pada kejelekan)

Konsep Ihsan setelah Iman dan islam

Ihsan merupakan pengamalan diniyah paling hakiki bagi seseorang. Ihsan merupakan implementasi dari islam dan imannya seseorang. Orang yang memiliki jiwa ihsan maka keseharian hidupnya (yang memang merupakan ibadah) selalu dilandasi keyakinan dan ketaatan. Karena ia memiliki pandangan bahwa ia seolah-olah selalu bersama dan menghadap Allah dan diawasiNya. Hingga setiap ucapan, perbuatan maupun gerak hatinya akan dilihat sangat dekat oleh Allah. Insan yang Muhsin (orang yang memiliki sifat Ihsan) ini niscaya akan memiliki tingkat kekhusuan dan kesungguhan tinggi dalam setiap ibadah, dan akan dapat  menggapai derajat tertinggi yakni ketaqwaan .

Orang yang seolah-olah menghadap Allah akan selalu siap sedia untuk melaksanakan keinginan Allah dan selalu pantang melanggar laranganNya. Ia senantiasa malu untuk berbuat maksiat bahkan hal yang tidak berguna sekalipun. Kesendiriannya maupun aktivitas sosialnya selalu dibalut dengan rasa malu dan takut pada Allah. Baginya Allah ada dihatinya, selalu menyertai, memperhatikan dan akan memberi balasan bagi aktivitas yang dilakukan dirinya.

Qolbu Management (Manajemen Hati)

Menggapai Kekhusuan dalam ibadah

45. Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. dan Sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu',

46. (yaitu) orang-orang yang meyakini, bahwa mereka akan menemui Tuhannya, dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya.  Setiap aktivitas manusia, maka segalanya merupakan ibadah. Setiap menghadapi kesulitan atau musibah maka kita diwajibkan untuk selalu bersabar, meyakini bahwa segala sesuatu berasal dari Allah dan selalu akan kembali kepada Allah.

Selain itu, permhohonan pertolongan kepada Allah juga harus diimplementasikan dalam bentuk ibadah sepenuhnya yaitu Sholat. Sholat yang merupakan meditasi terbesar dalam Islam , sehingga setiap manusia dapat mencegah dari perbuatan keji dan munkar.

Nah konsep sabar (bentuk ikhtiar dalam aktivitas kehidupan secara umum) serta sholat (bentuk komunikasi permohonan dan harapan pada Allah) yang diwajibkan kepada manusia ini hanya akan dicapai dengan sebuah kesungguhan yang disebut sebagai kekhusuan. Ya Khusu’ bukan hanya dalam sholat tetapi harus bisa diimplementasikan dalam kesabaran dalam setiap aktivitas. Namun apakah hakikat dari kekhusuan yang dimaksud tersebut?

Orang yang merasakan kekhusuan dalam hidupnya akan mayakini selalu berhadapan dengan Allah dimanapun dan kapan pun sehingga setiap ucapan perbuatan bahkan desiran hati akan selalu diperhatikan dan dihisab oleh Allah. Selalu merasa seolah-olah melihat Allah dalam setiap aktivitas, ihsannya teruji setiap mengatakan sesuatu, setiap merencanakan sesuatu dan setiap melakukan hal apapun. Allah di mata hatinya ada dimana-mana, lebih dekat dari pada urat lehernya .

Kedua orang Khosiin (yang mampu mengamalkan kekhusuan) ia selalu siap bahwa setiap saat, waktu dekat ataupun jauh pasti kembali lagi padanya. Ia siap setiap saat ketika beraktivitas apapun, Allah mengambil jiwanya. Mengambil ruhnya dan menjadikan tubuhnya kaku. Ia merasa hak Allah atasnya sangatlah besar, Ia pemilik tubuh ini, menitipkannya pada kita dan kapanpun Ia mau mengambil titipanNya asalkan kita selalu anamah menjaga dan “meminjam” amanah Allah ini untuk kegiatan yang diridhoiNya.

Luar biasa indahnya hidup jika nuansa khusu dapat diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Allah selalu ada dihadapan kita, zikir baik lisan maupun perbuatan selalu dilaksanakan, inilah kunci bagi munculnya ketenangan dalam hati. Ketenangan jiwa sebagai janji Allah bagi orang yang senantiasa khusu dalam sholat, Khusu dalam setiap kesabaran berikhtiar di dunia. Seorang yang khusu ini barulah dikatakan sebagai seorang mu’min yang hakiki. Sehingga Janji Allah dalam FirmanNya:

4. Dia-lah yang telah menurunkan ketenangan ke dalam hati orang-orang mukmin supaya keimanan mereka bertambah di samping keimanan mereka (yang telah ada). dan kepunyaan Allah-lah tentara langit dan bumi  dan adalah Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.

0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Press Release Distribution