Senin, 11 Februari 2013

Beliau Adalah Alarm Bagiku

Alarm Surgawi

Alarm surgawi. Demikian sebutan yang kuberikan kepada Pak Didi. Mungkin terkesan sedikit berlebihan, tapi sebenarnya tidak juga. Setiap hari, aku dan sebagian besar warga kampung terbangun setelah mendengar lantunan sholawat Pak Didi melalui pengeras suara mushola Baiturrohiim. Alhamdulillah, meski tidak semua warga akhirnya sholat berjamaah di mushola, tapi lantunan sholawat Pak Didi menjadi awal yang indah untuk memulai hari.


Siapakah Pak Didi? Jika Anda pernah membaca tulisan berjudul 90 Langkah Menuju Mushola, Hafalan Pak Didi, Tasbih Pak Didi serta satu tulisan berjudul Rumah Kedua yang sekarang sudah dibukukan, pasti tahu Pak Didi mana yang kumaksudkan.

Pak Didi adalah salah satu jamaah mushola Baiturrohiim yang istimewa di mataku. Meski kedua indera penglihatannya tak lagi berfungsi, tapi semangat ibadahnya tetap tinggi. Beliau yang menggunakan rumus 90 langkah untuk datang ke mushola setiap dini hari menjelang Shubuh karena tak mau merepotkan istri, anak dan cucunya. Beliau yang tetap semangat menghafal ayat-ayat suci Al Quran. Beliau yang tak pernah menyerah dengan keterbatasannya. Tasbih ‘aneh’ yang terbuat dari kepingan pipa paralon adalah salah satu buktinya. Beliau pula yang pertama hadir di mushola, melantunkan sholawat hingga masuk waktu Shubuh.

Tapi kemarin, hampir saja aku ketinggalan sholat berjamaah. Aku terbangun pada saat adzan Shubuh berkumandang. Alhamdulillah, astaghfirulloh! Aku mengucap syukur dan istighfar bergantian. Bersyukur karena Allah masih memberiku kesempatan bertemu pagi. Beristighfar karena hampir saja aku ketinggalan sholat Shubuh berjamaah di mushola. Barangkali aku tidur terlalu lelap sehingga tak mendengar Pak Didi bersholawat. Tapi ternyata bukan aku tak mendengar, aku tak melihat Pak Didi di tempat favoritnya, ujung kiri shaft pertama. Kabar yang kudengar Pak Didi sakit. Sejak malam sebelumnya beliau sudah tak hadir di jamaah sholat Isya. Aku kira tak hadirnya Pak Didi bukan karena sakit tapi karena ada kepentingan lainnya.

Innalillahi wa inna Ilaihi rojiuun….

Ya Allah, diantara sekian banyak doa dan pintaku, izinkan aku menambah satu permintaan lagi, sembuhkanlah Pak Didi. Apapun sakit yang kini diderita, angkatlah segera darinya, pulihkanlah kesehatannya.

Bukan semata karena beliau satu-satunya jamaah yang paling dekat denganku di mushola. Bukan semata karena beliau satu-satunya orang yang pernah meminta ijin padaku untuk membacakan surah Yaasin, mendoakan almarhumah istriku beberapa hari menjelang setahun meninggalnya dulu. Bukan, bukan hanya karena itu.

Bukan pula semata karena beliau selalu peduli denganku, beberapa kali menyatakan bersedia membantu mencarikan pengganti almarhumah untukku. Lebih, lebih dari itu. Dengan lantunan sholawatnya, beliau adalah ‘alarm’ bagiku, yang membangunkanku sehingga aku bisa sholat Shubuh berjamaah, tepat waktu.

Terlepas dari pendapat orang dengan masa lalu Pak Didi, bagiku beliau tetaplah istimewa. Banyak cerita pernah kudengar, tapi satu yang kukagumi adalah semangat beliau dalam memperbaiki diri, mendekatkan diri kepada Illahi.

Puluhan orang datang ke mushola untuk sholat Maghrib berjamaah, tapi bisa dihitung dengan jari sebelah tangan jamaah yang tetap tinggal, menunggu datangnya waktu Isya sambil membaca Al Quran. Pak Didi salah satunya. Meski faktor usia mempengaruhi daya tangkap dan juga daya ingatnya, namun tak menyurutkan semangat Pak Didi untuk menghafal ayat-ayat suci Al Quran.

Dan hal lain yang aku kagumi, belum pernah sekalipun aku mendengar beliau berkeluh kesah terkait dengan penglihatannya. Justru beliau bersyukur karena dengan diambilnya kembali nikmat penglihatan darinya, setidaknya satu pintu maksiat telah tertutup untuknya. Dan meski beliau tak bisa melihat, langkah kakinya selalu mantap mendekat ke rangkulan Illahi. Tidak sepertiku yang seringkali masih tengok kanan dan kiri, terpesona gemerlap duniawi.

Ya Allah, hamba mohon dengan sangat, sembuhkanlah Pak Didi. Kembalikanlah ia di tengah-tengah kami untuk bersama-sama mendekat kepada Mu. Meski matanya tak mampu lagi melihat indahnya dunia, tapi hatinya mampu melihat indahnya surga. Ya Allah, sembuhkanlah Pak Didi, sembuhkanlah. Amin ya Allah ya Robbal ‘Alamin. 




0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Press Release Distribution