Bersyukurlah Allah Masih Mau Menegur Kita
Bersyukurlah pada Allah bila hati kita masih kerap mencela diri atas kemaksiatan yang dilakukan. Sebab itu adalah tanda bahwa kita masih memiliki hati seorang mukmin yang memang harus merasa sakit oleh kemaksiatan. Hal ini merupakan sinyal, bahwa hati ini masih cenderung pada fitrahnya yang bersih dan menolak kekotoran, lalu menyeru agar segera kembali kepada Rabbnya.
Ada dua cara Allah SWT menegur dan mengingatkan hamba-Nya yang melakukan kesalahan. Karena banyak terjadi, sekedar kegelisahan atas dosa dan sekedar rasa sakit dalam jiwa terhadap kemaksiatan, tidak cukup membuat perubahan yang membuat seorang hamba meninggalkan dosa dan kemaksiatan itu. Itulah sebabnya, Al Qur'an menyebut ada noda-noda hitam yang terus menerus menyelubungi hati dengan istilah ar raan. Noda-noda hitam itu adalah dosa dan kemaksiatan karena seseorang terus menerus melakukannya hingga akhirnya menggelapkan hatinya.
Maka, bersyukurlah bila Allah SWT masih menegur kita dengan sesuatu yang menyakitkan, tapi lalu hal itu membuat kita terhenyak dan sadar. Bersyukurlah kepada Allah SWT, bila kita masih merasakan pengingatan dari Allah SWT, dengan suatu keadaan yang memukul hati. Tapi hal itu kemudian melahirkan ketundukan pada keagungan Allah SWT, menyadarkan perasaan faqir terhadap kuasa Allah SWT, membuat kita mengerti tentang ketidakberdayaan di hadapan kebesaran Allah SWT yang selama ini sering tertutup oleh kesombongan, perasaan aman atau keadaan kita yang stabil. Artinya, kita menjadi tidak kenal dengan diri sendiri seperti perkataan ahli hikmah Qiss bin Saadah, "Sebaik-baiknya pengenalan seseorang adalah pengenalannya terhadap diri sendiri. Sebaik-baiknya ilmu adalah ilmu yang mengajarkan seseorang mengerti tentang kadar ilmunya."
Mungkin kita pernah merasakan kesedihan tanpa alasan yang kita tahu. Atau, pernah merasa sakit tanpa sebab. Atau, merasa asing di tengah keramaian dan di tengah keluarga, merasa terancam di tengah banyaknya teman, merasa bosan di tengah berbagai kemudahan. Semua itu menandakan bahwa hati kita memang sedang sangat butuh dan sangat memerlukan kedekatannya dengan Allah SWT. Kita memang tidak mungkin jauh dari Allah SWT. Kita, tak mungkin bisa tenang tanpa tambatan hati kepada Allah SWT. Karena jiwa akan terus mencari sesuatu yang membuatnya tenang dan nyaman. Dan ketenangan dan kenyamanan itu sesungguhnya hanya bisa diperoleh dari Allah SWT.
Mungkin ada baiknya kita dengarkan nasihat Ibnul Qayyim rahimahullah dalam kitab Al Fawa-id, "Bila manusia merasa kaya dengan harta, merasa kaya lah engkau dengan adanya Allah SWT. Jika manusia berbahagia dengan dunia, berbahagialah engkau dengan Allah SWT. Jika mereka merasa asyik dan intim dengan kekasihnya, jadikanlah keintimanmu dengan Allah SWT. Jika mereka merasa tersanjung dengank dekatan pada penguasa dan petinggi mereka untuk mendapat penghormatan dan kemuliaan, kenalkanlah dan dekatkanlah dirimu kepada Allah SWT agar engkau mendapatkan puncak kehormatan dan ketinggian."
Teguran Allah SWT itu, memang bisa saja menyakitkan. Tapi itulah bentuk cinta Allah SWT agar seseorang segera kembali mengenali diri, dan mengenali Allah SWT. Inilah yang patut kita syukuri bila Allah SWT masih mau menegur kita. Jangan sampai kondisi kita seperti ucapan syaikh Al Qur'an terkenal asal Mesir, Muhammad Ar Rawi, "Hukuman paling berat atas seseorang adalah bila Allah SWT menjadikan ia lupa pada dirinya sendiri. Sebab bila seseorang lupa pada dirinya sendiri, maka ia akan terjerumus pada kenistaan, tapi ia merasa telah melakukan kebaikan." Karena itulah, sekali lagi, teguran Allah SWT bisa menyakitkan.
Bersykurlah.....bila Allah SWT masih menegur kita.
0 komentar:
Posting Komentar