PERJALANAN MENUJU AKHIRAT
Hari akhirat adalah hari setelah kematian yang wajib diyakini
kebenarannya oleh setiap orang yang beriman kepada Allah Azza wa Jalla
dan kebenaran agama-Nya. Hari itulah hari pembalasan semua amal
perbuatan manusia, hari perhitungan yang sempurna dan hari
ditampakkannya semua perbuatan yang tersembunyi sewaktu di dunia.
Juga pada hari itu orang-orang yang melampaui batas akan berkata penuh penyesalan:
Duhai, alangkah baiknya kiranya aku dahulu mengerjakan (amal shalih) untuk hidupku ini.[al-Fajr/89:24]
Maka hendaknya setiap Muslim yang mementingkan keselamatan dirinya
benar-benar memberikan perhatian besar dalam mempersiapkan diri dan
mengumpulkan bekal untuk menghadapi hari yang kekal abadi ini. Karena
pada hakikatnya, hari inilah masa depan bagi manusia yang sesungguhnya.
Kedatangan hari tersebut sangat cepat seiring dengan cepat berlalunya
usia manusia. Allah Azza wa Jalla berfirman:
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah
setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok
(akhirat), dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui apa yang kamu kerjakan [al-Hasyr/59:18]
Dalam menafsirkan ayat di atas Imam Qatdah rahimahullah [1] berkata:
Senantiasa Rabbmu (Allah Azza wa Jalla) mendekatkan hari Kiamat,
sampai-sampai Dia menjadikannya seperti besok[2].
Semoga Allah Azza wa Jalla meridhai Sahabat yang mulia Umar bin
Khaththab Radhiyallahu anhu yang telah mengingatkan hal ini dalam
ucapannya yang terkenal: Hisablah (introspeksilah) dirimu saat ini,
sebelum kamu dihisab (diperiksa/dihitung amal perbuatanmu pada hari
kiamat). Timbanglah dirimu saat ini, sebelum amal perbuatanmu ditimbang
(pada hari Kiamat), karena sesungguhnya akan mudah bagimu menghadapi
hari kiamat jika kamu mengintrospeksi dirimu saat ini; dan hiasilah
dirimu dengan amal shaleh untuk menghadapi hari yang besar ketika
manusia dihadapkan kepada Allah Azza wa Jalla. Allah Azza wa Jalla
berfirman :
Pada hari itu kamu dihadapkan (kepada Allah), tiada sesuatupun dari keadaanmu yang tersembunyi (bagi-Nya) [al-Hqqah/69:18] [3]
Senada dengan ucapan di atas, Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu anhu
berkata: Sesungguhnya dunia telah pergi meninggalkan kita, sedangkan
akhirat telah datang menghampiri kita, dan masing-masing dari keduanya
(dunia dan akhirat) memiliki pengagum, maka jadilah kamu orang yang
mengagumi/mencintai akhirat dan janganlah kamu menjadi orang yang
mengagumi dunia, karena sesungguhnya saat ini waktunya beramal dan tidak
ada perhitungan, adapun besok di akhirat adalah saat perhitungan dan
tidak ada waktu lagi untuk beramal[4].
_______
Footnote
[1]. Qatdah bin Dimah As-Sadsi Al-Bashri (wafat setelah tahun 110 H), adalah imam besar dari kalangan Tbiin yang sangat terpercaya dan kuat dalam meriwayatkan hadits Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam (lihat kitab Taqrbut tahdzb, hal. 409).
[2]. Dinukil oleh Ibnul Qayyim rahimahullah dalam kitabnya Ightsatul lahfn (hal. 152-Mawridul amn).
[3]. Diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam kitab beliau Az Zuhd (hal. 120), dengan sanad yang hasan.
[4]. Diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam Az Zuhd (hal. 130) dan dinukil oleh Imam Ibnu Rajab Al-Hambali dalam kitab beliau Jmiul ulmi wal hikam (hal. 461).
Footnote
[1]. Qatdah bin Dimah As-Sadsi Al-Bashri (wafat setelah tahun 110 H), adalah imam besar dari kalangan Tbiin yang sangat terpercaya dan kuat dalam meriwayatkan hadits Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam (lihat kitab Taqrbut tahdzb, hal. 409).
[2]. Dinukil oleh Ibnul Qayyim rahimahullah dalam kitabnya Ightsatul lahfn (hal. 152-Mawridul amn).
[3]. Diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam kitab beliau Az Zuhd (hal. 120), dengan sanad yang hasan.
[4]. Diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam Az Zuhd (hal. 130) dan dinukil oleh Imam Ibnu Rajab Al-Hambali dalam kitab beliau Jmiul ulmi wal hikam (hal. 461).
0 komentar:
Posting Komentar