Pendidikan Anak dalam Pandangan Rasulullah Saw
Dalam kehidupan rumah tangga, salah satu masalah terpenting yang
harus diperhatikan secara seksama oleh kedua orangtua adalah masalah
pendidikan dan pengajaran ilmu pengetahuan kepada anak-anak. Ayah dan
ibu harus membentuk kepribadian dan watak anak-anaknya yang baik dan
soleh dan juga menghormatinya. Salah satu bentuk bantuan yang bisa
diberikan orangtua untuk mendorong anak-anak mereka menjadi anak-anak
yang baik adalah, dengan mempersiapkan lingkungan yang sehat dan
mendukung, dimana orangtua menyediakan lahan untuk anak-anak mereka
sehingga bisa berkembang mencapai kesempurnaannya.
Haruslah disadari bahwa setiap perilaku dan perkataan kedua orangtua,
sekecil apapun itu dapat berpengaruh terhadap anak-anak, dan sekarang
ini telah terbukti bahwa seluruh ucapan dan tindakan setiap manusia
-kepada bayi sekalipun- dapat berpengaruh bahkan pada segala unsur fisik
yang berkenaan dengannya.
Kedudukan anak
Rasulullah Saw dalam menjelaskan kedudukan anak-anak umatnya di dalam
lubuk penciptaan bersabda, "Setiap cermin bayi umatku lebih aku cintai
ketimbang apa yang dipancarkan matahari kepada mereka".
Di dalam dari setiap manusia tersembunyi benih-benih kebahagiaan, yang
jika dipupuk dan dipelihara dengan benar, masing-masing dari mereka akan
menjadi pohon kebaikan yang nantinya akan memiliki gerak yang sesuai
bagi kesempurnaan manusia. Salah satu dari benih-benih itu adalah
memiliki anak yang saleh. Rasulullah Saw bersabda, "Salah satu
kebahagiaan manusia adalah memiliki sahabat-sahabat yang saleh dan anak
yang baik".
Tidak sedikit hadis-hadis dan riwayat yang
senada dengan ini, riwayat-riwayat yang memusatkan perhatiannya kepada
lingkungan keluarga, yaitu lingkungan keluarga yang dipenuhi oleh
nilai-nilai suci Ilahi dan maknawi. Surga ditumbuhi bunga-bunga yang
semerbak harumnya, dan anak yang soleh adalah salah satu dari
bunga-bunga itu, ia adalah bunga yang mekar di dalam lingkungan serupa
surga yang diciptakan oleh ayah dan ibunya.
Anak
-terlepas dari adat istiadat dan kebiasaan yang diserapnya dari
masyarakat- adalah cerminan dari budaya, moral, keimanan dan nilai-nilai
yang dianut dan terpatri di dalam wujud kedua orangtua dan keluarga.
Hal tersebut dikarenakan ayah dan ibu lah yang menumbuhkan benih-benih
kesempurnaan wujudnya pada wujud anak-anak mereka. Anak-anak tidak akan
tumbuh seperti yang kita inginkan, akan tetapi mereka tumbuh seperti
adanya kita sekarang.Sehubungan dengan hal ini Rasulullah Saw bersabda,
"Allah Swt menganugerahkan anak kepada manusia dalam kondisi fitrah yang
suci, jiwa yang sehat dan berbahagia, dan kedua orangtualah yang
menjadikannya celaka dan tersesat layaknya diri mereka sendiri".
Rasulullah Saw memerintahkan kedua orangtua untuk berusaha mendidik
anak-anak mereka dan bersabda, "Hormatilah anak-anak kalian dan hiasilah
mereka dengan etika yang baik".
Salah satu bentuk
penting penghormatan kepada anak-anak dan pendidikan mereka adalah
anjuran dan dorongan kepada mereka untuk melakukan shalat dan menjalin
hubungan dengan Tuhan. Bentuk yang lain dari etika penting dalam
mendidik anak adalah memilih nama yang baik bagi mereka. Nama-nama yang
dipakai oleh anggota-anggota keluarga menunjukkan nilai-nilai yang
dianut oleh keluarga tersebut, bahkan kita dapat memahami semangat dan
kecenderungan yang dimiliki oleh bangsa-bangsa dari nama-nama yang
mereka gunakan. Betapa banyak anak-anak yang dikarenakan kesalahan dari
orangtua mereka dalam memilih nama dan pendidikan etika yang tidak benar
mengalami krisis kepribadian di tengah masyarakat. Nama yang digunakan
manusia memiliki peran yang menentukan dalam pendidikan dan garis
hidupnya. Rasulullah Saw kepada Ali bin Abi Thalib as bersabda, "Wahai
Ali! Hak seorang ayah adalah memberikan nama yang baik kepada anaknya,
mendidiknya dengan baik dan menempatkannya pada posisi yang layak di
tengah masyarakat."
Pendidikan sebelum pengajaran
Tujuan terpenting agama suci Islam adalah pendidikan dan perbaikan
individu-individu masyarakat manusia sehingga masyarakat manusia menjadi
bersih dari kotoran-kotoran dan pencemaran-pencemaran ruh dan jiwa.
Jelas, bahwa tanpa pendidikan dan perbaikan, pengajaran ilmu pengetahuan
dan hikmah kepada manusia bukan saja tidak akan menciptakan sebuah
masyarakat ideal (madinah fadhilah), tetapi justru akan menjadi perusak
masyarakat itu sendiri. Berkenaan dengan hal ini Imam Khomeini berkata:
"Yang menjadi ancaman bagi dunia bukanlah senjata-senjata, bayonet,
roket-roket atau yang sejenisnya.Apa yang sedang menjerumuskan planet
ini ke jurang dekadensi adalah penyimpangan akhlak.Jika tidak ada
penyimpangan-penyimpangan akhlak, tidak ada satupun dari senjata-senjata
ini yang membahayakan manusia. Apa yang sedang menarik manusia dan
negara-negara ke jurang kehancuran dan dekadensi adalah
kemerosotan-kemerosotan yang ada pada para pemimpin negara-negara yang
sedang berkuasa atas pemerintahan-pemerintahan ini, mereka sedang
menciptakan kemerosotan akhlak, mereka sedang menggiring seluruh umat
manusia ke arah jurang kemerosotan dan dekadensi."
Rasulullah Saw dengan meletakkan program penyucian, perbaikan dan
pendidikan manusia dalam agenda kerjanya, dalam waktu yang tidak lama
dan dengan tidak dimilikinya fasilitas-fasilitas pendidikan dan
pengajaran seperti yang kita miliki di zaman ini, mampu menyumbangkan
pribadi-pribadi teladan seperti Ali as dan Fathimah kepada masyarakat
manusia.Sehubungan dengan ini Ali as berkata:
"Sesungguhnya kalian tahu kedudukan dan posisiku di sisi Rasulullah
Saw.Aku dibesarkan beliau di pangkuannya, dan meletakkan aku di dada
mulianya sehingga tercium olehku bau harum tubuhnya, beliau menyuapi aku
makanan dan beliau tidak pernah sekalipun mendapati aku berbohong dalam
perkataan, dan salah dalam perbuatan.
Aku selalu
bersama Rasulullah Saw layaknya anak di sisi ibunya, setiap hari beliau
menancapkan panji-panji kemuliaan akhlak di dalam wujudku dan
memerintahkan aku supaya mengikutinya."
Dengan
menghabiskan anggaran yang luar biasa besar untuk sistem pendidikan,
masyarakat manusia sampai saat ini masih belum mampu menyumbangkan
kepada dunia, pribadi-pribadi seperti Imam Ali as dan para maksum
(manusia suci) lain yang terdidik di sekolah Rasulullah Saw yang
menjamin kesempurnaan jiwa manusia.
Akan tetapi jangan
dibayangkan bahwa tercapainya kesempurnaan bagi selain manusia maksum
adalah sesuatu yang tidak mungkin, karena setiap manusia sesuai dengan
kadar usaha dan kerja kerasnya dengan cara mengais sedikit demi sedikit
ilmu dari sumber yang menjamin kesempurnaannya, dapat mencapai
kesempurnaan yang sesuai dengan diri dan usahanya secara baik. Tidak
diragukan bahwa orang-orang besar adalah orang-orang yang dididik di
dalam keluarga-keluarga yang di sana tercium bau harum tarbiah
Rasulullah Saw, tarbiah yang menjamin bagi tercapainya kesempurnaan
manusia.
Kasih sayang kepada anak-anak
Selama masa hidupnya, anak-anak kita harus merasakan rasa kasih sayang
semaksimal mungkin, karena Raulullah Saw dengan teladan dan tindakannya
serta dengan petunjuk-petunjuknya yang terang memerintahkan umat beliau
untuk melakukannya:
Rasulullah Saw di pagi hari
mengelus kepala anak-anaknya dengan tangannya yang mulia. Dinukil dalam
sebuah riwayat, "Suatu hari Rasulullah Saw dengan cepat menyelesaikan
shalat jamaahnya dan orang-orang yang hadir pada waktu itu bertanya
alasannya.Beliau bersabda,"Apakah kamu tidak mendengar suara tangis anak
kecil?" Betapa Nabi Muhammad Saw dengan kedudukannya yang tinggi
menghadapi setiap masalah dengan ketelitian.
Dan dalam
riwayat yang lain disebutkan, "Allah Swt akan mencatat setiap ciuman
ayah dan ibu terhadap anaknya sebagai kebaikan dan barangsiapa yang
menggembirakan anaknya Allah Swt kelak di Hari Kiamat akan memakaikan
untuknya baju yang karena cahaya baju itu, muka-muka penduduk surga akan
bersinar."
Di antara perkara penting yang patut
diperhatikan dalam dalam menunjukkan cinta dan kasih sayang kepada
anak-anak, ialah menepati janji yang diberikan oleh kedua orangtua
kepada anak-anaknya. Rasulullah Saw berkenaan dengan hal ini bersabda,
"Cintailah anak-anak, berkasih sayanglah dengan mereka dan setiap kali
kalian berjanji kepada mereka, tepatilah janji kalian itu.Karena
anak-anak beranggapan bahwa mereka menerima rezeki dari tangan kalian".
Masalah lain yang menyulitkan bagi keluarga adalah tidak sejalannya
orangtua dalam berprilaku terhadap anak-anak dan kurangnya perhatian
kepada tuntutan seusia mereka, Rasulullah Saw bersabda, "barangsiapa
yang memiliki anak, berperilakulah kepadanya layaknya seorang anak".
Anak-anak yang bermasyarakat
Dalam agama Islam sebagai madrasah yang menjamin kesempurnaan manusia,
cara hidup seperti biarawan (menyendiri) dan anti sosial dilarang untuk
dilakukan. Rasulullah Saw bersabda, "Manusia adalah makhluk sosial dan
agama suci Islam menekankan dan mendorong manusia untuk bermasyarakat."
Salah satu tugas terpenting orangtua dan juga lembaga kebudayaan dan
pendidikan adalah meletakkan pondasi akhlak dan pendidikan Islam
terhadap masyarakat dalam berperilaku dengan sesama. Menurut Islam titik
awal interaksi ini tidak lain adalah mengangkat dan menebar nilai-nilai
perdamaian dan kerukunan, dan ini terlihat dari perilaku saling
mengucapkan salam kepada sesama. Guna membangun pondasi nilai-nilai
agung ini dalam tubuh masyarakat, Rasulullah Saw bersabda, "Selama aku
masih hidup aku tidak akan meninggalkan untuk selalu memberikan salam
kepada anak-anak sehingga itu menjadi karakter dalam masyarakat dalam
bentuk sunah (tradisi)".
Jika kita lihat perkara ini
dari sudut pandang yang lain, kita akan saksikan bahwa Rasulullah Saw
dengan amal perbuatannya sedang mengajarkan kepada umat manusia dan
mengatakan kepada mereka, "Wahai sekalian manusia! Wahai masyarakat
manusia! Jika kalian ingin memiliki sebuah masyarakat yang dipenuhi
dengan kedamaian, keselamatan dan kerukunan, mulailah dari diri kalian
sendiri, hiasilah diri kalian dengan akhlak yang indah dan amalkan semua
perkataan kalian sehingga anak-anak kalian akan terdidik dengan baik."
(IRIB Indonesia / Taqrib / SL)
0 komentar:
Posting Komentar