Durhaka Kepada Orang Tua
Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya ‘ah’, dan janganlah kamu membentak mereka. [QS. Al-Isra' (17): 23]
‘Uquuqul walidain
(durhaka kepada orang tua) adalah dosa besar. Karena itu, Rasulullah
saw. –seperti yang dikutip oleh Ibnu Al-Atsir dalam kitabnya An-Nihaayah melarang perbuatan durhaka kepada kedua orang tua.
Seseorang dikatakan ‘aqqa waalidahu, ya’uqquhu ‘uqaaqan, fahuwa ‘aaqun jika telah menyakiti hati orang tuanya, mendurhakainya, dan telah keluar darinya. Kata ini merupakan lawan dari kata al-birru bihi (berbakti kepadanya).
Kata al-’uquuq (durhaka) berasal dari kata al-’aqq yang berarti asy-syaq (mematahkan) dan al-qath’u
(memotong). Jadi, seorang anak dikatakan telah durhaka kepada orang
tuanya jika dia tidak patuh dan tidak berbuat baik kepadanya, atau dalam
bahasa Arab disebut al-’aaq (anak yang durhaka). Jamak dari kata al-’aaq adalah al-‘aqaqah.
Berdasarkan pemaknaan ini, maka rambut yang keluar dari kepala seorang
bayi yang baru lahir dari perut ibunya dinamakan dengan aqiiqah, karena rambut itu akan dipotong.
Yang dimaksud dengan al-’uquuq (durhaka) adalah mematahkan “tongkat” ketaatan dan “memotong” (memutus) tali hubungan antara seorang anak dengan orang tuanya.
Jadi,
yang dimaksud dengan perbuatan durhaka kepada kedua orang tua adalah
mematahkan “tongkat” ketaatan kepada keduanya, memutuskan tali hubungan
yang terjalin antara orang tua dengan anaknya, meninggalkan sesuatu yang
disukai keduanya, dan tidak menaati apa yang diperintahkan atau diminta
oleh mereka berdua.
Sebesar apa pun ibadah yang dilakukan oleh
seseorang hamba, itu semua tidak akan mendatangkan manfaat baginya jika
masih diiringi perbuatan durhaka kepada kedua orang tuanya. Sebab, Allah
swt. menggantung semua ibadah itu sampai kedua orang tuanya ridha.
Diriwayatkan
dari Ibnu ‘Abbas r.a. bahwa dia berkata, “Tidaklah seorang muslim
memiliki dua orang tua muslim, (kemudian) dia berbakti kepada keduanya
karena mengharapkan ridha Allah, kecuali Allah akan membukakan dua pintu
untuknya –maksudnya adalah pintu surga–. Jika dia hanya berbakti kepada
satu orang tua (saja), maka (pintu yang dibukakan untuknya) pun hanya
satu. Jika salah satu dari keduanya marah, maka Allah tidak akan
meridhai sang anak sampai orang tuanya itu meridhainya.” Ditanyakan
kepada Ibnu ‘Abbas, “Sekalipun keduanya telah menzaliminya?” Ibnu ‘Abbas
menjawab, “Sekalipun keduanya telah menzaliminya.”
Oleh karena
itu ketika ada seseorang yang memaparkan kepada Rasulullah saw. tentang
perbuatan-perbuatan ketaatan (perbuatan-perbuatan baik) yang telah
dilakukannya, maka Rasulullah saw. pun memberikan jawaban yang sempurna
yang dikaitkan dengan satu syarat, yaitu jika orang itu tidak durhaka
kepada kedua orang tuanya.
Diriwayatkan dari ‘Amr bin Murah
Al-Juhani r.a. bahwa dia berkata, “Seorang lelaki pernah mendatangi Nabi
saw. kemudian berkata, ‘Wahai Rasulullah, aku telah bersaksi bahwa
tidak ada tuhan (yang haq), kecuali Allah dan bahwa engkau adalah utusan
Allah. Aku (juga) telah melaksanakan shalat lima (waktu), menunaikan
zakat dari hartaku, dan berpuasa pada bulan Ramadhan.’ Nabi menjawab,
‘Barangsiapa yang meninggal dalam keadaan (seperti) ini, maka dia akan
bersama para nabi, shiddiqiin, dan syuhada pada hari Kiamat nanti
seperti ini –beliau memberi isyarat dengan dua jarinya (jari telunjuk
dan jari tengah)—sepanjang dia tidak durhaka kepada kedua orang
tuanya.’”
Hadits-hadits Tentang Durhaka
Muslim
meriwayatkan dari Abu Hurairah r.a. bahwa Nabi saw. bersabda, “Sungguh
celaka, sungguh celaka, sungguh celaka!” Seseorang bertanya, “Siapa yang
celaka, wahai Rasulullah?” Rasulullah saw. menjawab, “Barangsiapa yang
sempat bertemu dengan kedua orang tuanya, tetapi dia tidak bisa masuk
surga (karena tidak berbakti kepada mereka).”
Diriwayatkan dari
Jabir bin Samrah r.a., dia berkata, Nabi saw. pernah naik ke atas
mimbar, kemudian dia mengucapkan, “Amin, amin, amin.” Lalu beliau
bersabda, “Jibril a.s. telah mendatangiku, kemudian dia berkata, ‘Wahai
Muhammad, barangsiapa yang sempat bertemu dengan salah satu dari kedua
orang tuanya (dan tidak berbakti kepada mereka), kemudian dia meninggal
dunia, maka dia akan masuk neraka dan Allah akan menjauhkan dia dari
(rahmat-Nya). Katakanlah (olehmu) ‘amin’, maka aku pun mengatakan
‘amin’. Jibril kemudian berkata, ‘Wahai Muhammad, barangsiapa yang
menjumpai bulan Ramadhan (dan dia tidak berpuasa) kemudian meninggal
dunia, maka Allah tidak mengampuninya, dimaksukkan ke neraka, dan Allah
akan menjauhkan dia dari (rahmat-Nya). Katakanlah (olehmu) ‘amin’, maka
aku pun mengatakan ‘amin’.’ Jibril kemudian berkata, ‘Barangsiapa yang
ketika disebutkan namamu di sisinya, tetapi dia tidak (membaca) shalawat
kepadamu, kemudian dia meninggal dunia, maka dia akan masuk neraka dan
Allah akan menjauhkan dia dari (rahmat-Nya). Katakanlah (olehmu) ‘amin’,
maka aku mengatakan ‘amin’.'”
Diriwayatkan dari Mughirah, dari
Nabi saw. bahwa beliau bersabda, “Sesungguhnya Allah telah mengharamkan
kepada kalian perbuatan durhaka kepada ibu-ibu (kalian), menuntut
sesuatu yang bukan hak (kalian), dan mengubur hidup-hidup anak
perempuan. Allah juga telah membenci percakapan tidak jelas sumbernya,
banyak bertanya, dan menyia-nyiakan harta.”
Bukhari-Mualim
meriwayatkan dari Abu Bakrah, dari bapaknya bahwa dia berkata,
“Rasulullah saw. bersabda, ‘Maukan kalian jika aku beritahukan (kepada
kalian) tentang dosa yang paling besar?’ Beliau mengucapkan sabdanya ini
sebanyak tiga kali. Kami menjawab, ‘Mau, ya Rasulullah.’ Rasulullah
saw. menjawab, ‘Menyekutukan Allah dan durhaka kepada orang tua.’ Saat
itu beliau sedang bersandar, kemudian beliau duduk, lalu bersabda,
‘Ketahuilah, (juga) kata-kata palsu dan kesaksian palsu. Ketahuilah,
(juga) kata-kata palsu dan kesaksian palsu.’ Beliau terus mengatakan hal
itu sampai aku berkata, beliau (hampir saja) tidak diam.”
Diriwayatkan
dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Angin surga akan
dihembuskan dari jarak lima ratus tahun dan tidaklah akan mencium bau
surga itu orang yang suka menyebut-nyebut amal perbuatannya, orang yang
durhaka (kepada orang tuanya), dan orang yang kecanduan khamr.”
Diriwayatkan
dari Ibnu ‘Umar r.a. bahwa dia bersabda, Rasulullah saw. bersabda,
“(Ada) tiga orang yang tidak akan dilihat Allah pada hari Kiamat: orang
yang durhaka kepada kedua orang tuannya, orang yang kecanduan khamr, dan
orang yang suka menyebut-nyebut pemberiannya.”
Diriwayatkan dari
‘Abdullah bin ‘Amr bahwa dia berkata, Rasulullah bersabda, “Di antara
dosa yang paling besar adalah (apabila) seorang anak melaknat kedua
orang tuanya.” Seseorang bertanya, “Wahai Rasulullah, bagaimana mungkin
seorang anak melaknat kedua orang tuannya?” Rasulullah saw. menjawab,
“(Apabila) anak mencaci ayah orang lain, maka berarti dia mencaci
ayahnya (sendiri), dan dia mencaci ibu orang lain, maka berarti dia
telah mencaci ibunya (sendiri).”
Diriwayatkan dari ‘Aisyah r.a.
bahwa dia berkata, “Rasulullah saw. bersabda, ‘Tidaklah dianggap
berbakti kepada sang ayah jika seseorang menajamkan pandangan (matanya)
kepada ayahnya itu karena ia marah (kepadanya).’”
Diriwayatkan
dari Ibnu ‘Umar r.a., dari Nabi saw. bersabda beliau bersabda,
“Sesungguhnya Allah swt. tidak menyukai perbuatan durhaka (kepada kedua
orang tua).”
Diriwayatkan dari Abu Bakrah r.a. dari Nabi saw.
bahwa beliau bersabda, “Setiap dosa akan Allah tangguhkan (hukumannya)
sesuai dengan kehendak-Nya, kecuali (dosa karena) durhaka kepada kedua
orang tua. Sesungguhnya Allah swt. akan menyegerakan hukuman perbuatan
itu kepada pelakunya di dunia ini sebelum ia meninggal.”
Diriwayatkan
dari Ibnu ‘Umar r.a., dari Nabi saw. bahwa beliau bersabda, “Keridhaan
Allah itu ada pada keridhaan kedua orang tua, dan kemurkaan-Nya ada pada
kemarahan kedua orang tua.”
Bentuk-bentuk Perbuatan Durhaka
1. Tidak memberikan nafkah kepada orang tua bila mereka membutuhkan.
2. Tidak melayani mereka dan berpaling darinya. Lebih durhaka lagi bila menyuruh orang tua melayani dirinya.
3. Mengumpat kedua orang tuanya di depan orang banyak dan menyebut-nyebut kekurangannya.
4. Mencaci dan melaknat kedua orang tuanya.
5. Menajamkan tatapan mata kepada kedua orang tua ketika marah atau kesal kepada mereka berdua karena suatu hal.
6.
Membuat kedua orang tua bersedih dengan melakukan sesuatu hal,
meskipun sang anak berhak untuk melakukannya. Tapi ingat, hak kedua
orang tua atas diri si anak lebih besar daripada hak si anak.
7.
Malu mengakui kedua orang tuanya di hadapan orang banyak karena
keadaan kedua orang tuanya yang miskin, berpenampilan kampungan, tidak
berilmu, cacat, atau alasan lainnya.
8. Enggan berdiri untuk menghormati orang tua dan mencium tangannya.
9.
Duduk mendahului orang tuanya dan berbicara tanpa meminta izin
saat memimpin majelis di mana orang tuanya hadir di majelis itu. Ini
sikap sombong dan takabur yang membuat orang tua terlecehkan dan marah.
10. Mengatakan “ah” kepada orang tua dan mengeraskan suara di hadapan mereka ketika berselisih.
Penutup
Rasulullah saw. berpesan,
“Berbaktilah (kalian semua) kepada bapak-bapak kalian, (niscaya) anak-anak kalian akan berbakti kepada kalian.”
0 komentar:
Posting Komentar