UJIAN Dari Orangtua Pada Saat Akhir Hayat
Merawat orangtua pada saat akhir hayatnya adalah perbuatan yang mulia, sebab bernilai ibadah yang besar sekali pahalanya, Semua karena Begitu cinta kita sebagai anak kepada orangtua. Nah Dibawah ini banyak cerita dari teman-teman yang mengalaminya, Merawat orangtua pada saat Kondisinya sakit. Silahkan menyimak kisah-kisah dibawah ini semoga bermanfaat dan menjadi renungan buat kita hari ini. Aamiin.
Saudara sekampung saya mempunyai ibu yang sudah lumpuh. Penyakit
stroke yang menyerangnya membuat sang ibu sudah tidak berdaya lagi.
Setiap hari ibunya hanya tergolek di atas kasur. Makan, mandi, ganti
baju, pipis, dan BAB semua di atas kasur. Ibunya persis seperti dalam
keadaan bayi kembali. Kehidupan ibunda sangat bergantung pada perhatian
anaknya. Anak-anaknya yang sudah besar dan sudah berkeluarga tinggal di
Jawa, mereka sekali seminggu datang bergantian ke Padang untuk merawat
ibunya.
Alhamdulillah, mereka masih sabar merawat ibunya. Mereka harus setiap
hari memandikan orantuanya, membersihkan kotorannya, menyuapinya makan,
dan menjemurnya pada matahari pagi. Semua pekerjaan itu dilakukan
setiap hari dan sudah bertahun-tahun, namun ibunya masih tetap diberi
umur panjang sampai kini. Saya bisa membayangkan andaikata anak-anaknya
tidak sabar, mungkin di dalam hati mereka pernah terbersit rasa kesal,
bosan, menggerutu, dan sebagainya, atau yang paling ekstrim mungkin
setan pernah membisikkan kenapa tidak berharap ibunya cepat mati supaya
tidak terbebani lagi (hii, kejam ya). Mudah-mudahan saja mereka tetap
diberi kesabaran, amiin.
Saya punya beberapa teman dengan kondisi orangtua stroke seperti di
atas, atau punya orangtua yang sudah sangat tua renta dan pikun sehingga
perangainya kembali seperti anak-anak (cerewet, sensitif sehingga mudah
tersinggung, banyak maunya, dan sifat-sifat yang menjengkelkan). Ada
teman yang saya nilai masih bisa bersabar menghadapi oranguanya, tetapi
sekali dua saya pernah pernah mendengar gerutuan dan kekesalan yang
diceritakan seorang teman terkait perangai orangtua mereka, atau
keluhannya yang merasa sudah tidak sanggup merawat orangtuanya yang
seperti bayi.
Saya menganggap bahwa semua kejadian di atas adalah ujian dari Allah
SWT kepada seorang anak. Dengan kondisi orangtua yang sudah tidak
berdaya, tua renta dan sakit-sakitan, Allah ingin menguji iman seorang
anak sampai sejauh mana dia tetap sabar, sampai sejauh mana dia bisa
menunjukkan bakti kepada orangtua di akhir hayatnya. Allah SWT ingin
menguji apakah betul anda adalah anak yang sholeh, apakah kesholehan itu
hanya sekadar slogan semata? Relakah anak mengurusi kotoran
orangtuanya di atas kasur, sebagaimana dulu orangtuanya tidak pernah
mengeluh membereskan kotoran anaknya ketika masih bayi? Allah SWT ingin
melihat bukti kalau benar anda adalah anak yang berbakti.
Merawat orangtua pada saat akhir hayatnya adalah perbuatan yang
mulia, sebab bernilai ibadah yang besar sekali pahalanya. Sepupu saya
pernah bercerita betapa dia masih belum puas mengurus ibunya yang sakit
dan tergolek di atas kasur selama berbulan-bulan sebelum akhirnya
meninggal. Sengaja dia meninggalkan keluarganya selama beberapa bulan,
pergi ke kampung untuk merawat ibunya. Dia mandikan, dia suapi makan,
dia bersihkan kotorannya. Semua itu dilakukannya tanpa merasa keluh
kesah, dengan senang hati dia lakukan yang terbaik untuk ibunya pada
saat akhir hayatnya. Setelah ibunya wafat, dia masih merasa belum merasa
cukup untuk berbakti, masih belum puas, kalau bisa masih lama lagi
merawatnya, tetapi Tuhan lebih tahu yang terbaik untuk ibunya dan
anaknya.
Begitu juga cerita seorang teman saya yang saya kenal. Dia
punya karir bagus di Amerika, otaknya cemerlang, tapi dia belum
berkeluarga. Ketika mendengar ayahnya sakit karena stroke, dia resign dari
tempat kerjanya di Amerika, dia pulang ke Indonesia dengan satu niat:
merawat ayahnya yang sakit. Selama tiga tahun dia memulai usaha di
Jakarta sambil merawat ayahnya. Dia sengaja menunda menikah karena tidak
ingin terganggu konsentrasinya untuk merawat ayahnya. Sampai ayahnya
wafat, dia merasa sangat puas karena sudah menunjukkan baktinya yang
terakhir dengan merawat ayahnya. Setelah ayahnya wafat, barulah dia
menikah.
Begitulah cinta kita sebagai anak kepada orangtuanya. Sayangnya saya
tidak mengalami kejadian-kejadian yang dialami teman dan sepupu saya di
atas. Kematian kedua orangtua saya begitu dimudahkan oleh Allah SWT. Ibu
saya ketika sudah tua pernah meminta keinginan kepada Tuhan agar kelak
kalau dirinya mati tidak dalam keadaan merepotkan anak-anaknya, dia
ingin meninggal begitu saja di atas kasur tanpa sakit berbulan-bulan
atau bertahun-tahun. Ibu saya tampaknya paham setelah melihat kondisi
saudara kami sekampung yang saya ceritakan pada bagian awal tulisan. Dia
tidak ingin bernasib seperti saudara sekampung kami itu. Rupanya Tuhan
mengabulkan keinginan ibu saya, dia meninggal tiba-tiba saja di rumah
tanpa sebab sakit atau suatu apa. Mudah-mudahan arwah almarhmah ibunda
diberi tempat yang layak di sisi-Nya dan dimasukkan ke dalam syurga,
Amiin.
Sementara ayah saya lebih dulu wafat sebelum ibu, yaitu enam tahun
sebelumnya. Ayah saya meninggal karena sakit kanker usus, tetapi baru
ketahuan pada tahun terakhir kematiannya. Memang ayah saya bolak-balik
ke rumah sakit untuk kontrol, dan pada saat sakitnya sudah akut, dia
dirawat di rumah sakit. Hanya seminggu di rumah sakit, dan setelah itu
dia pergi untuk selama-lamanya. Mudah-mudahan arwah almarhmah ayahanda
saya diberi tempat yang layak di sisi-Nya dan dimasukkan ke dalam
syurga, Amiin.
Begitulah renungan kita hari ini. Bakti kita kepada orangtua diminta
bukti oleh Allah SWT melalui serangkaian ujian yang diberikan-Nya disaat
hari tua orangtua kita. Mudah-mudahan kita semua termasuk anak-anak
yang sholeh, amiin.
0 komentar:
Posting Komentar