Rabu, 23 Maret 2016

Adab Berbicara

Berpikir Dahulu Sebelum Berbicara

Salah satu adab seseorang ketika berbicara ialah menjaga dari kata-kata yang menyakiti atau kata-kata yang buruk. Ketika kita mengeluarkan kata-kata atau kita berbicara maka janganlah menyinggung supaya tidak ada yang tersakiti diantara komunikator maupun komunikan. Oleh karenanya ketika kita hendak berbicara maka berpikirlah terlebih dahulu.


Berikut akan dipaparkan beberapa hal yang buruk yang perlu kita jauhi di dalam berbicara. yaitu :

1. Perkataan yang buruk

Hendaklah kita memperhatikan diri kita didalam berbicara. Ketika kita berbicara hendaklah kita menyaring perkataan dari diri kita yang buruk-buruk sehingga apa yang kita katakan adalah sesuatu yang berguna dan baik. Jadi, Kita akan senantiasa berkata yang baik-baik atau diam.

Dari Abu Hurairah, bersabda Rasulullah Sallallahu ‘alaihi wa sallam:

“Siapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir, maka janganlah menyakiti tetangganya. Siapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir, maka muliakanlah tamunya. Dan siapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir, maka berbicaralah yang baik atau diamlah” (HR Bukhari, Muslim, dan Ahmad)

2. Ghibah dan Namimah

Ghibah dan Namimah adalah kata dalam bahasa arab yang mungkin pernah kita dengar namun belum kita pahami dengan baik. Sebelum memahami sebuah kata maka terlebih dahulu kita pahami sebuah makna. Karena dengan itu kita akan mampu memahami definisi Ghibah dan Namimah. Sehingga kita lebih mampu menghindari perbuatan tercela tersebut dan semoga kita dimudahkan untuk menghindarinya.

Ghibah adalah menyebutkan sesuatu yang terdapat pada diri seorang muslim, sedang ia tidak suka (jika hal itu disebutkan). Baik dalam keadaan soal jasmaninya, agamanya, kekayaannya, hatinya, ahlaknya, bentuk lahiriyahnya dan sebagainya.

Namimah adalah menukil (memindahkan) ucapan seseorang kepada orang lain dengan tujuan merusak hubungan atau persaudaraan di antara keduanya.

Jauhilah ghibah dan jangan disetiap tempat kita ghibah. Dan janganlah berperilaku namimah atau adu-mengadu atau adu domba. Jagalah lisanmu dari menyebutkan sesuatu yang rahasia-rahasia berkaitan dengan temanmu dalam hal yang tidak ia sukai atau guyonan yang tidak sepatutnya.

“Janganlah kalian menggunjingkan satu sama lain. Apakah salah seorang dari kalian suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kalian merasa jijik kepadanya. Bertaqwalah kalian kepada Allah. Sesungguhnya Allah itu Tawwab (Maha Penerima taubat) lagi Rahim (Maha Menyampaikan rahmat).” (QS Al Hujurat: 12)

“Tidak akan masuk surga, orang yang qattat (yakni ahli namimah).” (HR. Al-Bukhari)

3. Bercanda yang tidak sepatutnya

Bercanda didalam sebuah pergaulan laksana garam dalam sebuah makanan. Bercanda adalah bumbu dalam sebuah pergaulan. Namun bercanda yang bagaimana yang akan menjadi bumbu dalam pergaulan dan bercanda yang bagaimana yang akan menjadi racun dalam pergaulan. Tentu bercanda yang baik dan sepatutnyalah yang menjadi bumbu dalam pergaulan.

Di dalam islam bercanda boleh namun sepatutnya. Bercandalah dengan hal yang benar dan janganlah dengan hal yang dusta meski untuk membuat tertawa orang lain.

“Sesungguhnya saya tidaklah berkata kecuali yang haq (benar).” (HR At-Tirmidzi no. 1990. Syaikh Al-Albani berkata, “Shahih.” (Ash-Shahihah IV/304)).

Bercanda yang tidak sepatutnya akan mengakibatkan permusuhan atau kedengkian. Maka bercandalah yang secukupnya dan sewajarnya saja serta tidak saling menyakiti.

Contoh pribadi rasul didalam bercanda beliau bercanda namun benar dan tidak berlebihan,
Diriwayatkan dari Al-Hasan radhiallahu ‘anhu, dia berkata, “Seorang nenek tua mendatangi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Nenek itu pun berkata, ‘Ya Rasulullah! Berdoalah kepada Allah agar Dia memasukkanku ke dalam surga!’ Beliau pun mengatakan, ‘Wahai Ibu si Fulan! Sesungguhnya surga tidak dimasuki oleh nenek tua.’ Nenek tua itu pun pergi sambil menangis.

Beliau pun mengatakan, ‘Kabarkanlah kepadanya bahwasanya wanita tersebut tidak akan masuk surga dalam keadaan seperti nenek tua.

Sesungguhnya Allah ta’ala mengatakan:

“Sesungguhnya kami menciptakan mereka (Bidadari-bidadari) dengan langsung. Dan kami jadikan mereka gadis-gadis perawan. Penuh cinta lagi sebaya umurnya.” (QS. Al-Waqi’ah : 35 -37)

4. Berkata dusta dan khianat

Marilah kita bercermin pada diri. Berapa banyak dari perkataan yang kita ucapkan adalah perkataan yang benar dan berapa banyak dari perkataan kita adalah yang dusta atau berapa kali kita berkhianat akan janji yang diucapkan. Maka dengan bercermin pada diri kita akan semakin kenal diri dengan kenal diri kita akan mampu mawas diri dan dengan mawas diri kita akan mampu memperbaiki diri. Bukankah perkataan yang baik adalah sedekah yang keberkahan dan manfaatnya terasa. Bukankah perkataan baik dan jujur mengantarkan kepada surga.

Dari Abu Hurairah ra. yang berkata bahwa Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. bersabda: “Dan mengucapkan perkataan yang baik merupakan sedekah,” (Muttafaq ‘alaih).

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Sesungguhnya kejujuran itu mengantarkan pada kebaikan dan kebaikan itu mengantarkan ke surga. Sesungguhnya seseorang yang senantiasa berkata jujur hingga dia disebut sebagai “shiddiq” dan sesungguhnya dusta itu mengantarkan pada kejahatan dan kejahatan itu mengantarkan ke neraka. Sesungguhnya seseorang yang senantiasa berdusta dia akan dituliskan di sisi Allah subhanahu wata’ala sebagai “kadzdzab” (sang pendusta),” (HR. Bukhari dan Muslim).

5. Sembarang bersumpah

“Janganlah kamu jadikan (nama) Allah dalam sumpahmu sebagai penghalang untuk berbuat kebajikan, bertakwa dan mengadakan ishlah di antara manusia. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. Allah tidak menghukum kamu disebabkan sumpahmu yang tidak dimaksud (untuk bersumpah), tetapi Allah menghukum kamu disebabkan (sumpahmu) yang disengaja (untuk bersumpah) oleh hatimu. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyantun.” (QS. Al-Baqarah : 224 – 225)

Dan jangan jadikan sumpahmu itu sebagai penghalang kamu berbuat kebajikan. Misalnya : Seseorang bersumpah untuk tidak masuk ke dalam rumah padahal didalamnya ada kebaikan, dsb. Oleh karenanya maka berhati-hatilah dan jangan sembarangan untuk bersumpah.

6. Terlalu banyak Tertawa

Tertawa laksana obat bagi kegundahan hati. Tapi jangan terlalu banyak tertawa sampai suaranya terdengar jauh keluar atau mengeraskan suara sampai terdengar keluar. Karena tertawa yang demikian mampu mematikan hati.

“Janganlah kalian banyak tertawa, karena banyak tertawa akan mematikan hati,” (HR. At-Tirmizi no. 2227, Ibnu Majah no. 4183, dan dinyatakan shahih oleh Al-Albani dalam Shahih Al-Jami’ no. 7435) 




0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Press Release Distribution