Berpikir Dahulu Sebelum Berbicara
Salah satu adab seseorang ketika berbicara ialah menjaga dari
kata-kata yang menyakiti atau kata-kata yang buruk. Ketika kita
mengeluarkan kata-kata atau kita berbicara maka janganlah menyinggung
supaya tidak ada yang tersakiti diantara komunikator maupun komunikan.
Oleh karenanya ketika kita hendak berbicara maka berpikirlah terlebih
dahulu.
Berikut akan dipaparkan beberapa hal yang buruk yang perlu kita jauhi di dalam berbicara. yaitu :
1. Perkataan yang buruk
Hendaklah kita memperhatikan diri kita didalam berbicara. Ketika kita
berbicara hendaklah kita menyaring perkataan dari diri kita yang
buruk-buruk sehingga apa yang kita katakan adalah sesuatu yang berguna
dan baik. Jadi, Kita akan senantiasa berkata yang baik-baik atau diam.
Dari Abu Hurairah, bersabda Rasulullah Sallallahu ‘alaihi wa sallam:
“Siapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir, maka janganlah
menyakiti tetangganya. Siapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir,
maka muliakanlah tamunya. Dan siapa yang beriman kepada Allah dan Hari
Akhir, maka berbicaralah yang baik atau diamlah” (HR Bukhari, Muslim,
dan Ahmad)
2. Ghibah dan Namimah
Ghibah dan Namimah adalah kata dalam bahasa arab yang mungkin pernah
kita dengar namun belum kita pahami dengan baik. Sebelum memahami sebuah
kata maka terlebih dahulu kita pahami sebuah makna. Karena dengan itu
kita akan mampu memahami definisi Ghibah dan Namimah. Sehingga kita
lebih mampu menghindari perbuatan tercela tersebut dan semoga kita
dimudahkan untuk menghindarinya.
Ghibah adalah menyebutkan sesuatu yang terdapat pada diri seorang
muslim, sedang ia tidak suka (jika hal itu disebutkan). Baik dalam
keadaan soal jasmaninya, agamanya, kekayaannya, hatinya, ahlaknya,
bentuk lahiriyahnya dan sebagainya.
Namimah adalah menukil (memindahkan) ucapan seseorang kepada orang
lain dengan tujuan merusak hubungan atau persaudaraan di antara
keduanya.
Jauhilah ghibah dan jangan disetiap tempat kita ghibah. Dan janganlah
berperilaku namimah atau adu-mengadu atau adu domba. Jagalah lisanmu
dari menyebutkan sesuatu yang rahasia-rahasia berkaitan dengan temanmu
dalam hal yang tidak ia sukai atau guyonan yang tidak sepatutnya.
“Janganlah kalian menggunjingkan satu sama lain. Apakah salah seorang
dari kalian suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka
tentulah kalian merasa jijik kepadanya. Bertaqwalah kalian kepada Allah.
Sesungguhnya Allah itu Tawwab (Maha Penerima taubat) lagi Rahim (Maha
Menyampaikan rahmat).” (QS Al Hujurat: 12)
“Tidak akan masuk surga, orang yang qattat (yakni ahli namimah).” (HR. Al-Bukhari)
3. Bercanda yang tidak sepatutnya
Bercanda didalam sebuah pergaulan laksana garam dalam sebuah makanan.
Bercanda adalah bumbu dalam sebuah pergaulan. Namun bercanda yang
bagaimana yang akan menjadi bumbu dalam pergaulan dan bercanda yang
bagaimana yang akan menjadi racun dalam pergaulan. Tentu bercanda yang
baik dan sepatutnyalah yang menjadi bumbu dalam pergaulan.
Di dalam islam bercanda boleh namun sepatutnya. Bercandalah dengan
hal yang benar dan janganlah dengan hal yang dusta meski untuk membuat
tertawa orang lain.
“Sesungguhnya saya tidaklah berkata kecuali yang haq (benar).” (HR
At-Tirmidzi no. 1990. Syaikh Al-Albani berkata, “Shahih.” (Ash-Shahihah
IV/304)).
Bercanda yang tidak sepatutnya akan mengakibatkan permusuhan atau
kedengkian. Maka bercandalah yang secukupnya dan sewajarnya saja serta
tidak saling menyakiti.
Contoh pribadi rasul didalam bercanda beliau bercanda namun benar dan tidak berlebihan,
Diriwayatkan dari Al-Hasan radhiallahu ‘anhu, dia berkata, “Seorang nenek tua mendatangi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Nenek itu pun berkata, ‘Ya Rasulullah! Berdoalah kepada Allah agar Dia
memasukkanku ke dalam surga!’ Beliau pun mengatakan, ‘Wahai Ibu si
Fulan! Sesungguhnya surga tidak dimasuki oleh nenek tua.’ Nenek tua itu
pun pergi sambil menangis.
Beliau pun mengatakan, ‘Kabarkanlah kepadanya bahwasanya wanita tersebut tidak akan masuk surga dalam keadaan seperti nenek tua.
Sesungguhnya Allah ta’ala mengatakan:
“Sesungguhnya kami menciptakan mereka (Bidadari-bidadari) dengan langsung. Dan kami jadikan mereka gadis-gadis perawan. Penuh cinta lagi sebaya umurnya.” (QS. Al-Waqi’ah : 35 -37)
4. Berkata dusta dan khianat
Marilah kita bercermin pada diri. Berapa banyak dari perkataan yang
kita ucapkan adalah perkataan yang benar dan berapa banyak dari
perkataan kita adalah yang dusta atau berapa kali kita berkhianat akan
janji yang diucapkan. Maka dengan bercermin pada diri kita akan semakin
kenal diri dengan kenal diri kita akan mampu mawas diri dan dengan mawas
diri kita akan mampu memperbaiki diri. Bukankah perkataan yang baik
adalah sedekah yang keberkahan dan manfaatnya terasa. Bukankah perkataan
baik dan jujur mengantarkan kepada surga.
Dari Abu Hurairah ra. yang berkata bahwa Nabi Muhammad shallallahu
‘alaihi wasallam. bersabda: “Dan mengucapkan perkataan yang baik
merupakan sedekah,” (Muttafaq ‘alaih).
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Sesungguhnya
kejujuran itu mengantarkan pada kebaikan dan kebaikan itu mengantarkan
ke surga. Sesungguhnya seseorang yang senantiasa berkata jujur hingga
dia disebut sebagai “shiddiq” dan sesungguhnya dusta itu mengantarkan
pada kejahatan dan kejahatan itu mengantarkan ke neraka. Sesungguhnya
seseorang yang senantiasa berdusta dia akan dituliskan di sisi Allah
subhanahu wata’ala sebagai “kadzdzab” (sang pendusta),” (HR. Bukhari dan
Muslim).
5. Sembarang bersumpah
“Janganlah kamu jadikan (nama) Allah dalam sumpahmu sebagai
penghalang untuk berbuat kebajikan, bertakwa dan mengadakan ishlah di
antara manusia. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. Allah
tidak menghukum kamu disebabkan sumpahmu yang tidak dimaksud (untuk
bersumpah), tetapi Allah menghukum kamu disebabkan (sumpahmu) yang
disengaja (untuk bersumpah) oleh hatimu. Dan Allah Maha Pengampun lagi
Maha Penyantun.” (QS. Al-Baqarah : 224 – 225)
Dan jangan jadikan sumpahmu itu sebagai penghalang kamu berbuat
kebajikan. Misalnya : Seseorang bersumpah untuk tidak masuk ke dalam
rumah padahal didalamnya ada kebaikan, dsb. Oleh karenanya maka
berhati-hatilah dan jangan sembarangan untuk bersumpah.
6. Terlalu banyak Tertawa
Tertawa laksana obat bagi kegundahan hati. Tapi jangan terlalu banyak
tertawa sampai suaranya terdengar jauh keluar atau mengeraskan suara
sampai terdengar keluar. Karena tertawa yang demikian mampu mematikan
hati.
“Janganlah kalian banyak tertawa, karena banyak tertawa akan
mematikan hati,” (HR. At-Tirmizi no. 2227, Ibnu Majah no. 4183, dan
dinyatakan shahih oleh Al-Albani dalam Shahih Al-Jami’ no. 7435)
0 komentar:
Posting Komentar