Pemerintah merupakan sebuah organisasi atau wadah yang ditetapkan
untuk merancang, membuat dan juga menerapkan undang-undang. Bisa disebut
jika pemerintah adalah orang-orang yang memiliki kekuasaan. Ya tidak
ada yang bisa membantah itu. Tapi pertanyaannya, apakah pemerintah
memiliki kekuasaan jika rakyat atau masyrakatannya tidak ada?
Dalam sebuah Negara masyarakat dan pemerintah adalah kesatuan yang
saling berkaitan serta saling membutuhkan. Pemerintah memang memiliki
kekuasaan yang nyata tapi tanpa itu mereka tentu tidak berarti. Begitu
pula dengan masyarakat tanpa pemerintah kehidupannya tentu tak akan
ubahnya sebuah kehidupan liar dan mengerikan. Sebagai sebuah satu
kesatuan sudah sepantasnya masyarakat dan pemerintah saling mendukung
dan saling menunjang satu sama lain. Namun seperti yang kita tahu hal
tersebut selama ini hanya berjalan satu arah.
Sudah menjadi rahasia umum jika ada banyak orang yang tercatat
sebagai warga Negara Indonesia justru tidak mendapat dukungan dari
pemerintahnya, bahkan meski ia sendiri sebenarnya merupakan salah satu
orang yang berprestasi. Dari berbagai penelusuran, setidaknya ada 5
orang berprestasi yang tidak didukung pemerintah, siapa saja?
I Wayan Sumarda Tawan
Pria asal Bali ini pastinya sudah banyak dikenal masyarakat tanah
air, pasalnya beberapa waktu lalu ia sempat menjadi perbincangan hangat
setelah ia merakit dan merancang sendiri perangkat lengan robotik
miliknya.
I Wayan Sumarda Tawan adalah salah satu masyarakat tanah air yang
berada di bawah garis kemiskinan. Sehari-hari ia menghidupi keluarga
kecilnya hanya dengan bekerja sebagai seorang tukang las tanpa
penghasilan yang pasti. Sehari-hari ia adalah seorang pria yang tekun
dan punya kemauan tinggi untuk memperbaiki hidupnya, namun sebuah
tragedi membuatnya mengalami kelumpuhan pada tangan kirinya. Lengan kiri
I Wayan tidak dapat digerakkan seperti normal, hanya tiga jari yang
tersisa dari bagian tangan kirinya setelah terkena penyakit stroke.
Hidup dengan biaya pas-pasan membuat Wayan tidak putus asa, dengan
hanya satu tangan yang bisa ia gerakkan Wayan merancang sebuah tangan
robotik untuk membantu kesehariannya dan langsung mendapat julukan
sebagai “Iron Man” Indonesia.
Memang Wayan sempat menjadi pergunjingan banyak orang, setelah
sejumlah pakar mesin dan juga elektronik meragukan tangan buatan Wayan.
Pasalnya tangan yang dibuat oleh tukang las tersebut dinilai cukup aneh
bahkan terlalu maju untuk seorang tukang las yang tidak memiliki banyak
pengetahuan dan juga bahan-bahan pendukung untuk menciptakan tangan
robot miliknya. Pergunjingan yang hangat di banyak kalangan sontak
menarik banyak perhatian termasuk pemerintah tanah air, sayangnya
perhatian tersebut tidak di ikuti dengan dukungan yang nyata. Bahkan
seolah mereka memperlihatkan perhatian pada Wayan lebih seperti
pencarian nama untuk banyak kalangan masyarakat.
Terakhir Wayan sendiri diketahui masih berkutat dengan tangan besinya
karena tangan robotnya kini tengah rusak setelah beberapa kali
diteliti, ia pun sempat berobat di salah satu puskesmas yang berada tak
jauh dari kediamannya. Wayan mungkin menjadi salah satu dari banyak
orang yang hidup keterbatasan namun semangatnya tidak pernah padam demi
kelangsungan hidup keluarga kecilnya. Terlepas dari benar tidaknya
tangan hasil ciptaan Wayan kita seharusnya tidak mencari kesalahan orang
lain tapi mengapresiasi kemauannya dan kreativitasnya dalam menciptakan
sesuatu ketimbang hanya duduk diam tanpa menghasilkan apa-apa.
Ricky Elson
Pria yang lahir di Padang pada 11 Juni 1980 bernama Ricky Elson ini
adalah salah satu pria yang memiliki prestasi mentereng dalam teknologi
pengggerak listrik. Ricky adalah penemu mobil bertenaga listrik yang
pertama di Indonesia. Memang telah banyak orang yang mampu menciptakan
sebuah mobil dengan tenaga listrik, tapi Ricky adalah satu-satunya putra
bangsa yang mampu menciptakan mobil listrik dengan sepenuhnya
dikerjakan oleh putra bangsa yang bahkan bisa bersaing dengan sejumlah
mobil supersport.
Ricky berhasil menciptakan tiga buah mobil listri yang masing-masing
diberi nama Tucuxi, Selo dan Gendhis. Hal tersebut tentu merupakan
sebuah hal yang membanggakan bahwa Indonesia juga mampu bersaing dengan
para Negara-negara modern di dunia. Sayangnya ilmu, keahlian dan
kemampuan Ricky yang sebenarnya menjadi prestasi tersendiri justru tidak
didukung oleh pemerintah.
Ricky Elson sebenarnya sudah sejak lama tinggal dan bekerja di negeri
Matahari Terbit Jepang. Disana ia sudah menghasilkan banyak teknologi
yang bahkan sudah dipatenkan termasuk beberapa perangkat hingga sistem
mobil listrik yang kini sudah banyak digunakan oleh masyarakat Jepang.
Adalah seorang Dahlan Iskan yang berhasil membujuk Ricky untuk
kembali ke tanah air dan mengabdi untuk Indonesia dengan meninggalkan
pekerjaannya di Jepang yang merupakan salah seorang pejabat penting,
sayangnya kekhawatiran Ricky benar-benar terjadi. Ricky sedari awal
memang cukup ragu dengan keputusannya kembali ke Indonesia, mulai dari
penghasilannya yang menurun hingga karyanya yang sebenarnya sangat
berprestasi justru tidak mendapatkan apresiasi. Meski telah memamerkan
tiga mobil andalannya di pentas Asia, yang disebut-sebut bahkan bisa
mencapai 200 km/jam lebih, karya Ricky justru tidak mendapat dukungan
dari pemerintah. Bahkan sampai sekarang ini izin penggunaan dan
pembuatan mobil listrik Ricky tidak kunjung keluar.
Sebenarnya meski kecewa dengan perlakukan yang ia dapatkan dari sebuah
prestasi yang ia ukir, Ricky sendiri tidak perlu bingung dari sisi
penghasilan. Pasalnya meski ia memilih keluar dari salah satu perusahaan
pengembang teknologi kelistrikan NIDEC Coorporation terus menghubungi
dan membujuknya untuk kembali bekerja di sana. Namun nasionalisme yang
begitu besar terhadap Indonesia, justru membuatnya tetap tinggal di
Indonesia. Haruskah kita menutup mata dengan orang-orang seperti Ricky?
Prestasi dan kemampuannya yang luar biasa justru tidak dihiraukan oleh
mereka yang punya kekuasaan?
Muhammad Kusrin
Apa yang dialami oleh pria asal Karang Anyar, Jawa Tengah bernama
Muhammad Kusrin ini mungkin berbeda dari orang-orang berprestasi
sebelumnya. Pasalnya, kini ia telah menjadi seorang pengusaha yang mampu
meraup keuntungan 75 juta rupiah setiap harinya.
Namun, apa yang dialami oleh Kusrin sebelum itu merupakan kisah yang
sangat pahit bagi kehidupannya. Kusrin yang hanya lulus sekolah dasar
merupakan seorang pria yang berasal dari keluarga yang hidup serba
kekurangan. Namun berkat keuletannya, keberaniannya dan juga kemauannya
untuk belajar dan berkreasi Kusrin mulai membuka sebuah usaha kecil.
Dengan mengumpulkan barang-barang bekas seperti komputer bekas dan
berbagai perangkat elektronik bekas Kusrin bereksperimen untuk
menciptakan sebuah televisi baru. Meski awalnya sempat beberapa kali
gagal, Kusrin sendiri pada akhirnya mampu menemukan racikan yang tepat
pada televisi buatannya dan kemudian ia jual. Harga yang jauh lebih
murah dengan kualitas yang tidak kalah jauh dari televisi-televisi
buatan asing menjadikan televisi yang diberi merk Maxreen, Veloz dan
Zener tersebut laris manis.
Seolah seperti ada orang yang iri atas kesuksesannya, Kusrin harus
berurusan dengan pihak kepolisian. Bahkan ia sempat dijatuhi hukuman 6
bulan penjara karena dianggap telah melanggar Pasal 120 Jo Pasal 53 ayat
(1) huruf b UU RI no. 3 tahun 2014 tentang perindustrian dan/atau Pasal
106 UU RI No 7 tahun 2014 tentang Perdagangan dan/atau Pasal 62 ayat
(1) UU RI No 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Negara. Kejadian yang
dialami Kusrin pun membuatnya merugi besar, karena sekitar 100 televisi
rekondisi buatannya disita dan di musnahkan oleh pihak Kejaksaan. Hal
tersebut pun menjadi sebuah hal yang miris, seorang anak bangsa yang
berprestasi dan mencoba memperbaiki nasib tidak hanya tidak didukung,
tapi justru dijatuhi hukuman.
Untungnya kejadian yang dialami Kusrin menarik banyak simpati, hingga
membuat pemerintah turun tangan. Kusrin mungkin menjadi satu-satunya
orang berprestasi yang akhirnya mendapat dukungan dari pemerintah meski
awalnya sempat terseok-seok bahkan berurusan dengan hukum akibat dugaan
pelanggaran.
Warsito Purwo Taruno
Warsito Purwo Taruno kelahiran Karanganya pada 15 Mei 1967 ini
sebenarnya merupakan salah satu ilmuan Indonesia yang punya prestasi
luar biasa. Sayangnya kini Warsito justru menjadi salah satu orang
berprestasi yang tidak didukung pemerintah, bahkan seolah prestasi yang
ia ukir di dunia kedokteran khususnya dalam bidang penyakit kanker
seolah ingin di hapus.
Semua prestasi Warsito dimulai kala kakak tercintanya divonis
mengidap kanker bahkan sudah berada dalam stadium 4. Sudah banyak dokter
yang “angkat tangan” dan menyebut jika kakak Warsito hanya punya 2
pilihan yaitu menjalani pengobatan alternatif tanpa hasil yang pasti
atau menjalani hidup mereka bersama yang diselimuti rasa sedih karena
diambang kematian. Ditengah rasa sedih dan gundah yang melanda Warsito
terpacu untuk menciptakan sebuah teknologi untuk menyembuhkan kakaknya
dari penyakit paling mematikan tersebut.
Kecerdasan, kreativitas dan juga wawasan Warsito yang luar biasa
membuatnya dengan berani memadukan teknologi energi dengan metode terapi
kanker. Hasilnya sangat mengejutkan, setelah melalui beberapa kali uji
coba hingga diterapkan langsung pada kakaknya, Warsito dapat tersenyum
lebar setelah hasil uji klinis mencatat jika kakaknya bersih dari
kanker. Bahkan setelah lima tahun menjalani pengobatan dengan temuannya
kakaknya telah kembali hidup normal tanpa harus dibayang-bayangi rasa
takut akan penyakit kanker yang menggerogoti tubuhnya.
Penemuan Warsito pun langsung beredar luas bahkan hingga mancanegara.
Sejumlah Negara seperti Malaysia, Singapura hingga Jepang sudah
menggunakan metode pengobatan kanker yang ditemukan oleh Warsito. Bahkan
saat ini banyak Negara-negara asing termasuk Amerika Serikat yang
mengirimkan ilmuan mereka untuk mempelajari metode pengobatan kanker
yang ditemukan Warsito.
Prestasi yang ditemukan oleh Warsito tentu sangat membanggakan
apalagi sampai sekarang ini, pengobatan kanker masih menjadi misteri di
dunia kedokteran. Sayangnya Warsito justru menjadi salah satu orang
berprestasi yang tidak didukung pemerintah. Buktinya, kini lembaga
ilmuan Warsito terancam ditutup oleh pemerintah setelah sebuah surat
Balitbang Kementrian Kesehatan justru meminta pemerintah setempat
menertibkan lembaga ilmuan Warsito yang sudah banyak berjasa dalam
menyelamatkan nyawa seorang penderita kanker dari kematian. Haruskah
Negara ini mematikan orang-orang yang berusaha untuk menyelamatkan orang
lain dari kematian? Haruskah Negara ini yang diharapkan mendukung karya
anak bangsa justru menghalanginya? Haruskah orang-orang berprestasi
dengan karya-karyanya yang luar biasa dimatikan?
Menurut Warsito, “nasionalismenya memang jauh lebih besar ketimbang
pemikiran akan profit” karena jika sebaliknya kini ia dan para ilmuan
yang bersamanya sudah hidup nyaman di Negara orang yang sudah jelas
lebih mengapresiasi karyanya.
Rio Haryanto
Muda, tampan dan memiliki prestasi yang sangat membanggakan bagi
Indonesia. Itulah sosok pembalap Indonesia Rio Haryanto, yang kini
mencatatkan namanya dalam sejarah ajang balap jet darat Formula One
sekaligus sejarah bangsa Indonesia karena Rio satu-satunya pembalap
mobil yang berhasil menembus ajang F1.
Karir Rio Haryanto sendiri yang sudah dimulai saat ia kecil dan di
usianya yang masih beberapa tahun Rio memang sudah memperlihatkan bakat
dan talenta yang luar biasa. Mengawali karir ajang balap Go-Kart,
prestasinya yang luar biasa membawanya mampu merambah ajang balap Asia.
Rio terjun di Asian Formula Renalut Challenge, Formula Asia 2.0 dan
formula BMW Pasific yang mana kembali mengukir prestasi yang luar biasa.
Begitu pula saat ia hijrah ke GP3 yang tanpa diduga-duga Rio berhasil menjadi pemenang saat seri berlangsung di
Istanbul Turki yang mana di seri tersebut saking mengejutkannya
penampilan Rio tidak ada lagu Indonesia Raya yang dikumandangkan
sebagaimana para pembalap lain yang mampu menjadi juara pertama.Tahun
2012 untuk pertama kalinya Rio menembus ajang balap mobil dunia GP2
Series. Di ajang ini Rio pun berhasil menunjukkan bakatnya, bahkan tanpa
di duga ia mampu menjadi pemenang di sejumlah seri pada tahun 2015.
Kini di tahun 2016 ini Rio pun resmi menjadi pembalan Manor Marussia
Racing F1 dan mencatatkan diri sebagai satu-satunya orang Indonesia yang
tampil di ajang F1. Prestasi Rio yang tentu sangat membanggakan
Indonesia tidak selamanya berjalan mulus, bahkan Rio sempat mengalami
sejumlah kisah sedih sebelum merambah karir ke F1.
Sayangnya prestasi Rio yang luar biasa justru tidak dibarengi dengan
dukungan dari pemerintah. Memang benar pemerintah awalnya sempat
menjanjikan dukungan penuh terhadap Rio, bahkan melalui Kemenpora Rio
dijanjikan akan mendapatkan sokongan dana sekitar 100 miliar rupiah
untuk mengarungi ajang balap jet darah bersama tim Manor. Namun
sayangnya belakangan opsi pemerintah justru berubah, bahkan meski tetap
mengatakan memberikan dukungan pada Rio janji kucuran dana yang awalnya
begitu menghebohkan justru seolah hilang di telan bumi.
Kelima orang berprestasi di atas sebenarnya hanya sebagian kecil dari
orang-orang berprestasi yang ada di Indonesia. Sayangnya mereka pun
bernasib sama, prestasinya yang membanggakan bagi Indonesia justru tidak
mendapat dukungan dari pemerintah sendiri.
Ada apa dengan Negara ini? Ada apa dengan orang-orang yang berkuasa
di negeri ini? Apakah mereka tidak bangga dengan prestasi anak bangsa?
Apakah mereka tidak punya prestasi sendiri yang harus lebih dibanggakan?
Atau apakah karena mereka terlalu sibuk dengan kekuasaannya sehingga
mereka sudah tidak lagi bisa memberikan dukungan pada anak bangsa yang
berprestasi?
0 komentar:
Posting Komentar