Selasa, 22 Maret 2016

Jendela Hati

Membuka Jendela Hati

Ada satu kegiatan rutin yang saya lakukan pada setiap hari, tepatnya setiap pagi. Mungkin kegiatan ini rutin tidak hanya pada saya, bahkan pada kebanyakan orang. Kegiatan tersebut ialah membuka jendela di pagi hari, ketika mana mentari menyingsing ke langit.
Saat itulah, kita berasa tepat untuk segera membuka jendela agar sinar mentari dapat menghangatkan seisi rumah. Kata teman saya, cahaya mentari tersebut membekalkan vitamin C ke dalam badan manusia. Ah, saya percaya aja, kerana dia memang dalam bidangnya.

Tidak hanya itu, jendela yang terbuka akan membuatkan udara berganti dengan udara yang baru, yang pastinya udara yang baru dan lebih menyegarkan. Udara yang sompek dan garut dengan anyaman tidur kita tadi malam, sememangnya menyesakkan nafas dan melemahkan semangat di pagi hari. Dengan udara yang baru, akan mengalirlah dinginnya pagi, dan terasalah udara siang yang memberi kehangatan dan ketenangan. Semilir angin di petang hari pula, menembusi celah-celah jendela dan menyajikan kelembutan senja.

Sebelum fajar terbenam di ufuk barat, iaitu sebelum malam tiba menyapa, jendela harus kembali ditutup walau angin malam masih mencuba menerobos di liang-liang pintu dan celah-celah himpitan jendela dan memungkinkan terjadinya ventilasi ruang udara di dalam rumah. Malam hari menjadi tempat berlangsungnya sebuah kitaran baru kehidupan meski semua mata penghuni telah terpejam diulit mimpi.

Introspeksi Jendela yang tidak disedari

Teman, ada satu jendela lagi yang harus dibuka setiap hari. Yakni jendela hati. Jangan sesekali ia tertutup, dan biarkan ia terus terbuka agar menjadi terang dan menerima semua kebaikan kehidupan. Hati yang selalu terbuka memberi kesempatan dan ruang bagi makhluk yang bernama dengki, iri, riyak, angkuh, sombong serta segala keburukan hati agar keluar menjauh dari dalam hati.

Jiwa yang tertutup hanya akan membuat segala penyakit betah bersemayam dan mendiami dinding-dinding sanubari. Sekuat apa pun dinding jiwa itu, semakin lama akan terkikis habis sehingga tak mampu menjalankan perannya untuk menyaring zat baik atau buruk untuk sang jiwa. Atau boleh jadi, tertutupnya jendela hati akan menyebabkan dinding hati semakin berkarat. Lama-kelamaan, karat tersebut semakin menebal, membatu dan sebati dengan jiwa.

Jika jendela rumah kita harus ditutup setiap malam menjelang. Jangan biarkan jendela hati kita tertutup. Biarkan ia selalu terbuka tanpa perlu menutup atau menguncinya. Tak peduli pagi, siang, mahupun malam hari, teruslah membuka jendela hati agar sesiapa pun yang bertamu ke dalam hati, akan kita rasakan ketenteraman dan kedamaiannya.

Dengan selalu membuka semua jendela di hati, fikiran jernih, sikap bersih, tindakan pun terarah. Dari hati yang senantiasa terbuka, segala apa pun yang terserap ke dalamnya akan bermakna kebaikan. Bahkan sebuah kritikan yang pedas menimpa kita pun akan terasa manis. Tanpa disedari, kita menjadi orang yang sering membuka jendela hati dengan lewat muhasabah dan introspeksi diri.



Wallahu’alam…

0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Press Release Distribution