Membuka Jendela Hati
Ada satu kegiatan rutin yang saya lakukan
pada setiap hari, tepatnya setiap pagi. Mungkin kegiatan ini rutin
tidak hanya pada saya, bahkan pada kebanyakan orang. Kegiatan tersebut
ialah membuka jendela di pagi hari, ketika mana mentari menyingsing ke
langit.
Saat itulah, kita berasa tepat untuk segera membuka jendela agar
sinar mentari dapat menghangatkan seisi rumah. Kata teman saya, cahaya
mentari tersebut membekalkan vitamin C ke dalam badan manusia. Ah, saya
percaya aja, kerana dia memang dalam bidangnya.
Tidak hanya itu, jendela yang terbuka
akan membuatkan udara berganti dengan udara yang baru, yang pastinya
udara yang baru dan lebih menyegarkan. Udara yang sompek dan garut
dengan anyaman tidur kita tadi malam, sememangnya menyesakkan nafas dan
melemahkan semangat di pagi hari. Dengan udara yang baru, akan
mengalirlah dinginnya pagi, dan terasalah udara siang yang memberi
kehangatan dan ketenangan. Semilir angin di petang hari pula, menembusi
celah-celah jendela dan menyajikan kelembutan senja.
Sebelum fajar terbenam di ufuk barat,
iaitu sebelum malam tiba menyapa, jendela harus kembali ditutup walau
angin malam masih mencuba menerobos di liang-liang pintu dan celah-celah
himpitan jendela dan memungkinkan terjadinya ventilasi ruang udara di
dalam rumah. Malam hari menjadi tempat berlangsungnya sebuah kitaran
baru kehidupan meski semua mata penghuni telah terpejam diulit mimpi.
Introspeksi Jendela yang tidak disedari
Teman, ada satu jendela lagi yang harus
dibuka setiap hari. Yakni jendela hati. Jangan sesekali ia tertutup, dan
biarkan ia terus terbuka agar menjadi terang dan menerima semua
kebaikan kehidupan. Hati yang selalu terbuka memberi kesempatan dan
ruang bagi makhluk yang bernama dengki, iri, riyak, angkuh, sombong
serta segala keburukan hati agar keluar menjauh dari dalam hati.
Jiwa yang tertutup hanya akan membuat
segala penyakit betah bersemayam dan mendiami dinding-dinding sanubari.
Sekuat apa pun dinding jiwa itu, semakin lama akan terkikis habis
sehingga tak mampu menjalankan perannya untuk menyaring zat baik atau
buruk untuk sang jiwa. Atau boleh jadi, tertutupnya jendela hati akan
menyebabkan dinding hati semakin berkarat. Lama-kelamaan, karat tersebut
semakin menebal, membatu dan sebati dengan jiwa.
Jika jendela rumah kita harus ditutup
setiap malam menjelang. Jangan biarkan jendela hati kita tertutup.
Biarkan ia selalu terbuka tanpa perlu menutup atau menguncinya. Tak
peduli pagi, siang, mahupun malam hari, teruslah membuka jendela hati
agar sesiapa pun yang bertamu ke dalam hati, akan kita rasakan
ketenteraman dan kedamaiannya.
Dengan selalu membuka semua jendela di
hati, fikiran jernih, sikap bersih, tindakan pun terarah. Dari hati yang
senantiasa terbuka, segala apa pun yang terserap ke dalamnya akan
bermakna kebaikan. Bahkan sebuah kritikan yang pedas menimpa kita pun
akan terasa manis. Tanpa disedari, kita menjadi orang yang sering
membuka jendela hati dengan lewat muhasabah dan introspeksi diri.
Wallahu’alam…
0 komentar:
Posting Komentar