Bob Sadino, Hidup Dalam Hikmah
“Hikmah adalah barang yang hilang milik orang yang beriman. Dimana saja ia menemukannya, maka ambillah” (HR. Tirmidzi)
Dalam bahasa Indonesia, hikmah memiliki beberapa arti seperti
kebijaksanaan dari Allah, kesaktian (kekuatam ghaib), arti atau makna
yang dalam dan manfaat. Sedangkan kamus bahasa Arab mengartikan hikmah
sebagai kebijaksanaan, pendapat atau pikiran yang bagus, pengetahuan,
filsafat, kenabian, keadilan, peribahasa (kata-kata bijak) dan
Al-Qur’anul Karim. Berdasarkan pemahaman itu, maka hikmah adalah sesuatu
yang sejatinya dapat diambil pelajaran, manfaat dan membuat seseorang
hidup semakin bijaksana.
Dalam mengambil hikmah, seorang muslim dapat memperolehnya dari
siapa saja dan Islam tidak melarangnya sekalipun dari orang kafir.
Rasulullah dan sahabatnya pernah menerapkan ini ketika terjadi perang
Khandaq. Dalam pemikiran bangsa Arab tidak dikenal istilah atau strategi
perang parit, sebab makna perang dipahami secara konvensional saja
sebagai ajang tanding menggunakan senjata. Tapi usulan sahabat Salman
mengenai pembuatan parit untuk menghalangi kaum kafir disetujui
Rasulullah meskipun gagasan itu berasal dari bangsa Persia.
Kesempatan ini, kita akan mereguk lautan hikmah dari beberapa
praktek kehidupan bisnis yang dijalani pengusaha gaek nan kreatif Bob
Sadino. Sosok pengusaha yang belajar berbisnis dari bawah ini diakui
banyak memberikan inspirasi kepada manusia Indonesia. Maka tak ada
salahnya mengaitkan pemikirannya dengan praktek nilai ke-Islaman sebagai
bentuk ikhtiar kita mengambil pelajaran dari apa yang sudah dijalaninya
selama ini.
Tentu kita mengharapkan kebaikan, keberkahan dan manfaat
dari Allah atas pengetahuan yang pernah diberikan kepada seorang
hambanya yang bernama Bob Sadino.
Pertama, membawa selusin bodyguard bukan jaminan keamanan. Tapi
rendah hati, ramah, dan tidak mencari musuh, itulah kunci keamanan yang
hakiki. Seolah Bob ingin menceritakan kepada kita perkataan dan
perbuatan adalah cara mendapatkan keamanan yang sebenarnya. Setiap
tindakan kita akan berdampak kepada orang lain sehingga berhati-hatilah
dalam menjaga setiap perkataan dan tindakan. Tak lupa memohon kepada
Allah agar diberikan kesehatan dan keselamatan atas gangguan jin maupun
manusia.
Kedua, obat dan vitamin bukan jaminan hidup sehat. Jaga ucapan,
jaga hati, istirahat cukup, makan dengan gizi seimbang dan olahraga yang
teratur, itulah kunci hidup sehat. Benar kiranya kunci hidup sehat
adalah olahraga spiritual dan fisik. Menjaga perkataan dan hati adalah
bagaimana proses mendekatkan diri kepada Allah, menjaga makanan dan
olahraga teratur adalah kunci menjaga kesehatan fisik.
Ketiga, rumah mewah bukan jaminan keluarga bahagia. Saling mengasihi,
menghormati, dan memaafkan, itulah kunci keluarga bahagia. Setiap
manusia akan mati dan kembali kelak kepada Allah dan bertemu di kampong
akhirat. Maka agar Allah berkenan memberikan syurga kelak, budayakan
kebaikan dengan saling memaafkan dan kasih sayang kepada orang lain.
Keempat, bergaji tinggi bukan jaminan kepuasan hidup. Bersyukur,
berbagi, dan saling menyayangi, itulah kunci kepuasan hidup. Manusia
modern yang dibutakan finansial menjadikan gaji tinggi dan hidup mewah
sebagai standar sukses dan kepuasan hidup. Padahal sikap bersyukur atas
rezeki Allah lebih membahagiakan dan memuaskan hidup, karena kita diajak
memahami setiap rezeki berasal dari Allah dan manusia dilarang kufur
atas nikmatnya.
Kelima, kaya raya bukan jaminan hidup terhormat. Tapi jujur,
sopan, murah hati, dan menghargai sesama, itulah kunci hidup terhormat.
Hidup dan matilah terhormat dengan kejujuran, sebab Rasulullah sudah
membuktikan orang yang jujur menghasilkan beribu manfaat seperti
dipercaya orang lain, kata-katanya didengar orang lain dan lainnya.
Keenam, hidup berfoya-foya bukan jaminan banyak sahabat. Tapi
setia kawan, bijaksana, mau menghargai, menerima teman apa adanya dan
suka menolong, itulah kunci banyak sahabat. Jangan mudah berbangga hati
ketika sukses. Anda memiliki banyak sahabat, sementara ketika miskin
mereka langsung menjauh. Sebab itulah manusia pragmatis yang siap
bersuka cita dan gagal bersiap diri ketika kesusahan dan kesulitan
mendera Anda.
Terakhir, Nikmatilah hidup selama Anda masih memilikinya dan
terus belajar untuk bersyukur dengan keadaanmu! Karena Anda tidak akan
tahu kapan Sang Pemilik Raga akan datang dan mengatakan pada Anda, “Ini
saatnya pulang!” memaksa Anda meninggalkan apa pun yang Anda cintai,
dan Anda banggakan, serta sombongkan.
0 komentar:
Posting Komentar