Jumat, 18 Maret 2016

Saatnya Pulang!

Bob Sadino, Hidup Dalam Hikmah

“Hikmah adalah barang yang hilang milik orang yang beriman. Dimana saja ia menemukannya, maka ambillah” (HR. Tirmidzi)

Dalam bahasa Indonesia, hikmah memiliki beberapa arti seperti kebijaksanaan dari Allah, kesaktian (kekuatam ghaib), arti atau makna yang dalam dan manfaat. Sedangkan kamus bahasa Arab mengartikan hikmah sebagai kebijaksanaan, pendapat atau pikiran yang bagus, pengetahuan, filsafat, kenabian, keadilan, peribahasa (kata-kata bijak) dan Al-Qur’anul Karim. Berdasarkan pemahaman itu, maka hikmah adalah sesuatu yang sejatinya dapat diambil pelajaran, manfaat dan membuat seseorang hidup semakin bijaksana. 

Dalam mengambil hikmah, seorang muslim dapat memperolehnya dari siapa saja dan Islam tidak melarangnya sekalipun dari orang kafir. Rasulullah dan sahabatnya pernah menerapkan ini ketika terjadi perang Khandaq. Dalam pemikiran bangsa Arab tidak dikenal istilah atau strategi perang parit, sebab makna perang dipahami secara konvensional saja sebagai ajang tanding menggunakan senjata. Tapi usulan sahabat Salman mengenai pembuatan parit untuk menghalangi kaum kafir disetujui Rasulullah meskipun gagasan itu berasal dari bangsa Persia. 

Kesempatan ini, kita akan mereguk lautan hikmah dari beberapa praktek kehidupan bisnis yang dijalani pengusaha gaek nan kreatif Bob Sadino. Sosok pengusaha yang belajar berbisnis dari bawah ini diakui banyak memberikan inspirasi kepada manusia Indonesia. Maka tak ada salahnya mengaitkan pemikirannya dengan praktek nilai ke-Islaman sebagai bentuk ikhtiar kita mengambil pelajaran dari apa yang sudah dijalaninya selama ini. 

Tentu kita mengharapkan kebaikan, keberkahan dan manfaat dari Allah atas pengetahuan yang pernah diberikan kepada seorang hambanya yang bernama Bob Sadino. 


Pertama, membawa selusin bodyguard bukan jaminan keamanan. Tapi rendah hati, ramah, dan tidak mencari musuh, itulah kunci keamanan yang hakiki. Seolah Bob ingin menceritakan kepada kita perkataan dan perbuatan adalah cara mendapatkan keamanan yang sebenarnya. Setiap tindakan kita akan berdampak kepada orang lain sehingga berhati-hatilah dalam menjaga setiap perkataan dan tindakan. Tak lupa memohon kepada Allah agar diberikan kesehatan dan keselamatan atas gangguan jin maupun manusia. 

Kedua, obat dan vitamin bukan jaminan hidup sehat. Jaga ucapan, jaga hati, istirahat cukup, makan dengan gizi seimbang dan olahraga yang teratur, itulah kunci hidup sehat. Benar kiranya kunci hidup sehat adalah olahraga spiritual dan fisik. Menjaga perkataan dan hati adalah bagaimana proses mendekatkan diri kepada Allah, menjaga makanan dan olahraga teratur adalah kunci menjaga kesehatan fisik. 

Ketiga, rumah mewah bukan jaminan keluarga bahagia. Saling mengasihi, menghormati, dan memaafkan, itulah kunci keluarga bahagia.  Setiap manusia akan mati dan kembali kelak kepada Allah dan bertemu di kampong akhirat. Maka agar Allah berkenan memberikan syurga kelak, budayakan kebaikan dengan saling memaafkan dan kasih sayang kepada orang lain. 

Keempat, bergaji tinggi bukan jaminan kepuasan hidup. Bersyukur, berbagi, dan saling menyayangi, itulah kunci kepuasan hidup. Manusia modern yang dibutakan finansial menjadikan gaji tinggi dan hidup mewah sebagai standar sukses dan kepuasan hidup. Padahal sikap bersyukur atas rezeki Allah lebih membahagiakan dan memuaskan hidup, karena kita diajak memahami setiap rezeki berasal dari Allah dan manusia dilarang kufur atas nikmatnya. 

Kelima, kaya raya bukan jaminan hidup terhormat. Tapi jujur, sopan, murah hati, dan menghargai sesama, itulah kunci hidup terhormat. Hidup dan matilah terhormat dengan kejujuran, sebab Rasulullah sudah membuktikan orang yang jujur menghasilkan beribu manfaat seperti dipercaya orang lain, kata-katanya didengar orang lain dan lainnya. 

Keenam, hidup berfoya-foya bukan jaminan banyak sahabat. Tapi setia kawan, bijaksana, mau menghargai, menerima teman apa adanya dan suka menolong, itulah kunci banyak sahabat. Jangan mudah berbangga hati ketika sukses. Anda memiliki banyak sahabat, sementara ketika miskin mereka langsung menjauh. Sebab itulah manusia pragmatis yang siap bersuka cita dan gagal bersiap diri ketika kesusahan dan kesulitan mendera Anda. 

Terakhir, Nikmatilah hidup selama Anda masih memilikinya dan terus belajar untuk bersyukur dengan keadaanmu! Karena Anda tidak akan tahu kapan Sang Pemilik Raga akan datang dan mengatakan pada Anda, “Ini saatnya pulang!” memaksa Anda meninggalkan apa pun yang Anda cintai, dan Anda banggakan, serta sombongkan.



0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Press Release Distribution