Senin, 28 Januari 2013

Empat Karakteristik Orang yang Berakal

Sekilas Pelajaran Akhlak Berdasarkan Hadis 

Rasulullah Saw bersabda, 'Orang yang paling berakal di antara kalian adalah orang mempunyai empat karakteristik: Dia mengenal Tuhannya lalu mentaati-Nya ... '

 
Pelajaran akhlak berdasarkan hadis ini hanya sebagian kecil dari pelajaran Ayatullah Mujtaba Teherani yang berapa hari lalu meninggal dunia. Dia adalah guru besar akhlak di Teheran, bangku pelajarannya tidak hanya dihadiri dan dinikmati oleh kaum terpelajar, bahkan masyarakat dari berbagai lapisan hadir untuk mendengarkan pelajaran akhlah yang dia sampaikan.

Berikut ini kami akan menukil sebagian hadis penuh makna yang dia terangkan di pelajaran akhlaknya:

Hindarilah percintaan dengan musuh Allah Swt!
Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib as berkata, 'Hati-hati jangan sampai kamu menjalin hubungan cinta dengan musuh Allah Swt, jangan sampai pula kamu memurnikan cintamu untuk selain kekasih Allah Swt! Sungguh di hari kiamat setiap orang akan dibangkitkan bersama orang yang dicintainya.Di awal sabdanya, beliau memperingatkan kita jangan sampai mencintai musuh Allah Swt, lalu beliau bersabda, 'Maka ketika hendak menjalin hubungan cinta, walau tidak dengan musuh Allah Swt, tapi hendaknya kamu berhati-hati dalam cintamu; hendaknya kemurnian niatmu hanya untuk para kekasih Allah Swt.'

Shalat tanpa kehadiran kalbu laksana bayar hutang
Telah diriwayatkan dari Imam Ja'far Shadiq as bahwa beliau bersabda, 'Ketika seorang hamba melakukan shalat secara remeh, Allah Swt berfirman kepada para malaikat-Nya, 'Tidakkah kalian melihat hamba-Ku ini? Seolah-olah dia berpikir bahwa yang memenuhi kebutuhan-kebutuhannya adalah selain Aku. Tidakkah dia tahu bahwa kebuthan-kebutuhannya hanya akan terpenuhi di tangan-Ku?'
Shalat tanpa kehadiran hati dan terburu-buru seperti halnya seseorang yang hendak melunasi hutang, sehingga sebisa mungkin dia mempersingkat dan menguranginya. Sedangkan penagih hutang, dia akan menagihnya sampai bagian yang terakhir. Kenapa bisa demikian? Ketika ingin membayar hutang Ilahi kamu menguranginya dari sana-sini, tapi ketika ingin minta rezeki dari Dia kamu memohonnya sampai bagian yang terakhir, bahkan kamu terus menerus mengatakan, 'Anugerahilah aku!' jangan lupakan bahwa keadilan adalah sesuatu yang bagus!

Makna berkah dalam rezeki
Rasulullah Saw bersabda, 'Barangsiapa yang menahan hak saudara muslimnya seraya tidak segera memenuhi hak itu kepadanya maka Allah Swt mengharamkan berkah rezeki baginya, kecuali apabila dia bertaubat dari perbuatannya. Sudahkah Anda perhatikan apa dampak perbuatan ini? Bahwa Allah Swt menghalangi seseorang dari berkah rezekinya, memang Dia tetap memberikan rezeki itu kepadanya tapi Dia tahan berkah rezeki itu darinya? Jangan bayangkan bahwa itu berarti mengurangi rezeki tersebut, Allah Swt tidak mengurangi rezeki yang telah Dia tetapkan untuk hamba-Nya, tapi rezeki itu tidak lagi mempunyai berkah baginya. Sungguh Allah Swt mahatahu bagaimana harus melakukan sesuatu, maka jangan sekali-kali berkeinginan untuk memperdayanya, Dia berfirman:

Łˆَ Ł…َŁƒَŲ±ُŁˆŲ§ْ Łˆَ Ł…َŁƒَŲ±َ Ų§Ł„Ł„ّŁ‡ُ Łˆَ Ų§Ł„Ł„ّŁ‡ُ Ų®َŁŠْŲ±ُ Ų§Ł„ْŁ…َŲ§ŁƒِŲ±ِŁŠŁ†َ / Ų¢Ł„­ Ų¹Ł…Ų±Ų§Ł† 54

Artinya:
Dan mereka memperdaya dan Allah memperdaya, dan Allah sebaik-baik pemerdaya. (QS. Alu Imran [4]: 54).

Dengan demikian, Allah Swt tidak akan mengurangi rezeki hamba-Nya, tapi ketika berkah rezeki diambil maka hamba itu akan menggunakannya dalam kesengsaraan.

Tiga hal yang mengantarkan manusia pada kebutuhan dunia dan akhiratnya
Imam Ja'far Shadiq as bersabda, 'Ada tiga hal yang apabila seseoang berpegang teguh padanya niscaya dia akan sampai kepada tuntutan-tuntutan dunia dan akhiranya. Tiga hal itu adalah: 
1. Hendaknya dia berpegang teguh kepada Allah Swt (seraya tidak bermaksiat kepadanya); 
2. Hendaknya dia rela atas apa saja yang diridhoi oleh Allah Swt; 
3. Hendaknya dia berbaik sangka kepada Allah Swt. Berdasarkan sabda beliau di atas, siapa pun yang menjaga tiga hal tersebut niscaya akan sampai kepada kebutuhan dunia maupun akhiratnya. Yang pertama adalah meninggalkan dosa. Kita seringkali menyingkirkan hal yang pertama dan memperhatikan yang lain, kita membayangkan diri kita -na‘Ć»dzu billĆ¢h- lebih mengerti daripada Allah Swt. Itulah sebabnya urusan kita semakin lama semakin rumit bagai benang kusut, setelah itu kita mengeluh. Jangan mengeluh! Sejak awal hindarilah perbuatan maksiat dan dosa. Perhatikanlah bahwa Allah Swt lebih menekankan pada hamba-Nya untuk meninggalkan perbuatan maksiat dan dosa daripada menjalankan ketaatan. Tinggalkan perbuatan maksiat dan dosa serta berharaplah akan karunia lembut Allah Swt. Ketika itu, niscaya Allah Swt tidak akan membuatmu putus asa, melainkan Dia akan memenuhi kebutuhan-kebutuhan dunia maupun akhiratmu.

Esensi dunia dan pola pandang manusia terhadapnya
Suatu ketika, seseorang berkata kepada Amirul Mukminin Ali bin Abi Thlaib as, 'Apa pandanganmu tengan dunia?' beliau bersabda, 'Apa yang mesti kukatakan tentang rumah yang dimulai dengan kesedihan dan diakhiri dengan kematian. Siapa pun yang mencari ketidakbutuhan (kekayaan) di dunia ini pasti tetap membutuhkan (miskin), dan siapa pun yang butuh (miskin) pasti sedih. Hal-hal yang halal di dunia ini pasti diperhitungkan, sedangkan hal-hal yang haram di sana pasti dibalas dengan siksa dan api neraka. Semakin penuh tangan manusia dengan hal-hal duniawi maka semakin bertambah pula perasaan butuh dia kepadanya dan tidak akan pernah puas (kenyang), bahkan dia bertambah serakah (lapar). Sebagaimana tersinyalir dalam berbagai hadis, dunia ini seperti air laut yang asin, kamu ingin melepas dahaga dengannya, tapi semakin banyak kamu minum maka kamu semakin haus dari sebelumnya. Siapa pun yang lebih kaya maka dia semakin membutuhkan. Apa maksud beliau bersabda demikian? Apa beliau mengucapkannya lalu lewat begitu saja? Tidak! Beliau ingin menegaskan bahwa apakah orang yang mengikat hatinya pada dunia ini berakal sehat-? Tidak! Sungguh dungu orang yang hatinya terikat pada dunia dengan segenap karakteristik itu. Dengan sabda itu beliau ingin memperingatkan kita, gunakan baik-baik akal kita jangan sampai terpikat pada dunia yang awal dan akhirnya seperti itu.

Pesan Luqman Hakim kepada anaknya untuk mendapatkan kemuliaan di dunia
Dalam sebuah hadis diriwayatkan bahwa Imam Ja'far Shadiq as bersabda, 'Di antara pesan Luqman kepada anaknya adalah, 'Apabila kamu ingin mengumpulkan kemuliaan di dunia, maka putuslah keserakahanmu terhadap apa saja yang ada di tangan orang lain. Kemuliaan di dunia macam-macam, seperti kemuliaan harta, kemulian harga diri dan lain sebagainya. Hakikat kemuliaan adalah ketika seseorang mampu menarik perhatian kalbu orang lain, dimana hal itu terkadang disebut dengan pemerintahan atas kalbu. Ini merupakan sebuah kekuasaan. Coba perhatikan para nabi dan shiddiq, dengan tangan kosong dari dunia mereka telah sampai ke posisi di mana mereka harus sampai ke sana, yaitu kekuasaan terhadap hati massa. Secara material, mayoritas nabi terhitung fakir miskin, tapi meskipun kondisi mereka di tengah masyarakat miskin mereka tetap sampai pada kedudukan yang semestinya, dan masyarakat pun mencintai mereka.

Empat karakteristik orang yang berakal
Rasulullah Saw bersabda, 'Orang yang paling berakal di antara kalian adalah orang mempunyai empat karakteristik: Dia mengenal Tuhannya lalu mentaati-Nya.' Ungkapan kenal berbeda dengan tahu, subjek pengetahuan berdimensi konseptual, sedangkan subjek pengenalan berdimensi faktual. Selanjutnya, dia mengenal kawan dan lawan. Dia mengenal siapa lawan dan kemudian menolak seruan-seruannya. Dia mengerti tempatnya yang abadi dan kemudian memakmurkannya. Memakmurkan tempat yang sementara dan penyebrangan adalah sebuah ketidakberakalan. Sumbjek pembicaraan di sini adalah orang yang paling berakal, orang yang demikian tidak memakmurkan tempat penyebrangannya, tapi dia akan melewatinya dan pergi. 

Karakteristik yang terakhir adalah dia menyadari bahwa cepat sekali kepergian dirinya. Detik demi detik kita semakin dekat pada kematian. Rasulullah Saw tidak bersabda bahwa orang yang berakal menyadari kalau dirinya sedang meninggalkan dunia, melainkan beliau bersabda bahwa orang yang berakal sadar bahwa dirinya sangat cepat meninggalkan dunia. Ketika seseorang menyadari hal ini, apa yang akan terjadi? Niscaya dia akan berkata kepada dirinya bahwa aku sedang meninggalkan dunia ini dengan cepat sekali, karena itu sewajarnya aku untuk mengumpulkan bekal untuk kubawa ke tempat tujuan, karena tidak mungkin aku kembali lagi ke dunia. (farsnews – ND)

0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Press Release Distribution