Hati yang Bening Menyadarkan pada Hakekat Diri
Pujian merupakan fenomena umum yang sering kita temui sehari-hari.
Secara garis besar, pujian bisa diklasifikasikan dalam tiga kategori:
pujian yang diucapkan untuk menjilat, pujian yang sifatnya basa-basi,
serta pujian yang dilontarkan sebagai ekspresi kekaguman.
Bila disikapi secara sehat dan proporsional, pujian bisa memotivasi
kita untuk meraih pencapaian-pencapaian baru. Namun, kenyataannya,
pujian justru lebih sering membuat kita lupa daratan. Semakin sering
orang lain memuji, semakin besar potensi kita untuk terlena dan besar
kepala. Sebab itulah, Ali RA berkata,
"Kalau ada yang memujimu di hadapanmu, akan lebih baik bila kamu melumuri mulutnya dengan debu daripada terbuai oleh ucapannya."
Agar dapat menyikapi pujian secara sehat, Rasulullah SAW memberikan tiga kiat yang menarik untuk diteladani.
Pertama, selalu mawas diri supaya tidak terbuai oleh pujian orang lain.
Oleh karena itu, setiap kali ada yang memuji beliau, Rasulullah SAW menanggapinya dengan doa,
"Ya Allah, janganlah Engkau hukum aku karena apa yang dikatakan oleh orang-orang itu." (HR Bukhari).
Lewat doa ini, Rasulullah SAW mengajarkan bahwa pujian adalah
perkataan orang lain yang potensial menjerumuskan kita. Ibaratnya, orang
lain yang mengupas nangka, tapi kita yang kena getahnya.
Kedua, menyadari hakikat pujian sebagai topeng dari sisi gelap kita
yang tidak diketahui orang lain. Karena, ketika ada yang memuji kita,
itu lebih karena ketidaktahuannya akan sisi gelap kita. Oleh sebab itu,
kiat kedua Rasulullah SAW dalam menanggapi pujian adalah dengan berdoa,
"Ya Allah, ampunilah aku dari apa yang tidak mereka ketahui (dari diriku)." (HR Bukhari).
Dan ketiga, kalaupun sisi baik yang dikatakan orang lain memang benar
ada dalam diri kita, Rasulullah SAW mengajarkan agar memohon kepada
Allah SWT untuk dijadikan lebih baik lagi.
Maka, kalau mendengar pujian seperti ini, Rasulullah SAW kemudian
berdoa,
"Ya Allah, jadikanlah aku lebih baik dari apa yang mereka kira." (HR Bukhari).
Tiga kiat yang dicontohkan Rasulullah SAW di atas, hakikatnya
mengisyaratkan betapa hati manusia sangat rentan terhadap provokasi dari
luar. Alih-alih pujian yang dilontarkan dengan tulus, pujian yang
tujuannya untuk menjilat pun bisa dengan mudah membuat manusia terbuai.
"Namun, bagi orang-orang yang menjaga kebeningan hati, setiap pujian akan membuatnya sadar bahwa hanya secuil itulah kelebihan yang dimilikinya, di antara sekian banyak kekurangan yang tidak Allah tampakkan kepada orang lain," kata Ibnu al-Mubarak sebagaimana dinukil al-Ghazali dalam Ihya 'Ulumiddin.
Penulis:
M. Taqiyyuddin Alawiy,
M. Taqiyyuddin Alawiy,
Pengajar Madrasah Diniyah Nurul Huda Mergosono Malang
0 komentar:
Posting Komentar