Dua Cara Allah Mengabulkan Do'a
Rasulullah SAW bersabda, “Tidak ada seorang muslim yang
menghadapkan mukanya kepada Allah untuk berdo'a, kecuali Allah akan
mengabulkannya (memberikannya). Kadang-kadang, pengabulannya dipercepat
(on time) dan kadang ditangguhkan (delayed).” (HR. Ahmad dan Hakim)
Do'a adalah kata yang sudah sangat familiar bagi kita, bahkan sudah
mengetahuinya sebelum kita fasih berbicara. Namun permasalahannya, kita
suka bertanya kapan Allah mengabulkan do'a yang kita mohonkan
kepada-Nya? Padahal di dalam Al-Qur’an, Allah SWT berfirman, “Dan
apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah),
bahwasannya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang
berdo'a apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi
(segala perintah)-Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar
mereka selalu berada dalam kebenaran.” (QS. Al-Baqarah : 186).
Adalah hadits di atas menjelaskan mekanisme pengabulan do'a. Allah
bisa saja mengabulkan do'a yang dimohonkan kepada-Nya dengan on time
(dipercepat atau tepat waktu). Tentu saja setiap kita pernah
mengalaminya. Ketika kita dalam kesusahan lalu kita berdo'a kepada
Allah. Dengan segera Allah datangkan pertolongan untuk kita.
Ada riwayat yang menceritakan bahwa Rasulullah SAW didatangi oleh
seorang sahabat. Ia berkata, “Ya Rasulullah, harta saya hilang dan tubuh
saya sakit.” Lalu Rasululah SAW berkata, “Tidak ada baiknya orang yang
tidak pernah hilang hartanya dan sakit badannya. Sesungguhnya jika Allah
mencintai hamba-Nya akan dicobanya hamba-Nya dengan berbagai
penderitaan.”
Artinya, ketika mengalami musibah, segera berdo'a kepada Allah.
Karena saat ini peluang untuk mendapatkan pengabulan do'a on time
(disegerakan atau tepat waktu) terbuka lebar. Imam Ja’far As-Shadiq RA
pernah berucap, “Kalau seseorang berada dalam kesedihan, bergegaslah
berdo'a. Karena pada saat itulah Allah akan mengabulkan do'a orang itu.”
Jika ada pengabulan do'a on time, berarti adakah pengabulan do'a
delayed (diperlambat atau ditunda)? Jawabannya ada. Dalilnya adalah
sabda Rasulullah SAW yang dijadikan lead tulisan ini. Plus, coba baca
dengan seksama surat Al-Baqarah ayat 186 tersebut. Allah berjanji
mengabulkan do'a atau permohonan hamba-Nya, tapi Allah tak jelaskan
waktunya kapan. Semuanya tergantung pada kehendak-Nya.
Lantas pertanyaannya, kenapa Allah menangguhkan pengabulan do'a kita?
Allah tentunya lebih tahu mana yang pantas untuk kita. Untuk meyakinkan
diri kita, Allah sudah memaktubkannya di dalam Al-Qur’an, “Bisa saja
kamu membenci sesuatu padahal Allah menjadi padanya kebaikan yang
banyak.” (QS. An-Nisa : 19).
Namun, bila ingin dikaji lebih serius. Allah men-delayed pengabulan
do'a yang dimohonkan kepada-Nya adalah, untuk memberikan pemahaman bagi
siapa saja, bahwa diperlukan suatu upaya yang semaksimal mungkin dari
diri kita masing-masing untuk meraih apa yang ditangguhkan Allah SWT.
Artinya, Allah ingin melihat kegigihan kita dalam berdo'a dan mencapai
apa yang dimohonkan kepada-Nya.
Jika kita tetap berusaha dengan gigih, fokus, pantang menyerah, dan
selalu bersemangat positif, niscaya do'a yang dimohonkan pasti bisa
didapatkan. Selama apapun Allah ‘menangguhkan’ pengabulan do'a yang
dimohonkan kepada-Nya, jika kita punya kemauan dan keuletan dalam
berusaha meraihnya, maka do'a itu akan terwujud. Karena formula do'a itu
untuk meraih apa yang diingikan adalah, 1% pikiran, 24% ikhtiar atau
usaha, 25% impian dan keyakinan yang kuat, dan 50% do'a.
Namun sekiranya do'a yang ditangguhkan belum juga dikabulkan Allah
hingga wafat, ini artinya bisa jadi do'a yang belum dikabulkan Allah
menjadi ‘deposito’ amal shaleh di akhirat atau bisa jadi pengabulan itu
setelah yang berdo'a tiada. Seperti kisah yang terdapat di dalam buku
Al-Akhlaku Lil Banin, "Ada seorang Ayah memiliki 4 orang anak. Dan anak
yang pertama memiliki perilaku sangat jahat dan nakal sekali. Bukan
hanya keluarganya yang terganggu, tapi masyarakat yang di sekitarnya pun
ikut terganggu. Sang Ayah berulang kali menasehatinya dan berusaha
sekuat tenaga agar ia tidak menjadi anak yang nakal. Apalagi dia anak
pertama yang menjadi panutan bagi adik-adiknya. Sang ayah tak luput
mendo'akan anaknya usai shalat, agar anaknya menjadi anak yang shaleh
dan bertanggunjawab terhadap keluarganya. Namun do'a tersebut tak
dikabulkan Allah hingga sang ayah meninggal. Begitu sang ayah meninggal,
anak tersebut berubah total. Ia menjadi anak yang shaleh dan
bertanggungjawab terhadap adik-adiknya dan ibunya. Ia yang berusaha
keras menyekolahkan dan mendidik adik-adiknya menjadi pribadi yang baik
dan dibanggakan keluarganya."
Artinya, bisa jadi do'a yang dimohonkan dikabulkan Allah bukan sesuai
dengan keinginan kita, tapi sesuai dengan kehendak dan keinginan Allah.
Di dalam Al-Qur’an Allah SWT sudah menegaskan hal ini, “Bisa saja kamu
membenci sesuatu padahal hal itu baik untukmu, dan boleh jadi kamu
menyukai sesuatu padahal hal itu buruk bagimu. Dan Allah-lah yang
mengetahui, sedangkan kamu tidak mengetahui.” (QS. Al-Baqarah : 216).
Karena itu, tetaplah berdo'a kepada Allah. Mohonkanlah yang baik-baik,
bermanfaat, dan masuk akal.
Penulis : Rahmat Hidayat Nasution
0 komentar:
Posting Komentar