Ketika ujian Datang, Alloh menyadarkan kita untuk berpikir
Bersemangatlah! Sebab, tiadalah yang Allah inginkan pada diri hamba-Nya, melainkan kebaikan belaka…sesulit apapun itu.
Mungkin banyak yang begitu down, atau begitu terpuruk ketika ujian-Nya
datang beruntun. Kadang, kita seperti tak punya kesempatan untuk
bernafas lebih panjang, menggenapkan energi yang kita punya, untuk
menghadapi berbagai terpaan itu. Kadang, terasa begitu berat, bahkan
ingin melarikan diri dari itu semua. Tapi kemudian kita belajar, bahwa hadirnya ujian, hadirnya terpaan yang
begitu bertubi, sesungguhnya adalah tempaan. Tempaan agar kita menjadi
lebih tangguh. Ini juga menyoal training kesabaran, yang mungkin
terlalu mudah untuk digumamkan. Yah, kita mungkin begitu mudah untuk
mengatakan, “Sabar….sabar….”, tapi pada kenyataannya, sabar itu tak
semudah pengucapannya. Ia butuh latihan. Ia butuh training. Dan ujian
lah yang menjadi trainingnya.
Sesungguhnya, beruntunglah orang-orang yang Allah berikan ujian lebih banyak. Sebab ia punya lebih banyak kesempatan untuk naik kelas. Naik ke kelas yang lebih berkualitas. Bukankah jika kita hendak naik kelas, kita harus melewati ujian terlebih dahulu? Dan bukankah, tinggi rendahnya tingkatan kelas itu amat linear dengan tingkat kesulitan ujian ia dihadapi? Tentu saja! Dan yang jelas, Allah tidak akan membiarkan kita mengatakan diri kita beriman, sebelum Allah memberikan ujian-ujian untuk diri kita. Dan hanya orang beriman pulalah yang baginya semua keadaan adalah kebaikan belaka. Jika itu menyenangkan, ia bersyukur. Dan jika itu tidak mengenakkan, ia bersabar.
Sesungguhnya, beruntunglah orang-orang yang Allah berikan ujian lebih banyak. Sebab ia punya lebih banyak kesempatan untuk naik kelas. Naik ke kelas yang lebih berkualitas. Bukankah jika kita hendak naik kelas, kita harus melewati ujian terlebih dahulu? Dan bukankah, tinggi rendahnya tingkatan kelas itu amat linear dengan tingkat kesulitan ujian ia dihadapi? Tentu saja! Dan yang jelas, Allah tidak akan membiarkan kita mengatakan diri kita beriman, sebelum Allah memberikan ujian-ujian untuk diri kita. Dan hanya orang beriman pulalah yang baginya semua keadaan adalah kebaikan belaka. Jika itu menyenangkan, ia bersyukur. Dan jika itu tidak mengenakkan, ia bersabar.
Sungguh, jika kita memandang ujian sebagai suatu bentuk in process control, maka insya Allah akan memberikan quality assurance atau jaminan kualitas diri yang lebih mumpuni dari pada memilih untuk melarikan diri dari ujian-ujian itu. Melarikan diri dari ujian-ujian, memiliki arti yang sama dengan membuang kesempatan untuk naik kelas ke tingkat yang lebih berkualitas. Selain itu, jikapun kita bisa melarikan diri dari ujian itu, tetap saja akan berjumpa dengan ujian-ujian lain yang serupa atau dengan tingkat yang sama, hingga kita berhasil lulus dari ujian itu.
Sungguh, Allah maha teliti dalam meletakkan beban ujian di pundak kita. Jikalau ada alat ultra cangggih yang dapat mengukur kadar kemampuan dalam memikul suatu ujian, tentulah skalanya hanyalah akan berada pada batas nilai kesanggupan kita. Jadi, beruntunglah jika ujiannya lebih berat, lebih bertubi, sebab, itu menjadi indikasi bahwa kita memiliki kualitas tinggi untuk memikulnya. Sebab kita sangguplah, maka Allah memilih kita untuk memikulnya. Jadi, kita memang tak punya alasan untuk tidak menaklukkan setiap ujian-ujian yang dipikulkan di pundak kita.
Jika pada hati kita sempat terlintas pikiran-pikiran, “Kenapa hanya
saya saja yang Allah beri ujian. Si A, si B dan si C, hidupnya tak
seperti saya. Mereka pun tak ada ujian-ujian yang memberatkan pundak
mereka. Tapi, mengapa saya harus menghadapi ini?”, maka cepat-cepatlah
kita melenyapkannya pikiran itu. Sesungguhnya beruntunglah! Beruntunglah
Allah memilih kita, sebab Allah telah meluluskan kita pada uji
kelayakan untuk memikulnya. Artinya, kita punya kadar kesanggupan untuk
melewatinya. Taklukkan ujian ini, dan Dia akan memberi kesempatan
kepada kita untuk meningkatkan kualitas diri.
0 komentar:
Posting Komentar