Erosi Akhlak Merupakan MUSIBAH DIATAS MUSIBAH
DAHULU seorang muslim mencintai orang-orang sholeh, Rasulullah, para sahabat, dan pengikutnya. Kini telah berubah; mereka mencintai dan mengikuti orang-orang kafir & fasik. seperti Bon
Jovi, Michael Jakcson, Kurt Cobain, Meihem, Maradona, Bakcham, Ronaldo,
dan lainnya. Lebih senang kepada para pemain musik, semisal Padi, Ungu,
Ratu, Keris Patih, Samsons, Metallica, Iron Maiden, Nirvana, dan lainnya .
Erosi Akhlak
Gemerlapnya
kota, gedung-gedung menjulang tinggi dengan kokoh, fasilitas dunia
relatif lengkap, teknologi semakin maju, bidang medis hebat, pendidikan
meningkat, dan sederet kemajuan yang menunjukkan kehebatan dan kekuatan.
Semua ini adalah nikmat yang patut disyukuri.
Namun
realita dan fakta di lapangan melaporkan bahwa kekokohan lahiriah dan
dunia seperti ini tidak ditopang oleh kekokohan batin, yakni aqidah dan
akhlaq karimah!! Kemajuan lahiriah jika tidak ditopang oleh aqidah dan
akhlaq, maka ia ibaratnya pohon yang menjulang tinggi, namun batangnya
keropos.
Nikmat
dan kemajuan seperti ini wajib disyukuri dengan memanfaatkannya dalam
perkara ketaatan. Jangan nikmat ini malah menjadi sebab datangnya
musibah seperti yang terjadi pada umat-umat terdahulu. Karenanya, Allah
-Ta’ala- mengingatkan orang-orang Bani Isra’il (Yahudi) ketika mereka
mulai ingkar nikmat,
“Tanyakanlah
kepada Bani Israil: “Berapa banyaknya tanda-tanda (kebenaran) yang
nyata, yang telah Kami berikan kepada mereka”. dan barangsiapa yang
menukar nikmat Allah setelah datangnya nikmat itu kepadanya, maka
Sesungguhnya Allah sangat keras siksa-Nya.(QS. Al-Baqoroh: 211).
Apa
yang terjadi pada Bani Isra’il juga mulai terjadi pada umat Islam. Ini
tergambar pada iman dan akhlaq pada setiap muslim di zaman kita.
Perhatikanlah kanan-kiri kita; kita akan menemukan keajaiban dengan
terjadinya kerusakan. Kerusakan itu terjadi sedikit-demi sedikit,
seperti gunung yang mengalami erosi sampai kita tak lagi melihat lagi
gunung yang dahulu menjulang kokoh, bahkan bekasnya tak lagi, rata
dengan bumi.
Demikianlah
kondisi akhlaq pada umat ini; telah mengalami erosi yang perlahan-lahan
mengikis identitas keislaman pada diri kebanyakan generasi muslim.
Sehingga hampir-hampir kita tak lagi mengenal antara yang muslim dan
kafir. Bahkan pada sebagian kondisi, kita tak mengenal identitas itu
lagi pada diri dan penampilannya.
>
Dahulu kaum muslimin hanya berdo’a dan meminta hajatnya hanya kepada
Allah saja. Sekarang lain, malah berdo’a, dan meminta kepada orang yang
dianggap wali-wali & orang sholeh, atau tempat keramat dan kuburan.
Padahal Allah -Ta’ala- berfirman,
“Dan
Sesungguhnya mesjid-mesjid itu adalah kepunyaan Allah. Maka janganlah
kamu menyeru (berdo’a kepada) seseorangpun di dalamnya di samping
(menyeru) Allah“. (QS. Al-Jin: 18).
Al-Hafizh Ibnu Katsir-rahimahullah- berkata, “Allah
-Ta’ala- menyatakan demikian untuk memerintahkan para hamba-Nya agar
mengesakan Allah dalam setiap kondisi ibadah, dan tidak ada seorang yang
boleh diseru (dido’ai) selain Allah, serta tidak menyekutukan Allah
dengan sesuatu apapun“. [Lihat Tafsir Al-Qur'an Al-Azhim (4/555)]
>Dahulu
para wanita menutup seluruh tubuhnya dengan jilbab yang tebal lagi
lebar, tak membentuknya. Sekarang sudah banyak wanita tak lagi memakai
jilbab; kalaupun pakai, yah pakai jilbab modern yang tak syar’i, karena
jilbab macam ini tidak menutupi seluruh tubuh, tak lebar, dan tak tebal
!!!
Padahal Allah -Ta’ala- berfirman,
“Hai
nabi, Katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan
wanita-wanita mukminah, “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke
seluruh tubuh mereka”. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk
dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. Dan Allah adalah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang“. (QS. Al-Ahzaab: 59).
>Dahulu
para pemuda kita sibuk membaca Al-Qur’an di malam hari dan mempelajari
agamanya. Kini semuanya tinggal khayalan; diganti dengan kebiasaan jelek
berupa menyanyi & mendengarkan musik, menonton TV, nongkrong di
pinggir jalan sambil memetik gitar dan usil. Wah, sungguh sial !!
Padahal Allah -Ta’ala- berfirman
“Dan
di antara manusia (ada) orang yang mempergunakan perkataan yang tidak
berguna untuk menyesatkan (manusia) dari jalan Allah tanpa pengetahuan,
dan menjadikan jalan Allah itu olok-olokan. Mereka itu akan memperoleh
azab yang menghinakan“.(QS. Luqman: 6).
Apa yang dimaksud dengan “perkataan yang tidak berguna”? Abdullah bin Mas’ud berkata,
هُوَ -وَ اللهِ- الْغِنَاءُ
“Demi Allah, itu adalah nyanyian“.
[HR. Ibnu Abi Syaibah dalam Al-Mushonnaf (21130), Ath-Thobariy dalam
Jami' Al-Bayan (10/201), Al-Baihaqiy dalam Syu'abul Iman (5096), dan
Al-Hakim dalam Al-Mustadrok alaa Ash-Shohihain (3542). Hadits ini
di-shohih-kan oleh Syaikh Al-Albaniy dalam Ash-Shohihah (jilid 6/hal.
1017)]
>Dahulu
seorang muslim mencintai orang-orang sholeh, semisal Nabi -Shallallahu
‘alaihi wa sallam-, para sahabat, dan pengikutnya. Kini telah berubah;
malah mencintai dan mengikuti orang-orang kafir & fasik. Bahkan
mengidolakan mereka. Buktinya ?! Lihatlah pemuda kita lebih bangga
dengan Bon Jovi, Michael Jakcson, Kurt Cobain, Meihem, Maradona,
Bakcham, Ronaldo, dan lainnya. Lebih senang kepada para pemain musik,
semisal Padi, Ungu, Ratu, Keris Patih, Samsons, Metallica, Iron Maiden,
Nirvana, dan lainnya dibandingkan orang-orang yang sholeh tersebut. Musibah di atas musibah!!!
Padahal Allah -Ta’ala- berfirman,
“Kamu
tak akan mendapati kaum yang beriman pada Allah dan hari akhirat,
saling berkasih-sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan
Rasul-Nya, sekalipun orang-orang itu bapak-bapak, atau anak-anak atau
Saudara-saudara ataupun keluarga mereka. Meraka itulah orang-orang yang
telah menanamkan keimanan dalam hati mereka dan menguatkan mereka dengan
pertolongan yang datang dari-Nya. dan dimasukan-Nya mereka ke dalam
surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya.
Allah ridha terhadap mereka, dan merekapun merasa puas terhadap
(limpahan rahmat)-Nya. mereka Itulah hizbullah (golongan Allah).
Ketahuilah, bahwa sesungguhnya hizbullah itu adalah golongan yang
beruntung“. (QS. Al-Mujadilah: 22).
Syaikh Muhammad bin Sulaiman At-Tamimiy-rahimahullah- berkata, “Barangsiapa
yang mentaati Rasul -Shollallahu ‘alaihi wasallam- , dan mengesakan
Allah, maka tak boleh baginya mencintai orang-orang yang menentang Allah
dan Rasul-Nya, walaupun orang yang ia cintai adalah kerabat terdekatnya“. [Lihat Tashil Al-Ushul Ats-Tsalatsah (hal. 11), cet. Dar Ibnu Rajab]
>Dulu
seorang muslim malu jika berdusta dan mencuri. Kini dusta malah menjadi
bahan profesi bagi para pemuda dan pelawak; mencuri dan korupsi menjadi
hobi bagi sebagian orang yang tak takut kepada Allah. Na’udzu billah
min dzalika.
Padahal Allah -Ta’ala- berfirman,
“Laki-laki
yang mencuri dan perempuan yang mencuri, potonglah tangan keduanya
(sebagai) pembalasan bagi apa yang mereka kerjakan dan sebagai siksaan
dari Allah. dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana“. (QS. Al-Maa’idah: 38)
Para
pakar psikolog, dan ahli pendidikan berusaha mencari sebab terjadinya
kerusakan akhlaq tersebut beserta solusinya. Namun mereka tak bisa
sepakat dan mufakat; setiap pakar hanya sekedar meraba-raba bagaikan
seorang yang buta berjalan di kegelapan malam. Padahal andaikan mereka
mengambil penerang dari pelita Al-Qur’an, dan Sunnah, maka mereka akan
sampai ke tujuan dengan selamat, tanpa pusing dan takut.
Ketika berselisih seperti ini, kita kembalikan kepada Allah & Rasul-Nya. Allah -Azza wa Jalla- berfirman,
“Hai
orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (nya), dan
ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang
sesuatu, Maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul
(sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari
kemudian. yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik
akibatnya“. (QS. An-Nisaa’: 59).
Al-Hafizh Ibnu Katsir-rahimahullah- berkata dalam menafsirkan ayat ini, “Ini
merupakan perintah dari Allah -Azza wa Jalla- bahwa segala sesuatu yang
diperselisihkan oleh manusia berupa prinsip-prinsip agama, dan
furu’-(cabang)nya agar perselisihan dalam perkara itu dikembalikan
kepada kepada Al-Kitab (Al-Qur’an), dan Sunnah“. [Lihat Tafsir Ibnu Katsir (1/687)]
Bila
kita kembali kepada Sunnah (petunjuk) Nabi -Shallallahu ‘alaihi wa
sallam-, kita akan menjumpai bahwa sebab kemerosotan dan erosi akhlaq
disebabkan oleh beberapa faktor asasi:
-Jauhnya Kaum Muslimin dari petunjuk Al-Qur’an dan Sunnah
-Merebaknya Taqlid Buta kepada Kaum Kuffar
-Tipisnya Iman dalam Hati Generasi Muslim
-Hawa Nafsu yang Berkuasa
-Munculnya Acara-Acara yang Merusak lewat Media Massa –utamanya TV-
Terjadinya
erosi dan krisis akhlaq dan moral seperti ini, kembali menyadarkan kita
dari tidur yang panjang dan kelalaian yang akut. Sadarlah dari
keterlenaan ini sebelum Allah -Azza wa Jalla- menurunkan adzab
(siksan)-Nya sebagaimana yang terjadi pada umat-umat durhaka terdahulu.
Jika Allah menurunkan adzab-Nya, maka ia tak akan menyisakan dan
membedakan antara orang yang sholeh dan orang yang jelek. Semuanya akan
dikenakan siksaan, jika tak saling mengingatkan, dan menasihati ketika
melihat kemungkaran.
Allah -Ta’ala- berfirman,
“Dan
peliharalah dirimu dari pada siksaan yang tidak khusus menimpa
orang-orang yang zalim saja di antara kamu. dan Ketahuilah bahwa Allah
amat keras siksaan-Nya“. (QS. Al-Anfaal: 25).
Semoga
tulisan yang ada di depan anda merupakan sebuah upaya
nasihat-menasihati diantara kaum muslimin sehingga kita tak diliputi
adzab Allah pedih.
Terakhir, kami berdo’a kepada Allah sebagaimana dalam sebuah hadits riwayat Muslim,
اللَّهُمَّ آتِ نَفْسِيْ تَقْوَاهَا وَزَكِّهَا أَنْتَ خَيْرُ مَنْ زَكَّاهَا أَنْتَ وَلِيُّهَا وَمَوْلاَهَا
“Ya Allah berikanlah hatiku ketaqwaannya, dan sucikan. Engkaulah Penolong dan Pemelihara-nya”.
0 komentar:
Posting Komentar