Pelajaran Berfikir Positif Dari Surat Adh Dhuha
Surat Adh-Dhuha memberikan pengajaran dengan sangat mendalam tentang
Berpikir Positif. Di lain pihak, Shalat Sunnah Dhuha banyak dianggap
sebagai Shalat Sunnah mohon rezki. Lantas apa hubungan dari hal itu
semua?
Arti dari Dhuha adalah saat matahari naik di pagi hari. Oleh karena
itu waktu ideal melaksanakan shalat Dhuha adalah ketika matahari naik
sepenggalan atau sekitar pukul 8, walaupun diperkenankan sejak matahari
mulai terbit (sekitar pukul 6.00 s.d 6.30).
Surat ini dimulai dengan qasam (sumpah) dengan huruf wâw (و) dan dhuhâ (ضُحَى) sebagai muqsamu bih-nya (مُقْسَمٌ بِهِ,
obyek yang digunakan untuk bersumpah). Pendapat yang berlaku di
kalangan ulama terdahulu mengatakan bahwa sumpah al-Qur’an dengan wâw
mengandung makna pengagungan terhadap muqsamu bih (مُقْسَمٌ بِهِ).
Ibnu Qayyim Al-Jauziyah mengatakan bahwa sumpah Allah dengan sebagian
makhluk-Nya menunjukkan bahwa ia termasuk tanda-tanda kekuasaan-Nya
yang besar. Menurut Muhammad Abduh, sumpah dengan dhuhâ (cahaya
matahari di waktu pagi) dimaksudkan untuk menunjukkan pentingnya dan
besarnya kadar kenikmatan di dalamnya. Berarti pada saat matahari naik
di pagi hari (Dhuha) dan pada saat sunyinya malam ada rahasia penting
tentang nikmat Allah di dalamnya.
Mari kita renungkan satu persatu lanjutan ayat-ayatnya.
مَا وَدَّعَكَ رَبُّكَ وَمَا قَلَىٰ
“Tuhanmu tiada meninggalkan kamu dan tiada (pula) benci kepadamu”
Para mufassir sepakat bahwa latar belakang turunnya surat ini adalah
keterlambatan turunnya wahyu kepada Rasulullah SAW Keadaan ini
dirasakan berat oleh Rasul, sampai-sampai ada yang mengatakan bahwa
Muhammad SAW telah ditinggalkan oleh Tuhan nya dan dibenci-Nya.
Ayat ini memberikan taujih (arahan) kepada Rasulullah SAW agar tetap
berpikir positif kepada Allah SWT, dan tidak menduga-duga hal negatif
atau hal buruk seperti yang ada di pikiran orang-orang munafik dan
musyrik.
وَيُعَذِّبَ الْمُنَافِقِينَ
وَالْمُنَافِقَاتِ وَالْمُشْرِكِينَ وَالْمُشْرِكَاتِ الظَّانِّينَ
بِاللَّهِ ظَنَّ السَّوْءِ ۚ عَلَيْهِمْ دَائِرَةُ السَّوْءِ
“dan supaya Dia mengazab orang-orang munafik laki-laki dan perempuan
dan orang-orang musyrik laki-laki dan perempuan yang mereka itu
berprasangka buruk terhadap Allah. Mereka akan mendapat giliran
(kebinasaan) yang amat buruk…” (QS. 48 ayat 6)
Jika pun hidup kita berjalan tidak sesuai dengan yang kita harapkan.
Yakinlah hari-hari kemudian akan lebih baik dari hari-hari sekarang dan
hari-hari yang telah lalu.
وَلَلْآخِرَةُ خَيْرٌ لَكَ مِنَ الْأُولَىٰ
“Dan sesungguhnya hari kemudian itu lebih baik bagimu daripada yang sekarang (permulaan)”
Berprasangka baiklah Allah SWT akan memberikan karunia dan rahmat yang besar di hari-hari esok, dan JANGAN BERPUTUS ASA!
اِنَّ اللهَ يُحِبُّ الْفَأَلَ و يَكْرَهُ التَّسَاؤُم
“Sesungguhnya Allah mencintai sikap optimis dan membenci sikap putus asa” (Hadits)
Kalaupun sepanjang hidup kita di dunia selalu dalam kesulitan dan
kesempitan, kita tetap berpikir positif bahwa kelimpahan dan kenikmatan
akan Allah berikan kepada kita di Hari Akhirat. Maka orang yang bisa
berpikir positif seperti itu, tetap tersenyum bahagia dalam menjalankan
kehidupan sulitnya di dunia.
وَلَسَوْفَ يُعْطِيكَ رَبُّكَ فَتَرْضَىٰ
“Dan kelak Tuhanmu pasti memberikan karunia-Nya kepadamu, lalu (hati) kamu menjadi puas”
Optimis dan yakin berjumpa Allah di hari Akhir nanti dan mendapatkan
limpahan karunia-Nya yang tak terkira, sungguh akan memuaskan hati
kita. Karunia Allah kepada penduduk dunia seperti air menetes dari jari
yang dicelupkan ke lautan, dibandingkan karunia Allah di hari Akhirat
yang seluas lautan itu sendiri.
Bagaimana agar kita selalu berpikir positif? Ingatlah semua nikmat-nikmat Allah yang jika kita hitung tentu tidak akan sanggup.
أَلَمْ يَجِدْكَ يَتِيمًا فَآوَىٰ, وَوَجَدَكَ ضَالًّا فَهَدَىٰ, وَوَجَدَكَ عَائِلًا فَأَغْنَى
“Bukankah Dia mendapatimu sebagai seorang yatim, lalu Dia
melindungimu? Dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang bingung, lalu Dia
memberikan petunjuk? Dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang
kekurangan, lalu Dia memberikan kecukupan?”
Ingat, renungkan rasakan betapa luas nikmat Allah kepada kita. Apa
nikmat Allah yang paling Anda syukuri? Di antaranya adalah, Anda bisa
melihat tulisan ini, yang melibatkan kerja milyaran sel,
prajurit-prajurit Allah SWT. Bagaimana jika sel-sel itu tidak bekerja?
Yuk kita bersyukur dengan lisan, pikiran dan perasaan. Nikmat sekecil
apapun! Dengan lisan ucapkan “Alhamdulillah”, didukung dengan pikiran
dan perasaan kita. Sampaikan rasa terima kasih tak berhingga seperti
seorang pengemis yang berhari-hari kekurangan makan dan diberi makan
oleh seorang kaya, seperti seorang pasien yang sudah berbulan-bulan
menderita sakit dan disembuhkan dengan bantuan seorang dokter. Yang
Allah berikan kepada kita lebih dari orang kaya dan dokter tersebut di
atas, namun mengapa kita lupa mengucapkan terima kasih kepada-Nya?
Pantas jika Allah belum menambah nikmat kepada kita, nikmat-nikmat yang
lalu saja belum kita syukuri sebagaimana mestinya.
Kalaupun ada kesulitan dan kekurangan dalam hidup kita, tetap saja
karunia dan kelimpahan dari Allah masih jauh lebih besar. Lihatlah ke
bawah, orang-orang yang lebih susah dari kita, lebih sakit dari kita,
lebih miskin dari kita. Jangan selalu melihat ke atas. Melihat ke bawah
akan menghaluskan jiwa, melembutkan perasaan, menghidupkan syukur dan
mengobati stress, ketidakpuasan dan putus asa.
Setelah bersyukur dengan lisan, pikiran dan perasaan, syukur sejati adalah syukur dengan ‘amal.
فَأَمَّا الْيَتِيمَ فَلَا تَقْهَرْ, وَأَمَّا السَّائِلَ فَلَا تَنْهَرْ
“Sebab itu, terhadap anak yatim janganlah kamu berlaku
sewenang-wenang. Dan terhadap orang yang minta-minta, janganlah kamu
menghardiknya.”
Seorang yang bersyukur akan memanfaatkan nikmat-nikmat yang
diperolehnya untuk ibadah, amal shalih, dan perbuatan baik terhadap
sesama. Itulah yang dimaksud dalam ayat pamungkas surat ini :
وَأَمَّا بِنِعْمَةِ رَبِّكَ فَحَدِّثْ
Dan terhadap nikmat Tuhanmu, maka hendaklah kamu siarkan.
Wallahu a’lam.
Agung Yulianto
Dakwatuna.com
0 komentar:
Posting Komentar