Rabu, 12 Juni 2013

Belajar Menyelaraskan Perkataan Dengan Perbuatan

Menyelaraskan Perkataan Dengan Perbuatan

Marilah, kita bersama-sama meningkatkan taqwa kepada Allah SWT, dengan mewujudkan dalam kehidupan sehari-hari yakni menselaraskan antara perkataan dengan perbuatan. Allah berfirman dalam surah ash Shaff ayat 2 dan 3 yang maknanya : Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan? 3. Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan.


Ada dua macam kelemahan manusia yang dikemukaan pada ayat ini. 


Pertama, ketidakseriusan antara perkataan dan perbuatan mereka. Kelemahan ini kelihatannya mudah diperbaiki, namun sulit dilaksanakan. Sangat banyak di antara kita yang pandai berbicara. Suka menganjurkan perbuatan baik, dan mengingatkan orang lain menjauhi larangan-larangan Allah. Tetapi dia sendiri tidak melaksanakannya. Diriwayatkan oleh Ibnu Abbas, bahwa Abdullah bin Rawahah berkata “Para mukmin pada masa Rasulullah SAW, sebelum jihad diwajibkan berkata : “ Seandainya kami mengetahui perbuatan-perbuatan yang disukai Allah, tentu kami akan melaksanakannya. Maka Rasulullah SAW menyampaikan, bahwa perbuatan yang paling disukai Allah adalah beriman kepadaNya. Berjihad menghapus kemaksiatan yang dapat merusak iman. Dan mengakui kebenaran risalah yang disampaikan nabiNya. Setelah datang perintah jihad, sebagian orang-orang yang beriman, merasa berat melaksanakannya, maka turunlah ayat ini, sebagai teguran akan sikap mereka yang tidak konsisten.

Kedua, tidak menepati janji yang telah mereka buat. Suka menepati janji yang telah ditetapkan merupakan salah satu ciri dari ciri-ciri orang yang beriman. Jika ciri-ciri ini tidak dipunyai oleh orang yang mengakui beriman kepada Allah dan RasulNya, berarti dia telah menjadi orang munafiq. Sejalan dengan sabda Rasulullah SAW : Ayaatul munaafiqi tsalatsun, idzaa haddatsa kadzaba, wa idzaa wa’ada akhlafa, waidza’tumina khaana. (Tanda orang munafiq ada tiga macam, bila ia berkata dia berdusta, apabila dia berjanji tidak menepati, dan bila dipercaya, dia berkhianat (HR Bukhori dan Muslim). Di sini tidak berarti orang-orang yang tidak boleh mengatakan keberatan bila dia sendiri belum mampu melaksanakannya. Mengatakan keberatan wajib, sedangkan melaksanakannya tergantung kemampuan. Sebagaimana Allah telah berfirman dalam surah At Taghaabun : 16 maknanya : Maka bertakwalah kamu kepada Allah menurut kesanggupanmu dan dengarlah serta taatlah dan nafkahkanlah nafkah yang baik untuk dirimu. dan Barangsiapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, Maka mereka Itulah orang-orang yang beruntung.

Sudah dapat dipastikan, orang yang ucapannya berlainan dengan perbuatannya, adalah orang yang tidak mendapat kepercayaan dari orang lain. Bahkan lebih parah dari itu, ia diposisikan di level terendah dalam kehidupan sosial. Ia dianggap sebagai racun. Ia tidak akan pernah dipercaya. Karena di dalam masyarakat ada hukum yang tidak tertulis, sangsinya adalah sangsi moral, dan bersifat mengikat. Masyarakat yang beranggapan demikian, tidak bisa disalahkan, sebab bagaimana menganggap benar orang yang rajin berbohong. Apalagi kebohongannya dilakukan secara terang-terangan dalam perbuatannya sehari-hari.

Tipologi manusia semacam ini, sangat pandai berakting. Berbagai cara ia tempuh, mulai dari gaya bicara, cara berdialog, cara berpakaian. Dan jika perlu dia melakukan acting bak artis di film-film atau sinetron. Pandai menangis, pintar menarik perhatian public, dan bersikap simpatik. Akan tetapi semua itu tidak akan berlangsung lama, dan orang lain pun faham akan akal busuknya. Orang lain pun bosan dan mulai meninggalkan sang sinetron ulung, pesinetron picisan. Dan tipuan dibalas tindakan, masyarakat melakukan mosi tidak percaya, apapun yang dia katakan. Dan akan ditolak mentah-mentah selama-lamanya.

Keterbukaan dan kesucian ajaran Islam, mengharuskan setiap muslim untuk menjadi manusia yang mampu menselaraskan antara penampilan lahir dan penampilan bathin. Dengan cara tidak bertopeng. Ada satu hal yang memprihatinkan, bahwa hari ini, banyak manusia-manusia bermuka dua. Tampilannya menawan tutur katanya nyaman didengar, tidak jarang banyak orang-orang mukhlis yang tertipu. Di sinilah bahaya mulai mengancam. Karena sebenarnya manusia bertopeng ini adalah ancaman nyata bagi tatanan masyarakat. Fitnah yang ditebar seperti bensin yang bisa membakar. Di hadapan khalayak ramai, dia begitu ikhlas dan berpura-pura menjadi orang yang paling beriman. Akan tetapi, di balik layar dia tidak malu melakukan perbuatan yang mengantarkan kaum awam ke dalam jurang kubangan fitnah.

Semoga kita tetap dalam bimbingan Allah. Mampu tampil menselaraskan antara perkataan dan perbuatan. Karena Allah sangat membenci terhadap perilaku orang yang perbuatannya menyalahi ucapannya. Walaupun demikian, penyakit ini bisa disembuhkan, asal orang tersebut mau mengaji al-Quran dan mentadabburi maknanya. Rajin shalat berjamaah, bergaul dengan orang-orang sholih, dan senantiasa berdoa kepada Allah. Jika tidak melakukan hal yang demikian, dia akan terus dijauhi, dan tidak ada kawan, yang ada hanyalah lawan. 

0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Press Release Distribution