Segenggam Pasir yang Terlupakan
Ada Seorang ayah dan anaknya
Ayah itu sangat menyayangi anaknya dan mereka hendak pergi ke suatu danau Setelah tiba di danau tersebut ayah itu mengambil segenggam pasir dan melemparkannya ke danau Selanjutnya ia berkata dengan bijak ke anaknya.
“anakku jikalau kita melemparkan pasir
ini ke danau apakah orang lain akan tahu bahwa kita melemparkan pasir
ini ke danau” sang ayah sambil melemparkan genggaman pasirnya ke danau Jawab sang anak “tidak ayah, mana mungkin orang lain tahu kita melemparkan pasir ini kalau kita sudah pergi.”
Ayahpun menjawab dengan bijak “anakku
begitulah kehidupan, jangan sampai saat kita meninggalkan dunia yang
fana ini kita hanya meninggalkan nama kita di batu nisan. Jangan sampai
kita tidak membuat sesuatu untuk ummat ini. Anakku berprestasilah,
raihlah kebahagiaan dunia dan akherat.
Sesungguhnya kematian adalah awal dari
perjalanan kita, apakah setalah kita mati yang diingat dari kita
hanyalah keburukan, yang diingat dari kita perkataan yang menyakiti hati
orang yang mendengarkan, yang diingat dari kita hanyalah menggunjing
orang lain, yang diingat dari kita hanyalah kesombongan harta dan
jabatan, yang diingat dari kita hanyalah keburukan dan keburukan.
Naudzubillah
Atau apakah setelah kita mati yang
diingat dari kita adalah kebaikkan kita, pancaran kesolehan kita,
prestasi kita dan kesehajaan kita. Bismillah, kalau kita ikhlas bejuang
untuk ummat ini dengan segala kompetensi kita, insya Allah dunia akan
mengikuti. Kita jangan berharap orang lain memuji hasil jerih payah
kita, kita jangan berharap gila pujian tapi kita berharap keridhoan
Allah.
Banyak sekali orang-orang sukses karena
mereka punya misi untuk kebaikan ummat dan hanya mengharapkan keridoah
Allah. Tapi subhanallah dunia mengikuti mereka. Semua perjuangan
membutuhkan pengorbanan entah itu waktu, harta dan lain sebagainya.
Terkadang yang menjadi masalah kita untuk
berkembang adalah diri kita sendiri, bukan kita yang menguasai diri
tapi kitalah yang dikuasai diri kita sendiri. Kita selalu mengikuti hawa
nafsu kita, kita selalu mengikuti keinginan yang tidak penting. Memang
bukan perkara mudah untuk bisa menguasai diri tapi bismillah itu juga
bukan perkara yang mustahil.
Kita harus melihat bahwa setiap persoalan
adalah sebuah pijakan untuk lebih baik lagi dan mengupgrade diri, yang
harus kita lakukan adalah keistiqamah dalam kebaikan. Tidak sulit
membuat sesuatu tapi yang lebih sulit adalah mempertahankannya.
0 komentar:
Posting Komentar