Ujian Untuk Menjadi Lebih Mulia
Kata orang, hidup ini layaknya roda kehidupan. Kadang berada di atas,
kadang berada di bawah. Ada pula yang bilang hidup ini seperti ombak di
pantai. Kadang tenang, namun tak jarang pula menghantarkan gelombang
yang begitu kencang. Apa pun perumpamaan manusia terhadap kehidupan ini,
intinya adalah hidup ini takkan setenang air di dalam kolam. Akan ada
goncangan-goncangan, hambatan-hambatan, dan ujian-ujian yang
bermacam-macam bentuknya.
Terkadang manusia seringkali merasa tidak mampu untuk menghadapi
cobaan-cobaan hidup. Bahkan banyak pula yang tak menyadari bahwa semua
nikmat dan semua ujian itu hanya berasal dari satu sumber. Semua itu
berasal dari pemilik seluruh jiwa-jiwa manusia dan penguasa seluruh
hati-hati manusia, yaitu Allah, Sang Maha Kuasa. Parahnya, ada juga yang
menyesali diri sendiri, menganggap nasib diri terlalu sial, sehingga
tak pernah mendapatkan kebahagiaan dalam hidup.
Mungkin anda pernah dengar cerita sebuah cangkir cantik yang dipajang
di sebuah etalase toko. Sebelum berada di sana, ia hanyalah seonggok
tanah liat yang sama sekali tidak dihiraukan orang. Kemudian seorang
pengrajin mengambil dirinya, membentuk tanah liat itu, kemudian
membakarnya di dalam perapian. Sang tanah liat sempat marah dan benci
terhadap perlakuan yang diterimanya. Ia harus menahan sakit dan
kepanasan. Tak sampai di situ, ia harus rela dicat dengan berbagai
warna, kemudian dibakar lagi. Segala macam perlakuan sungguh tidak
mengenakkan baginya. Namun apa yang terjadi, setelah semua proses
selesai, sang tanah liat mendapati dirinya telah menjadi sebuah cangkir
cantik. Ia bukan lagi seonggok tanah liat yang bau, tapi ia telah
menjadi sosok baru dan tentu saja lebih baik. *
Mungkin kita sebagai manusia, seringkali berpikir seperti tanah liat
tadi. Ujian-ujian yang mendatangi di setiap detik kehidupan selalu
ditanggapi dengan ketidaksabaran, keluh kesah, dan ketidakikhlasan. Tak
jarang mungkin di antara kita merasa terlalu dibebani dengan
amanah-amanah, merasa hanya diri sendiri yang diberi ujian, sedang orang
lain bisa bersenang-senang, dan ada juga yang justru berhenti dan tidak
mau lagi berbuat karena merasa terlalu lelah, fatigue, dan kecewa.
Belum lagi kondisi lingkungan, keluarga, dan teman-teman yang seringkali
cuek, tidak perduli, dan sibuk dengan urusan masing-masing.
Tapi cobalah kita lihat kisah si gelas cantik tadi. Lihatlah, betapa
setelah semua proses berlalu, seonggok tanah liat telah menjadi sebuah
gelas cantik. Betapa indahnya perubahan itu. Saat ini anda mungkin
sedang diuji berbagai macam masalah, mulai dari masalah di keluarga,
orang tua, teman-teman, tempat kerja, bahkan amanah dakwah sekalipun,
tapi percayalah bahwa Allah sedang membentuk anda. Bisa jadi anda tidak
menyukai bentukan itu, tapi anda harus sabar. Bukankah selalu ada
kemudahan setelah kesusahan? Ingat, awan tak selamanya mendung, sekali
waktu ia akan cerah berawan menaungi langit. Bahkan angin topan pun tak
selamanya meniupkan angin kencangnya, pada waktunya ia akan tenang dan
reda kembali.
Dulu, seorang teman pernah bilang, kalau merasa diri sedang
mendapatkan ujian yang begitu berat, berbaik sangkalah kepada diri
sendiri dan kepada Allah. Ingat bahwa Allah selalu menurut persangkaan
hamba-Nya. Anggap saja saat diuji dengan berbagai masalah, anda sedang
dalam masa ujian layaknya anak sekolah. Untuk bisa naik tingkat, harus
ada ujian untuk menguji kesiapan. Makin tinggi tingkat, makin tinggi
pula level kerumitan ujian yang diberikan. Percayalah, kalau anda
berhasil menghadapi ujian ini, anda akan berhasil naik tingkat di mata
Allah, menjadi mukmin sejati. Allah tidak akan memberikan suatu ujian
sesuai dengan kemampuan hamba-Nya. Kalau Allah saja yakin kita mampu,
masa kita sendiri tidak yakin dengan kemampuan diri?
Buat saudara-saudaraku yang saat ini sedang diuji oleh Allah, apapun
bentuk ujian itu, bergembiralah dan bersabarlah. Bergembira karena ujian
berarti Allah masih peduli dan sayang kepada kita, untuk itu ia
memberikan ujian agar kita lebih kuat, lebih bijak, dan lebih mulia.
Allah ingin kita menjadi lebih baik di hadapan-Nya. Setelah itu,
bersabarlah karena sesungguhnya kesabaran akan membuahkan ketenangan
jiwa, kekuatan hati, dan sungguh Allah selalu bersama orang-orang yang
sabar. Bersabarlah, karena Allah tidak akan meninggalkan hamba-Nya yang
beriman, justru manusia lah yang seringkali meninggalkan sang
penciptanya.
Apakah yang diperoleh orang-orang yang telah kehilangan Allah dari
dalam dirinya? Dan apakah yang harus dicari oleh orang-orang yang telah
menemukan Allah di dalam dirinya? Sungguh antara yang pertama dan kedua
tidak akan pernah sama. Orang kedua akan mendapatkan segalanya, dan
orang pertama akan kehilangan segalanya.
Wallahualam
*kisah disadur dari buku “Kekuatan Cinta”
**disadur dari buku “La Tahzan!”
**disadur dari buku “La Tahzan!”
0 komentar:
Posting Komentar