SURAT AL BAQARAH, AYAT 207-209
Alhamdulillah,
semoga taufik dan hidayahNya tetap menaungi pembaca yang budiman, pada
kesempatan ini penulis paparkan sedikit dari ayat 207-209 dari surat
Albaqarah yang insya Allah sudah kita hapal.
Allah SWT Berfirman,
بِسْمِ اللهِ انِ الرَّحِيمِلرَّحْم
وَمِنَ النَّاسِ مَن يَشْرِي نَفْسَهُ ابْتِغَاء مَرْضَاتِ اللّهِ وَاللّهُ رَؤُوفٌ بِالْعِبَادِ
يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ ادْخُلُواْ فِي السِّلْمِ كَآفَّةً وَلاَ
تَتَّبِعُواْ خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُّبِينٌ
فَإِن زَلَلْتُمْ مِّن بَعْدِ مَا جَاءتْكُمُ الْبَيِّنَاتُ فَاعْلَمُواْ أَنَّ اللّهَ عَزِيزٌ حَكِيمٌ
“Dan
di antara manusia ada orang yang mengorbankan dirinya karena mencari
keridhaan Allah; dan Allah Maha Penyantun kepada hamba-hambaNya.[207].
Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan,
dan janganlah kamu menuruti langkah-langkah setan. Sesungguhnya setan
itu musuh yang nyata bagimu. .[208]Tetapi jika kamu menyimpang (dari
jalan Allah) sesudah datang kepa-damu bukti-bukti kebenaran, maka
ketahuilah, bahwasanya Allah Mahaperkasa lagi Mahabijaksana. [209]”
Dalam
asbabun nujul diketengahkan oleh Harits bin Abu Usamah dalam musnadnya
dan Ibnu Abu Hatim dari Said bin Musayyab, katanya, "Shuhaib pergi
berhijrah kepada Nabi saw. lalu ia diikuti oleh orang-orang Quraisy, ia
turun dari atas kendaraannya dan mengeluarkan semua isi kantong anak
panahnya, lalu katanya, 'Hai mana golongan Quraisy? Tuan tuan telah
mengetahui bahwa aku ini adalah orang yang paling ahli dalam memanah.
Demi Allah, belum lagi tuan tuan sampai kepada saya di sini, saya telah
berhasil melepaskan semua anak panah dari kantong ini, kemudian aku
tebas dengan pedang sisa tuan tuan yang masih hidup.
Terserah tuan-tuan apa yang akan tuan-tuan pilih! Tetapi jika tuan-tuan
mau, saya akan menunjukkan tempat simpanan harta saya di Mekah dengan
syarat tuan-tuan tidak akan menghalangi saya dan biarkan saya pergi!'
'Baiklah, kalau begitu!' ujar mereka. Dan ketika ia datang ke Madinah
untuk menemui Nabi saw. maka sabdanya, 'Beruntung perdagangan Abu Yahya
(nama panggilan Shuhaib), dan beruntunglah usaha/jual belinya!' Ketika
itu turunlah ayat, 'Di antara manusia ada orang yang mengorbankan
dirinya untuk mencari keridaan Allah, dan Allah Maha Penyantun terhadap
hamba-hamba-Nya.'" (2:207))
Dalam
ayat ini digambarkan dengan jelas, bahwa orang orang yang ingin
memperoleh ridha Allah itu senatiasa hanya ingin mengikuti keinginan Allah dan RasulNya, hingga pada saat dalam posisi memilih antara harta benda yang dicintai dengan Allah dan RasulNya, ia memilih Allah dan RasulNya dengan meninggalkan harta benda yang dicintainya.
Orang
orang yang meninggalkan harta bendanya dan hanya mengikuti Allah dan
RasulNya ini digambarkan oleh Rasul sebagai “jual-beli” dimana seseorang
yang telah menyerahkan harta benda serta dirinya itu dianggap sebagai
penjual dan Allah membelinya dengan surga sesuai firmanNya “Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka(9:111)”
Kemudian
dalam ayat selanjutnya , sebagaimana asbabun nujulnya diketengahkan
oleh Ibnu Jarir dari Ikrimah, katanya, "Berkata Abdullah bin Salam,
Tsa`labah bin Yamin serta Asad dan Usaid bin Kaab, Said bin Amar dan
Qais bin Zaid, mereka semua dari golongan Yahudi, 'Wahai Rasulullah!
Hari Sabtu adalah hari besar kami, maka biarkanlah kami merayakannya dan
bahwa Taurat itu adalah kitabullah, maka biarkanlah kami membacanya di
waktu malam!' Maka turunlah ayat, 'Hai orang-orang yang beriman,
masuklah ke dalam Islam secara keseluruhan... (2:208)”
Ini merupakan perintah Allah kepada orang-orang yang beriman untuk masuk Islam secara totalitas. Fii silmi kaffah / ke dalam Islam keseluruhan” maksudnya mencakup seluruh aspek kehidupan manusia termasuk idiologi, politik, social, ekonomi, budaya, pertahanan dan keamanan sehingga tidak ada ruang bagi system-system lain untuk orang
Islam, dan haram hukumnya bagi orang Islam segala aspek kehidupan yang
tidak berasal atau bersumber dari Islam. Gambaran orang orang sesuai ayat 208 ini adalah mereka tidak
seperti orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya, apabila
hawa nafsunya itu sejalan dengan perkara yang disyariatkan, maka dia
kerjakan, namun bila bertentangan dengannya maka dia tinggalkan, bahkan
menjadi suatu hal yang wajib yang mana hawa nafsunya harus tunduk pada
agama, dan ia melakukan segala perbuatan baik dengan segala
kemampuannya, dan apa yang tidak mampu dia lakukan, maka dia berusaha
dan berniat melakukannya dan menjangkaunya dengan niatnya tersebut, dan
selanjutnya kita diingatkan oleh Allah “ walaa tattabi’u khutuwatissyaiton / dan janganlah kamu menuruti langkah-langkah setan”
maksudnya, Allah melarang untuk mengikuti langkah langkah syaithan .
Mengambil aspek kehidupan yang tidak bersumber pada Allah dan Rasulnya
dinanggap Allah mengikuti langkah syaithan, sedangkan posisi syaithan
sangat jelas ,“ innahum aduwum mubin / sesungguhnya setan itu musuh yang nyata bagimu” musuh yang nyata tidaklah akan mengajak kecuali kepada kejahatan dan kekejian serta segala yang mengandung bahaya bagi manusia.
Ayat 209 memastikan bahwa manusia akan melakukan kesalahan dan ketergelinciran, maka Allah memberi peringatan tegas , “Tetapi jika kamu menyimpang (dari jalan Allah) sesudah datang kepadamu bukti-bukti kebenaran” atas dasar ilmu dan keyakinan, maka ketahuilah, bahwasanya Allah Mahaperkasa lagi Mahabijaksana.” Ayat
ini menunjukkan ancaman keras agar manusia paham atas perkara yang
membawa kepada penyimpangan tersebut, Mahaperkasa lagi bijaksana
merupakan kalimat yang memastikan akan menyiksa siapa saja yang tidak tunduk pada aturanNya, termasuk orang orang yang mengikuti langkah langkah syaithan.
0 komentar:
Posting Komentar