Memahami Lebih Dalam
Memahami kehidupan ini penting, karena apabila tidak bisa memahami, kita
tidak dapat menikmati. Contoh ada orang tua mendengarkan musik kesukaan
anak muda, Rock atau Metal. Dia akan mengeluh merasa telinganya sakit
karena tidak memahami.
Padahal anak-anak muda bisa berjingkrak-jingkrak
mengikuti gemuruh musik yang memekakkan telinga itu. Sebaliknya, anak
muda kota besar mendengar orang tua menyetel lagu gamelan klenengan,
maka dia juga merasa muak dan tidak tahan karena tidak mengerti.
Sementara para warga senior itu manggut-manggut menikmati buaian musik
dan meresapi indahnya sastra syairnya.
Begitu pula orang awam melihat lukisan
abstraknya Affandi, atau lukisan kubismenya Picasso, pasti sulit
menikmati lukisan seperti cekeran ayam, karena dia tidak bisa melihat
dimana indahnya lukisan gaya surrealis abstrak. Tapi sebaliknya bagi
yang mengerti kehebatan lukisan-lukisan itu dia akan geleng-geleng dan
berdecak kagum.
Contoh ini ekstrem. Ada sebuah pasangan
muda punya anak balita yang suka menangis di malam buta. Sang istri
mungkin karena capek merawat bayi, marah bin jengkel menghadapi tangisan
dan mengeluh berat serta mendamprat suaminya yang tenang-tenang saja
menghadapinya sambil berkata:
“ Menurut dokter nangisnya bayi itu olah
raga. Lagi pula yaa memang bayi, bisanya cuman nangis. Seandainya bayi
kemudian tiba-tiba berdiri diatas meja berpidato, atau khotbah, malah
kita ketakutan. Kemudian sang istri bisa menerimanya”
Jadi kata mengerti dan memahami itu kaca
kunci untuk menikmati kehidupan ini. Pesan Alloh dalam firmannya I’lamu
annamal hayaatud dunya laibun walahwun, ketahuilah bahwa kehidupan
dunia itu permainan. Jadi kuncinya kita mengetahui, memahami.
Ada beberapa point pemahaman:
(1) Memahami dan maklum bahwasannya memang ada orang yang berbeda pendapat dengan kita, maka toleranlah dengan perbedaan.
(2) Memahami dan maklum bahwasannya memang ada orang positif dan ada yang negatif, maka terimalah.
(3) Memahami bahwa orang-orang di lingkungan kita pasti ada yang salah, maka maafkanlah.
(4) Memahami bahwa orang di lingkungan kita ada yang tidak cocok, maka sabarlah.
(5) Memahami bahwa tidak ada orang yang
sempurna alias banyak kekurangannya, maka terimalah bahwa memang
kemampuan orang itu hanya sebatas itu.
0 komentar:
Posting Komentar