Syahadat adalah rukun Islam pertama. Arti penting (ahammiyatusy-syahadatain) bagi seorang muslim
1. Dua kalimat syahadat adalah pintu masuk Islam (al-madkhalu ilal islam).
Dengan
mengucapkan dua kalimat syahadat seseorang telah diakui sebagai muslim
yang memiliki hak dan kewajiban yang sama dengan muslim yang lain.
“Maka ketahuilah, bahwa tidak ada tuhan (yang patut disembah) selain Allah, dan mohonlah ampunan atas dosamu dan atas (dosa) orang-orang mukmin, laki-laki dan perempuan. Dan Allah Mengetahui tempat usaha dan tempat tinggalmu.” (QS Muhammad/47 : 19); “Allah Menyatakan bahwa tidak ada tuhan selain Dia; (demikian pula) para malaikat dan orang berilmu yang menegakkan keadilan, tidak ada tuhan selain Dia, Yang Maha Perkasa, Maha Bijaksana.” (QS Ali-Imran/3 :18);“Katakanlah (Muhammad), “Apakah kamu menyuruh aku menyembah selain Allah, wahai orang-orang yang bodoh?” Dan sungguh, telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) yang sebelummu, “Sungguh, jika engkau mempersekutukan (Allah), niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah engkau termasuk orang yang rugi.” (QS Az-Zumar/39 : 64-65); (QS 37 : 35, QS 7 : 172) ;Sabda Rasulullah saw : “Aku diperintahkan untuk memerangi manusia hingga mereka mengucapkan laa ilaha illallah, apabila mereka telah mengucapkan laa ilaha illallah maka darah dan harta mereka menjadi suci (haram dibunuh / dirampas).”
“Maka ketahuilah, bahwa tidak ada tuhan (yang patut disembah) selain Allah, dan mohonlah ampunan atas dosamu dan atas (dosa) orang-orang mukmin, laki-laki dan perempuan. Dan Allah Mengetahui tempat usaha dan tempat tinggalmu.” (QS Muhammad/47 : 19); “Allah Menyatakan bahwa tidak ada tuhan selain Dia; (demikian pula) para malaikat dan orang berilmu yang menegakkan keadilan, tidak ada tuhan selain Dia, Yang Maha Perkasa, Maha Bijaksana.” (QS Ali-Imran/3 :18);“Katakanlah (Muhammad), “Apakah kamu menyuruh aku menyembah selain Allah, wahai orang-orang yang bodoh?” Dan sungguh, telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) yang sebelummu, “Sungguh, jika engkau mempersekutukan (Allah), niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah engkau termasuk orang yang rugi.” (QS Az-Zumar/39 : 64-65); (QS 37 : 35, QS 7 : 172) ;Sabda Rasulullah saw : “Aku diperintahkan untuk memerangi manusia hingga mereka mengucapkan laa ilaha illallah, apabila mereka telah mengucapkan laa ilaha illallah maka darah dan harta mereka menjadi suci (haram dibunuh / dirampas).”
2. Syahadatain merupakan intisari ajaran Islam (khalasatu ta’alimil islam)
Implementasi
syahadatain adalah ibadah, akhlak dan mu’amalat. “Aku tidak menciptakan
jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku.” (QS
Adz-Dzariyat/51 : 56); “Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu
suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat)
Allah dan (kedatangan) hari Kiamat dan yang banyak mengingat Allah.”
(QS Al-Ahzab/33 : 21); “Katakanlah (Muhammad), “Sesungguhnya shalatku,
ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan seluruh
alam.”(QS Al-An’am/6 : 162); “Kemudian Kami jadikan engkau (Muhammad)
mengikuti syariat (peraturan) dari agama itu, maka ikutilah (syariat
itu) dan janganlah engkau ikuti keinginan orang-orang yang tidak
mengetahui.” (QS Al-Jatsiyah/45 : 18).(QS 2:21, QS 21:25, QS 3 : 19, QS 3
: 31, QS 3 : 85, QS 6 : 153).
3. Titik tolak perubahan (asasul inqilab)
Perubahan
yang sangat mendasar dalam seluruh aspek kehidupan bermula dari
syahadatain. Seperti perubahan dari jahiliyah menuju Islam, dari
kegelapan menuju cahaya, dari keterbelakangan menuju kemajuan. “Dan
apakah orang yang sudah mati lalu Kami Hidupkan dan Kami Beri dia cahaya
yang membuatnya dapat berjalan di tengah-tengah orang banyak, sama
dengan orang yang berada dalam kegelapan, sehingga dia tidak dapat
keluar dari sana? Demikianlah dijadikan terasa indah bagi orang-orang
kafir terhadap apa yang mereka kerjakan.” (QS Al-An’am/6 : 122). (QS
33:23, QS 37:35-37, QS 85;6-10, QS 18:2)
4. Inti dakwah para rasul (haqiqatu da’watir-rasul).
Syahadatain
adalah konsep dasar yang didakwahkan oleh seluruh rasul. “Katakanlah
(Muhammad), “Sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia seperti kamu,
yang telah menerima wahyu bahwa sesungguhnya Tuhan kamu adalah Tuhan
Yang Maha Esa.” Maka barangsiapa mengharap pertemuan dengan Tuhannya
maka hendaklah dia mengerjakan kebajikan dan janganlah dia
mempersekutukan dengan sesuatu pun dalam beribadah kepada-Nya.” (QS
Al-Kahfi/18 : 110)
Apa saja kandungan Syahadat
Dalam bahasa Arab syahadat memiliki lebih dari satu makna tergantung konteks kalimat :
1. Ikrar / proklamasi (al-iqrar) QS 3:18, QS 3:81, QS 7:172
2. Berjanji, bersumpah (al-qasam) QS 4:138-145, QS 63:1-2
3. Perjanjian (al-mitsaq) QS 2:93, QS 2:285, QS 5:7
Ikrar, sumpah dan perjanjian (bai’at) hanya akan dilakukan ketika orang benar-benar mengetahui dan yakin dengan apa yang ia nyatakan (al-iman).
“Maka
demi Tuhanmu, mereka tidak beriman sebelum mereka menjadikan engkau
(Muhammad) sebagai hakim dalam perkara yang mereka perselisihkan,
(sehingga) kemudian tidak ada rasa keberatan dalam hati mereka terhadap
putusan yang engkau berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya.” (QS
An-Nisa’/4 : 65) (QS 2:80, QS 3:64, QS 4:123-125, QS 33:36, QS 49:15)
Iman tercermin dalam :
1. Ucapan lisan (al-qaul), QS 2:8, QS 63:1-2, QS 48:11
2. Pembenaran oleh hati (at’tashdiq), QS 49:15
3. Bukti dalam perbuatan (al-‘amal), QS 9:105
Keimanan yang terdiri atas tiga hal itulah yang dapat menjamin keteguhan prinsip (al-istiqomah).
“Sesungguhnya
orang-orang yang mengatakan : “Tuhan kami ialah Allah”, kemudian mereka
tetap teguh dalam pendirian maka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka
dan mereka tiada (pula) berduka cita. Mereka itulah penghuni surga,
mereka kekal di dalamnya; sebagai balasan atas apa yang mereka
kerjakan.” (QS Al-Ahqaf/46 : 13-14) (QS 11:112, QS 41:30-32)
“Dari
Abu ‘Amr, ada yang mengatakan Abi ‘Amrah Sufyan bin ‘Abdullah ra.
berkata : “Saya berkata kepada Rasulullah: “Wahai Rasulullah, ajarkanlah
kepada saya suatu ucapan yang mencakup tentang islam, yang mana saya
tidak akan bisa menanyakan kepada selain tuan.” Beliau menjawab :
“Katakanlah saya beriman kepada Allah, kemudian teguhlah kamu dalam
pendirianmu itu.” (HR Muslim)
Konsistensi iman dan ketaatan akan memunculkan :
1. Keberanian (asy-syaja’ah), QS 3:157-158, QS 41:30, QS 9:52
2. Ketenangan (al-ithmi’nan), QS 3:173, QS 33:23, QS 13:28, QS 47:7
3. Optimisme (at-tafaul), QS 3:160, QS 33:22-23
Apa makna al-ilah
ilah terbentuk dari kata kerja aliha, yang dalam bahsa Arab alihahu berarti:
1. Merasa tenteram kepadanya sehingga ia enggan meninggalkannya (sakana ilaihi). (QS 7:138, QS 10:7-8)
2. Berlindung dengannya karena kagum kepada kekuatan, kehebatan, dan kekuasaannya (istajara bihi). (QS 36:74-75, QS 72:6)
3. Rindu kepadanya dan berusaha untuk selalu dekat dengannya (isytaqa ilaihi). (QS 2:93, QS 20:91, QS 26:71)
4. Sangat mencintai dengan ketulusan hati (condong) kepadanya(wuli’a bihi). (QS 2:93, QS 20:91, QS 26:71)
Bila
keempat hal tersebut diketahui, dirasakan dan diyakini maka ia akan
menyembahnya dan siap mengorbankan apa saja untuk sesuatu yang dipuja
itu dengan sepenuh hati (kamalul mahabbah) (QS 39:45, QS 71:23);
kerendahan hati (kamalul tadzalul) (QS 21:59); dan ketundukan tanpa
reserve (kamalul khudu’) (QS 6:137, QS 36:60). Sesuatu yang mendapat
perlakuan seperti itu, itulah ilah. Maka ilah adalah :
1. Sesuatu yang diharapkan (al-marghub) karena kemampuannya memberi manfaat dan memenuhi permintaan. (QS 2:163-64)
2.
Sesuatu yang ditakuti (al-marhub) karena ia akan marah dan menyiksa
siapa yang membangkang kehendaknya. (QS 2:186, QS 40:60, QS 94:7-8, QS
21:90-91, QS 2:40, QS 9:13, QS 33:39)
3. Sesuatu yang diikuti karena jaminan keselamatan darinya (al-matbu’) (QS 51:50, QS 37:99)
4. Sesuatu yang dicintai karena berbagai kelebihannya (al-mahbub). (QS 2:165, QS 8:2, QS 9:24)
Karenanya, maka ia adalah sesuatu yang disembah (al-ma’bud) dan dianggap sebagai sesuatu yang maha segalanya karena :
1. Dialah pemilik segala loyalitas (shahibul walayah) (QS 109:1-6, QS 16:36, QS 2:21, QS 2: 257, QS 7:196)
2. Pemilik segala ketaatan (shahibuth-tha’ah). (QS 7:54)
3. Pemilik tunggal kekuasaan (shabibul hakimiyah). (QS 12:40, QS 24:1, QS 5:44,45,47)
Islam
memandang bahwa sesuatu yang memiliki sifat-sifat kesempurnaan tersebut
hanyalah Allah SWT. Memperlakukan selain Allah dengan perlakuan
tersebut adalah kemusyrikan yang sangat dibenci Allah.
Apa persyaratan diterimanya syahadat
Syahadat dapat diterima dan sah dengan syarat :
1.
Pengetahuan, bukan kebodohan (al-‘ilmu al-munafi lil jahl)(QS 3:18, QS
47:19). Syahadatain berdasarkan pengetahuan yang jelas dan dapat
dipertanggungjawabkan.
2.
Keyakinan tanpa keraguan (al-yaqin al-munafi lisy-syak)(QS 2:1-5, QS
32:24, QS 49:15). Syahadatain berdasarkan keyakinan yang mantap tanpa
keraguan sedikit pun di dalam hati. Sabda Rsulullah saw : “iman itu
bukan angan-angan dan hiasan. Ia adalah sesuatu yang bersemayam di dalam
hati dan dibenarkan oleh amal perbuatan.”
3.
Keikhlasan tanpa kesyirikan (al-ikhlashu al-munafi lisy-syirk)(QS
18:110, QS 39:65, QS 98:5). Bersyahadat harus dengan ikhlas karena Allah
dan tidak ada niat selain mengharap ridha-Nya, karena niat yang tidak
ikhlas termasuk syirik.
4. Jujur, bukan dusta (ash-shidqu al-munafi lil kadzib) (QS 2:8-10, QS 39:33, QS 33:23-24, QS 29:2-3)
5. Cinta, bukan benci (al-mahabbatu al-munafiyah lil bughdh)(QS 2:165, QS 9:24)
6.
Penerimaan, bukan penolakan (al-qabulu al-munafi lir-radd)(QS 4:65, QS
24:51, QS 28:68, QS 33:26). Syahadatain dan konsekuensinya harus
diterima dengan lapang hati, tidak ada alasan untuk menolaknya karena ia
jaminan kebaikan dunia akhirat.
7.
Kepatuhan yang bergairah, bukan keengganan beramal (al-inqiyad al
munafi lil imtina’i wat-tarki wa ‘adamil amal)(QS 4:65, QS 33:36, QS
28:68, QS 24:51)
Syarat-syarat
tersebut saling terkait dan menjadikan seseorang ridha Allah sebagai
tuhannya, Rasul sebagai suri teladannya dan islam sebagai jalan
hidupnya.
Siapa Allah itu.
Mengenal Allah sangat penting bagi seorang mukmin (QS 47:19, QS 3:18, QS 22:72-73, QS 39:67) karena :
1.
Tema (al-maudhu’) yang kita bahas ini adalah Allah Sang Pencipta
seluruh alam semesta (Allahu rabbul ‘alamin) (QS 13:16, QS 6:12, QS
6:19, QS 27:59, QS 24:35, QS 2:255), yang kecil maupun yang besar, yang
tampak maupun yang ghaib, termasuk kita di dalamnya. Karena itu tentulah
sangat urgen mengenal Dzat yang menciptakan kita agar kita tahu harus
berbuat apa untuk Sang Pencipta kita.
2.
Dalil-dalil yang ada sangat kuat (quwwatud-dalil). Dalil yang dimaksud
dalam Islam adalah dalil naqli (nash, tertulis dalam kitab) (QS 6:19),
dalil aqli (logika, akal) (QS 3:190) dan dalil fitri (fitrah,
sunnatullah) (QS 7:172). Semua itu telah membuktikan keberadaan Dzat,
sifat-sifat dan nama-nama-Nya secara jelas dan tak terbantahkan.
3.
Buah atau pengaruh (ats-tsamrah) dari pendalaman materi ini sangat
besar yaitu meningkatkan keimanan dan ketaqwaan (ziyadatul imani
wat-taqwa). Pengaruhnya :
• Kebebasan/kemerdekaan sejati (al-hurriyah) (QS 6:82). Terutama jiwanya yang takut dan berharap hanya kepada Allah SWT.
•
Ketenteraman yang sejati (ath-thuma’ninah) (QS 13:28). Seorang mukmin
merasa tenang dan tenteram di bawah jaminan dan perlindungan dalam
kehidupannya.
•
Keberkahan dari Allah (al-barakaat) (QS 7:96). Cinta dan kebersamaan
Allah menjadikan hidupnya senantiasa diberkahi oleh Allah.
•
Kehidupan dan penghidupan yang baik (al-hayatuth-thayyibah) (QS 16:97).
Dalam menjalani kehidupan untuk mencapai kebaikan dan kebahagiaan,
Allah senantiasa memberi bimbingan dan kemudahan.
• Surga (al-jannah) (QS 10:25-26) telah menanti orang-orang yang beriman dan mengenal Allah dengan baik.
Keridhaan
Allah (mardhatullah) (QS 98:8) di surga adalah puncak kebahagiaan
seorang mukmin ,di mana ia akan dipertemukan dengan wajah Allah, yang
hanya dikenalnya di dunia secara ghaib.
Bagaimana Cara mengenal Allah
Cara yang dapat digunakan untuk ma’rifatullah (Ibnul Qayyim Al-Jauziyah) :
1.
Melihat tanda-tanda kekuasaan Allah (ayat kauniah).Lihatlah setiap hal
dari yang besar hingga yang paling kecil yang ada di sekeliling kita dan
pada diri kita. (QS 2:164, QS 3:190-191)
2. Merenungi dan mentadabburi ayat-ayat Qauliyah (Qur’aniyah).(QS 4:82, QS 38:2, QS 23:12-14, 68, QS 41:53)
3.
Memahami dan mencontoh Asmaul Husna (QS 59:24).Bersikaplah sesuai
dengan apa yang diajarkan dalam nash wahyu tentang sifat-sifat Allah dan
asma-asma-Nya.
Islam
menunjukkan cara mengenal Allah dengan merujuk pada dalil naqli sebagai
patokan pasti dan dalil aqli sebagai penguat hasil pengamatan alam dan
pemahaman ayat (an-naql wal ‘aql) (QS 10:100-101, QS 65:10, QS 67:10).
Sabda Rasulullah saw : “Berpikirlah kamu tentang makhluk-makhluk Allah
dan jangan berpikir tentang dzat Allah karena akanl kalian tidak akan
dapat menjangkau-Nya.” Kombinasi yang baik dari pemahaman ayat naqli dan
aqli mendorong seorang muslim untuk membenarkan (at-tashdiq) dan
mempercayai Allah serta meantapkan keimanan kepada-Nya.
Metode
jahiliyah berangkat dari prasangka dan kepentingan nafsu (azh-zhanu wal
hawa) (QS 2:55, QS 10:36, QS 6:115). Metode ini tidak menjadikan dalil
naqli sebagai rujukan karena dipandang membelenggu akal, sementara tidak
pula menjadikan akal untuk berpikir jernih menganalisis fenomena alam
yang merupakan bukti kebesaran Allah. Metode ini hanya menghasilkan
keraguan dan kebimbangan (al-irtiyab) (QS 22:55, QS 24:50) yang
ujung-ujungnya mengingkari (al-kufru) keberadaan dan kekuasaan Sang
Pencipta.
Apa saja yang dapat menghalangi dalam ma’rifatullah
Pengahalang
ma’rifatullah bersumber pada dua hal yaitu penyakit syahwah (hawa nafsu
dan kesenangan) dan penyakit syubhah (keraguan).
1. Penyakit syahwat (maradhusy-syahwah) (QS 3:14, QS 45:23), antara lain:
•
Kefasikan (al-fisqu). Orang fasik adalah orang yang ternoda kehormatan
dan kredibilitasnya akibat dosa dan kesalahan yang ia lakukan. (QS
2:26-27, QS 59:19)
•
Kesombongan (al-kibru). Rasulullah saw mendefinisikan kesombongan itu
adalah menolak kebenaran dan meremehkan orang lain. (QS 16:22, QS
40:35,56, QS 7:12-13)
•
Kezhaliman (azh-zhulmu). Kezhaliman adalah sikap melampaui batas atau
menempatkan sesuatu bukan pada tempatnya. (QS 61:7, QS 32:22, QS 31:13)
•
Dusta (al-kadzibu). Dusta adalah ketidaksesuaian antara perkataan
dengan pengetahuan hati atas perkara yang sebenarnya. (QS 2:10, QS
77:19)
• Banyak bermaksiat (katsratul-ma’ashi). Semua yang berlawanan dengan ketaatan adalah kemaksiatan. (QS 83:14)
Penyakit-penyakit
hati itu akan mengundang kemurkaan Allah (al-maghdhubun ‘alaihim) dan
juga akan menggelapkan hati sehingga sulit untuk mengenal Allah lebih
dekat. Maka solusinya adalah setiap mukmin harus bangkit, bertobat, dan
dengan kesungguhan (mujahadah) mengembalikan jati dirinya yang jauh dari
penyakit hati (QS 29:69)
2. Penyakit syubhat (maradhusy-syubhah)
•
Kebodohan (al-jahl) inilah biang kesesatan. Kebodohan berarti
ketidaktahuan, ketidakmengertian, dan jauh dari informasi realitas
kebenaran. (QS 39:65-66, QS 17:36)
•
Keragu-raguan (al-irtiyab). Penyakit ini tandanya adalah kepribadian
yang tidak jelas, plin-plan, dan selalu bimbang dalam mengambil
keputusan (QS 22:55). Rasulullah menyuruh kita meninggalkan yang
meragukan dan mengambil yang tidak meragukan.
• Penyimpangan (al-inhiraf). Penyimpangan yang disengaja atau tidak, akan menjauhkan seseorang dari kebenaran. (QS 5:13)
•
Kelalaian (al-ghaflah). Seseorang yang lalai akan menjadi tidak tahu
arah, akhirnya ia mengalami kebimbangan hidup. (QS 7:179)
Kebodohan,
keragu-raguan, penyimpangan dan kelalaian akan mengarahkan orang pada
kesesatan(adh-dhallun) yang sama sekali jauh dari petunjuk Allah Swt.
Maka obatnya adalah mengasah hati dengan ilmu yang menunjuki ke jalan
kebenaran, niscaya cahaya Allah akan menerangi hati yang gersang itu.
Wallahu a'lam.
0 komentar:
Posting Komentar