Dialog Para Sapi
Malam hanya menyisakan suara jengkerik. Mestinya okrkestrasi
suara jengkerik itulah yang hanya bisa dinikmati oleh para warga sapi di
kelompok kandang ternak Andini Galau. Namun keadaan ini berbeda dengan
hari-hari biasa. Sejak beberapa hari ini para sapi mulai gelisah, galau
dan sebagian tak nyenyak lagi tidurnya. Bukan karena rumput kalanjana,
jerami dan kulit ari bungkil kedelai, mulai menipis untuk persediaan
mereka beberapa hari ke depan. Tapi ada tanda duka yang menyelimuti
perkampungan sapi tersebut. Mendung seperti menggantung tebal, pekat,dan
seperti memendam rasa luka yang dalam Seratus ekor sapi itu ikut meradang.
“Mengapa kita seperti merasakan perasaan tidak enak ya ? ” tanya pembesar sapi
” Aku seperti tak sedang berada di hunian yang nyaman” jawab pengecil sapi
” Ah, mengapa perasaan kita jadi seragam begini ” timpal penyedang sapi Insomnia menjadi endemi yang dirasakan oleh warga sapi di perkampungan itu
” Ada kopi ?” sentak pembesar sapi
” Aku punya permen, kalau kau mau ” jawab pengecil sapi
“Mengapa perasaan kita, mata kita, jadi sama, padahal jatah jam tidur kita berkurang banyak. Rupanya kalian sudah mulai terserang kantuk ya ? ” ucap penyedang sapi.
“Kalau kalian semua tertidur, siapa yang menjaga kandang ini. Aku pun sejatinya sudah mulai tak kuat. Tiga malam aku tak tidur.
Kalau begitu,
ikhlaskanlah semua teman, saatnya kita berangkat tidur. Dan bagaimana
bisa merangkai mimpi di tengah hawa dingin dan rasa galau ini ” sapi
penyedang, mulutnya nerocos terus.
Selamat malam sobat selamat menikmati keramahtamahan tidurmu. Moga besok pagi, galau itu enyah dari tempat ini.
Perkampungan sapi terasa tintrim, sepi, senyap, suara jengkerik yang
biasanya ramai berlagu, eloknya malam itu seperti lenyap , tak
terdengar.
Suara truk dari kejauhan menderu. Empat orang berseragam hitam turun dari bak truk.
“Kaliyan ke sana, jangan lupa bawa tambang” perintah ketua rombongan.
” Ya boss. “
Setengah jam kemudian bak truk yang semula kosong, kini dipenuhi
sapi-sapi. Lima sapi dengan ukuran kecil, sedang dan besar menjejali
ruang bak. Tanpa banyak dialog. Empat pencuri ternak itu meninggalkan
perkampungan .
Di tengah jalan sapi-sapi itu terbangun.
” Kita di mana, mengapa kita ada di mobil raksasa ini ?” tanya sapi pengecil
“Kita akan dibawa di tempat yang nyenyak dan terbebas dari rasa galau ” timpal sapi penyedang.
” Lho, kita tak jadi punya mimpi malam ini. Kita akan tamasya di tempat yang jauh ” ucap sapi pembesar.
Sapi-sapi itu kemudian melanjutkan tidurnya yang terpotong.
Mereka akan
menatap matahari yang berbeda esok pagi.
Selamat tinggal perkampungan
lama. Ini malam terakhir yang entah apa rasa dan aromanya.
0 komentar:
Posting Komentar