Rabu, 03 Juli 2013

Hawa Nafsu Manusia Ibarat Awan

Kondisi Hati Bagaikan Awan Penghalang 
Hawa nafsu pada manusia ibarat awan yang menyelimuti bumi dengan menutupi seluruh cakrawala. Di balik awan terdapat matahari. Ila terjadi gerhana matahari, siang menjadi seperti malam. Jika gerhana hilang dan matahari berada di balik awan, cuaca menjadi mendung. Seiring dengan bergesernya awan, matahari menampak. Cahayanya menyembul keluar dan bersinar menerangi bumi. Ketika mendung sedikit demi sedikit dan akhirnya sirna seluruhnya, cahaya matahari memancar ke seluruh pelosok bumi. Langit menjadi jernih. Matahari tampak bersinar dengan sempurna di seantero bumi, di bukit, gunung, lembah, kampong, kota, dan rumah-rumah. Dengan lenyapnya awan, bumi menjadi terang oleh cahaya matahari. Ketika awan dan mendung masih bergelayut, sinar matahari tersembunyi. Ia terhalang oleh awan. Demikianlah hawa nafsu manusia. Ia menutupi fu’ad dalam dada.

Cahaya hati (qalb) bagai matahari yang tersembunyi di balik awan. Panas dan sinarnya tidak bermanfaat. Tatkala si manusia diserang oleh musuh hingga menyekutukan Allah, mataharinya mengalami gerhana. Makrifatnya tertutup dan terhijab. Dadanya gelap laksana gulita malam. Ia mengetahui bahwa Allah lah yang menciptakannya, memberikan rezeki kepadanya, mematikannya, dan menguasainya, tetapi ilmu ini tersembunyi di balik kegelapam syirik. Tidak ada cahaya yang menyinari mata fu’adnya. Ia mengucap, “Tuhanku adalah Allah”, namun ia tidak konsisten dengan ucapannya itu. Sebagaimana firman Allah SWT dalam surah Az-Zukhruf ayat 9
 
وَلَئِنْ سَأَلْتَهُمْ مَّنْ خَلَقَ السَّمٰوآتِ وَالْاَرْضَ لَيَقُوْلُنَّ خَلَقَهُنَّ الْعَزِيْزُ الْعَلِيْمُ (٩(
 
“Seandainya kau tanyakan kepada mereka; siapakah yang menciptakan langit dan bumi, niscaya mereka akan menjawab “yang menciptakannya adalah Tuhan Yang Maha Perkasa dan Maha Mengetahui.” (QS. Az-Zukhruf : 9)
Jika ditanyakan kepada mereka, “Siapakah yang mengatur semua urusan? Siapakah yang memberikan rezeki kepadamu ? Siapakah yang menguasai seluruh pendengaran dan penglihatan? Siapakah yang menggenggam segala sesuatu?” tentu mereka akan menjawab, “Allah”. Namun, mereka menyekutukan-Nya. Allah berfirman dalam surah Yunus ayat 31-32 
 
Katakanlah (wahai Muhammad), Apakah kalian tidak bertakwa kepada-Nya? Itulah Allah, Tuhan kalian yang sebenarnya. Sesudah (selain) kebenaran tidak lain adalah kesesatan. Bagaimanakah kalian dipalingkan (dari kebenaran?” (QS. Yunus : 31-32)
Yang membuat mereka musyrik adalah hawa nafsu. Hawa nafsulah yang mencari serta meminta bahaya dan manfaat kepada berhala. Firman Allah SWT tentang perkataan meraka  
 
“Kami menyembah mereka (berhala) tidak lain agar mereka mendekatkan kami lebih dekat kepada Allah”. Allah SWT juga berfirman., “Bahkan mereka menganggap patung-patung itu sebagai pemberi syafaat selain Allah” dan “Mereka telah mengangkat tuhan-tuhan selain Allah guna menjadi pelindung bagi mereka”.
Jika Allah memberikan anugerah-Nya kepada seorang hamba, Dia akan membukakan hijab yang menutupi cahaya.  Cahaya pun masuk ke dalam hati sang hamba. Matahari terlepas dari gerhana. Dadanya bersinar dengan cahaya Allah serta hatinya menjadi tentram dan aman. Itulah hamba yang mendapat anugerah iman. Allah membuatnya cinta kepada keimanan sekaligus menjadikan iman indah dalam hatinya. Adapun orang yang tidak diberi anugerah tersebut hatinya tertutup. Tutup itu tidak lain adalah hawa nafsu, sebagaimana firman Allah SWT dalam surah Al-Jatsiyah ayat 23
 
أَفَرَءَيْتَ مَنِ اتَّخَذَ إِلٰهَهُ، هَوَىٰهُ وَأَضَلَّهُ الَّلهُ عَلَىٰ عِلْمٍ وَخَتَمَ عَلَى سَمْعِهِ وَقَلْبِهِ وَجَعَلَ عَلَىٰ بَصَرِهِ غِشَىٰوَةً فَمَنْ يَهْدِيهِ مِنْ بَعْدِ الَّلهِ أَفَلاَ تَذَكَّرُونَ
 
"Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai Tuhannya dan Allah membiarkannya berdasarkan ilmu-Nya dan Allah telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya? Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah (membiarkannya sesat). Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran? (QS. Al-Jatsiyah : 23)
 
إِنَّا جَعَلْنَا عَلىٰ قُلُوْبِهِمْ اَكِنَّةً اَنْ يَفْقَهُوْهُ وَفِيْٓ اٰذَانِهِمْ وَقْرًا
 
“Sesungguhnya Kami telah menjadikan hati mereka tertutup (sehingga mereka tidak) memahaminya, dan (Kami letakkan pula) sumbatan di telinga mereka”(QS. Al-Kahfi : 57)
Apabila Allah SWT menganugerahkan cahaya kepadanya, ia bias menembus hawa nafsu. Sinar akan menggantikan hawa nafsu. Hawa nafsu pun pergi. Cahanya lalu masuk ke dalam dada, sehingga dada menjadi terang, bersinar, dan bersih. Allah berfirman dalam surah Al-Syams ayat 9-10 yang artinya  
 
“Sungguh beruntunglah orang yang membersihkannya dan sungguh merugilah orang yang mengotorinya”. (QS. Asy-Syams : 9-10)
Yakni mengotori rongga hati dengan gelapnya hawa nafsu dan syirik. Orang yang merugi jelas tidak beruntung. Ia tidak hadir saat pembagian di Hari Penentuan sebelum diciptakannya langit, bumi, arasy, singgasana, dan Lauh Mahfudz, sehingga ia tidak memperoleh bagian cahaya, ia absen dan merugi.
Semenentara itu, kepada orang yang menghadiri acara pembagian pada hari tersebut, Allah SWT berfirman dalam surah Al-An’am ayat 122

وَجَعَلْنَا لَه نُوْرايَمْشِيْ بِهِ فِى النَّاسِ
 
“Kami berikan kepadanya cahaya yang dengan itu ia berjalan di tengah-tengah orang banyak”(QS. Al-An’am : 122)

اَفَمَنْ شَرَحَ الّٰلهُ صَدْرَهُ لِلاِسْلَامِ فَهُوَ عَلٰى نُوْرٍ مِنْ رَبِّه
 
“Barang siapa Allah lapangkan dadanya untuk menerima Islam, ia berada di atas cahaya Tuhannya” (QS. Az-Zumar : 22)
Inilah hamba yang Allah beri karunia tersibaknya hawa nafsu yang menutupi rongga, sehingga cahaya makrifat bersinar dalam dada. Ia menemukan Tuhan-nya dan beristiqomah.
 
Wallahu a’lam

0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Press Release Distribution