Kondisi Hati Bagaikan Awan Penghalang
Hawa
nafsu pada manusia ibarat awan yang menyelimuti bumi dengan menutupi seluruh
cakrawala. Di balik awan terdapat matahari. Ila terjadi gerhana matahari, siang
menjadi seperti malam. Jika gerhana hilang dan matahari berada di balik awan, cuaca
menjadi mendung. Seiring dengan bergesernya awan, matahari menampak. Cahayanya
menyembul keluar dan bersinar menerangi bumi. Ketika mendung sedikit demi
sedikit dan akhirnya sirna seluruhnya, cahaya matahari memancar ke seluruh
pelosok bumi. Langit menjadi jernih. Matahari tampak bersinar dengan sempurna
di seantero bumi, di bukit, gunung, lembah, kampong, kota, dan rumah-rumah.
Dengan lenyapnya awan, bumi menjadi terang oleh cahaya matahari. Ketika awan
dan mendung masih bergelayut, sinar matahari tersembunyi. Ia terhalang oleh
awan. Demikianlah hawa nafsu manusia. Ia menutupi fu’ad dalam dada.
Cahaya
hati (qalb) bagai matahari yang tersembunyi di balik awan. Panas dan sinarnya
tidak bermanfaat. Tatkala si manusia diserang oleh musuh hingga menyekutukan
Allah, mataharinya mengalami gerhana. Makrifatnya tertutup dan terhijab.
Dadanya gelap laksana gulita malam. Ia mengetahui bahwa Allah lah yang
menciptakannya, memberikan rezeki kepadanya, mematikannya, dan menguasainya,
tetapi ilmu ini tersembunyi di balik kegelapam syirik. Tidak ada cahaya yang
menyinari mata fu’adnya. Ia mengucap, “Tuhanku adalah Allah”,
namun ia tidak konsisten dengan ucapannya itu. Sebagaimana firman Allah SWT
dalam surah Az-Zukhruf ayat 9
وَلَئِنْ سَأَلْتَهُمْ
مَّنْ خَلَقَ السَّمٰوآتِ وَالْاَرْضَ لَيَقُوْلُنَّ خَلَقَهُنَّ الْعَزِيْزُ الْعَلِيْمُ
(٩(
“Seandainya kau
tanyakan kepada mereka; siapakah yang menciptakan langit dan bumi, niscaya
mereka akan menjawab “yang menciptakannya adalah Tuhan Yang Maha Perkasa dan
Maha Mengetahui.” (QS. Az-Zukhruf : 9)
Jika
ditanyakan kepada mereka, “Siapakah yang mengatur semua urusan? Siapakah yang
memberikan rezeki kepadamu ? Siapakah yang menguasai seluruh pendengaran dan
penglihatan? Siapakah yang menggenggam segala sesuatu?” tentu mereka akan
menjawab, “Allah”. Namun, mereka menyekutukan-Nya. Allah berfirman dalam surah
Yunus ayat 31-32
“Katakanlah (wahai Muhammad), Apakah kalian tidak
bertakwa kepada-Nya? Itulah Allah, Tuhan kalian yang sebenarnya. Sesudah
(selain) kebenaran tidak lain adalah kesesatan. Bagaimanakah kalian dipalingkan
(dari kebenaran?” (QS. Yunus : 31-32)
Yang
membuat mereka musyrik adalah hawa nafsu. Hawa nafsulah yang mencari serta
meminta bahaya dan manfaat kepada berhala. Firman Allah SWT tentang perkataan
meraka
“Kami menyembah mereka (berhala) tidak lain agar mereka
mendekatkan kami lebih dekat kepada Allah”. Allah SWT juga berfirman., “Bahkan
mereka menganggap patung-patung itu sebagai pemberi syafaat selain Allah”
dan “Mereka telah mengangkat tuhan-tuhan selain Allah guna menjadi
pelindung bagi mereka”.
Jika
Allah memberikan anugerah-Nya kepada seorang hamba, Dia akan membukakan hijab
yang menutupi cahaya. Cahaya pun masuk
ke dalam hati sang hamba. Matahari terlepas dari gerhana. Dadanya bersinar
dengan cahaya Allah serta hatinya menjadi tentram dan aman. Itulah hamba yang
mendapat anugerah iman. Allah membuatnya cinta kepada keimanan sekaligus
menjadikan iman indah dalam hatinya. Adapun orang yang tidak diberi anugerah
tersebut hatinya tertutup. Tutup itu tidak lain adalah hawa nafsu, sebagaimana
firman Allah SWT dalam
surah Al-Jatsiyah ayat 23
أَفَرَءَيْتَ
مَنِ اتَّخَذَ إِلٰهَهُ، هَوَىٰهُ وَأَضَلَّهُ الَّلهُ عَلَىٰ عِلْمٍ وَخَتَمَ
عَلَى سَمْعِهِ وَقَلْبِهِ وَجَعَلَ عَلَىٰ بَصَرِهِ غِشَىٰوَةً فَمَنْ يَهْدِيهِ
مِنْ بَعْدِ الَّلهِ أَفَلاَ تَذَكَّرُونَ
"Maka pernahkah
kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai Tuhannya dan Allah
membiarkannya berdasarkan ilmu-Nya dan Allah telah mengunci mati pendengaran
dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya? Maka siapakah yang akan
memberinya petunjuk sesudah Allah (membiarkannya sesat). Maka mengapa kamu
tidak mengambil pelajaran? (QS. Al-Jatsiyah : 23)
إِنَّا
جَعَلْنَا عَلىٰ قُلُوْبِهِمْ اَكِنَّةً اَنْ يَفْقَهُوْهُ وَفِيْٓ اٰذَانِهِمْ وَقْرًا
“Sesungguhnya
Kami telah menjadikan hati mereka tertutup (sehingga mereka tidak) memahaminya,
dan (Kami letakkan pula) sumbatan di telinga mereka”(QS. Al-Kahfi : 57)
Apabila
Allah SWT menganugerahkan cahaya kepadanya, ia bias menembus hawa nafsu. Sinar
akan menggantikan hawa nafsu. Hawa nafsu pun pergi. Cahanya lalu masuk ke dalam
dada, sehingga dada menjadi terang, bersinar, dan bersih. Allah berfirman dalam
surah Al-Syams ayat 9-10 yang artinya
“Sungguh beruntunglah orang yang
membersihkannya dan sungguh merugilah orang yang mengotorinya”. (QS. Asy-Syams
: 9-10)
Yakni
mengotori rongga hati dengan gelapnya hawa nafsu dan syirik. Orang yang merugi
jelas tidak beruntung. Ia tidak hadir saat pembagian di Hari Penentuan sebelum
diciptakannya langit, bumi, arasy, singgasana, dan Lauh Mahfudz, sehingga ia
tidak memperoleh bagian cahaya, ia absen dan merugi.
Semenentara
itu, kepada orang yang menghadiri acara pembagian pada hari tersebut, Allah SWT
berfirman dalam surah Al-An’am ayat 122
وَجَعَلْنَا لَه نُوْرايَمْشِيْ بِهِ فِى النَّاسِ
“Kami
berikan kepadanya cahaya yang dengan itu ia berjalan di tengah-tengah orang
banyak”(QS. Al-An’am : 122)
اَفَمَنْ شَرَحَ الّٰلهُ صَدْرَهُ لِلاِسْلَامِ فَهُوَ عَلٰى نُوْرٍ مِنْ رَبِّه
“Barang
siapa Allah lapangkan dadanya untuk menerima Islam, ia berada di atas cahaya
Tuhannya” (QS. Az-Zumar : 22)
Inilah
hamba yang Allah beri karunia tersibaknya hawa nafsu yang menutupi rongga,
sehingga cahaya makrifat bersinar dalam dada. Ia menemukan Tuhan-nya dan
beristiqomah.
Wallahu
a’lam
0 komentar:
Posting Komentar