Tuhan, Salahkah Aku Mencintainya?
Tuhan, aku sadar, sesadar-sadarnya, aku telah salah melangkah,
menitipkan hatiku kepada seseorang yang diluar kerangka jalanMu.
Mencintai seseorang yang tidak seharusnya tercipta rasa itu untuknya.
Rasa yang seharusnya bisa kukelolah untuk menggapai cintaMu.
Tuhan, tapi aku manusia, yang kau bekali dengan rasa cinta, dan akupun
tak tahu darimana ia datang, tiba-tiba saja ia telah bersarang dihatiku.
Sebuah nama tertoreh dihatiku. Salahkah aku mencintainya?
Cinta itu memang buta, dan logikaku pun tumpul ketika aku mencintainya.
Mataku buta, hanya menikmati rasa yang sedemikian membuat hati kadang
dilanda gelora dan juga takut, takut akan permainan rasa, yang membuatku
terjatuh dan lemah. Aku lemah ketika aku sadar telah terperangkap
mencintainya.
Tuhan, anugerahkan aku kekuatan, jika ternyata cinta ini memang salah,
jangan tenggelamkan aku dalam kubangan lumpur cinta yang membuatku
sekarat, tak mampu menolak semua rasa yang sudah mengakar kesegala
persendian dan aliran darah, tolong cerabut itu dari tubuhku, aku tak
sanggup mengusirnya seorang diri.
Tuhan, tunjukkan aku jalan cinta, yang memang sebenar-benarnya jalan
yang telah kau restui untuk kulewati, bukan jalan yang membuatku dibakar
rasa cemburu yang tak menentu, bukan jalan yang membuatku menjadi
seorang yang keras hati, serta bukan jalan yang menyesatkanku dalam
rimba ganasnya nafsu.
Dan andai jalan ini adalah jalan takdir yang harus kulalui, aku hanya
percaya bahwa ini adalah fase pendewasaan dan penguat langkahku kedepan.
Mungkin memang benar ada pepatah bilang, “kita harus dipertemukan dulu
dengan seseorang yang salah, sebelum dipertemukan seseorang yang tepat”.
Atau memang dia adalah seseorang yang tepat itu?
Hanya Tuhan yang tahu, dan yang aku tahu adalah aku telah menjadi buta ketika aku mencintainya.
0 komentar:
Posting Komentar