Meminum Air Zamzam Sebagai Sarana Kebaikan
Sebaik-baik air di muka bumi ini adalah air zamzam, di dalamnya ada makanan yang mengenyangkan dan obat yang menyembuhkan.
Rasulullah Shalallaahu ‘Alahi Wasallam bersabda, “Air zamzam tergantung (niat) untuk apa ia diminum.” (HR Ibnu Majah).
Dalam hadist lain disebutkan,
“Air zamzam tergantung (niat) untuk apa ia diminum. Barangsiapa
meminumnya untuk menyembuhkan penyakit, niscaya Allah akan menyembuhkan
penyakitnya, atau untuk mengganjal rasa lapar, niscaya Allah akan
membuatnya kenyang, atau untuk suatu hajat (keperluan), niscaya Allah
akan memenuhinya.” (HR. Ad-Dailami).
Rasulullah Shalallaahu ‘Alahi Wasallam juga bersabda,
“Sebaik-baik air di muka bumi ini adalah air zamzam, di dalamnya ada
makanan yang mengenyangkan dan obat yang menyembuhkan.” (HR Thabrani dan
Ibnu Hibban).
Rasulullah Shalallaahu ‘Alahi Wasallam telah membuktikan
keistimewaan air zamzam sebagai ‘makanan yang mengenyangkan’. Ummu
Aiman, penjaga dan ibu susu Rasulullah meriwayatkan, “Saya tidak pernah
melihat Muhammad ketika kecilnya mengeluh karena lapar ataupun haus,
bahkan ketika beliau dewasa. Setiap pagi beliau meminum air zamzam.
Ketika kami tawarkan makanan, beliau berkata, ‘aku belum ingin makan
karena masih kenyang’.” (HR Ibnu Sa’ad).
Para sahabat, tabi’in, dan para ulama shalih dengan bersandar pada
keteladanan Rasulullah telah memberikan contoh nyata dan pengakuan
mengenai aneka ragam niat, doa, dan keinginan atau keperluan yang
dipanjatkan ketika meminum air zamzam.
Berikut berbagai riwayat mereka
saat meminum air zamzam:
Umar bin Khattab
Umar bin Khattab ra. termasuk sahabat Rasulullah paling utama. Beliau
menjadi kalifah kedua menggantikan kalifah Abu Bakar As-Shiddiq. Beliau
dijuluki sebagai Al-Faruq (pemisah), karena beliau dikenal merupakan
pemisah antara kebenaran dan kebatilan. Beliaulah sahabat yang pertama
kali menyatakan keislamannya dengan terang-terangan. Dengannya, Allah
mengokohkan dakwah Nabi Muhammad Shalallaahu ‘Alahi Wasallam.
Diriwayatkan, Umar bin Khattab ra. sewaktu meminum air zamzam,
senantiasa mengucapkan doa, “Ya Allah, aku minum air zamzam untuk
menghilangkan rasa haus pada hari kiamat.”
Abdullah bin Abbas
Abdullah bin Abbas ra. atau yang dikenal dengan nama Ibnu Abbas,
dilahirkan tiga tahun sebelum hijrah. Beliau dijuluki sebagai Turjumanul
Qur’an (Penafsir Al-Qur’an). Beliau dijuluki juga sebagai ” Samudra”
karena keluasan ilmu yang dimilikinya. Nabi Muhammad Shalallaahu ‘Alahi
Wasallam pernah memanjatkan doa untuknya, “Ya Allah, pahamkanlah ia
dalam urusan agama dan ajarkanlah tafsir kepadanya.”
Ibnu Abbas ra meninggal pada usia 71 tahun. Di antara yang ikut
menshalatkan adalah Muhammad bin Hanifah, dan ia mengatakan, “Demi
Allah, pada hari ini telah meninggal sebaik-baik umat ini.”
Bagaimana orang mulia ini memanfaatkan air zamzam? Diriwayatkan,
Abdullah bin Abbas ra sewaktu meminum air zamzam, senantiasa berdoa, “Ya
Allah aku mohon kepada-Mu ilmu yang bermanfaat, rezeki yang luas, dan
diberi kesembuhan dari segala penyakit.”
Abu Hanifah
Namanya Nu’man bin Tsabit bin Al-Marzuban, namun beliau lebih dikenal
dengan nama Abu Hanifah. Beliau dikenal sebagai ulama peletak
dasar-dasar fikih, pendiri Madzhab Hanafiah dan mengajarkan
hikmah-hikmah yang baik. Beliau hidup di dua masa kerajaan besar Islam,
yaitu Bani Umayah dan Bani Abbasiyah.
Beliau hidup di suatu masa di mana para kalifah dan para gubernur
memanjakan para ilmuwan dan ulama sehingga rezeki datang dari segala
arah tanpa mereka sadari. Meski demikian, Abu Hanifah senantiasa menjaga
martabat dan ilmunya dari semua itu. Beliau berusaha konsisten untuk
memakan dari hasil karyanya sendiri dan menjadikan tangannya selalu di
atas –kiasan untuk kebiasaan memberi.
Bagaimana beliau memanfaatkan air zamzam? Az-Zamzami menyebutkan,
Imam Abu Hanifah ketika meminum air zamzam memohon agar menjadi seorang
yang alim, dan terbuktilah kealimannya.
Imam Syafi'i meminum air zamzam untuk melempar lembing. Sembilan dan sepuluh lemparan beliau tepat mengenai sasaran.
Abdullah bin Mubarak
Abdullah bin Mubarak adalah ulama salaf shalih yang wafat pada tahun
181 H. Diriwayatkan, Abdullah bin Mubarak datang ke sumur zamzam,
mengambil airnya, kemudian menghadap kiblat, lalu berdoa, “Ibnu Mawali
telah menyampaikan hadist dari Muhammad bin Al-Munkadar dari Nabi
Shalallaahu ‘Alahi Wasallam bahwa beliau bersabda, `Air zamzam
tergantung untuk apa ia diminum’, maka kini aku meminumnya untuk
menghilangkan rasa haus pada hari kiamat”. Kemudian beliau meminumnya.
Imam Syafi’i
Imam Syafi’i yang dikenal sebagai pendiri Madzhab Syafi’i, merupakan
ulama yang memiliki kecerdasan dan keluasan ilmu tinggi. Ibnu Hajar
berkata, “Di antara perkara yang sangat masyhur tentang Imam Syafi’i
adalah beliau minum air zamzam untuk melempar lembing. Sembilan dan
sepuluh lemparan beliau tepat mengenai sasaran.”
Dalam riwayat lain disebutkan bahwa Imam Syafi’i berkata, “Aku pernah
minum air zamzam untuk 3 perkara: untuk melempar lembing di mana 10
dari 10 lemparan itu tepat mengenai sasarannya, dan 9 dari 10 juga
mengenai sasarannya, selain itu untuk ilmu sebagai mana yang kamu lihat,
kemudian untuk masuk surga. Aku berharap permohonan ini juga
dikabulkan.”
Ahmad bin Muhammad bin Hanbal adalah imam keempat dari ulama fikih
Islam termasyhur, selain Abu Hanifah, Imam Malik, dan Imam Syafi’i.
Beliau memiliki sifat-sifat luhur yang tinggi, seorang mufti di Irak,
zahid, dan shalih, serta sabar menghadapi musuh-musuhnya. Diriwayatkan
dari Abdullah, putra Imam Ahmad bin Hanbal, ia berkata, “Aku pernah
melihat ayah minum air zamzam dan meminta kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala agar disembuhkan dari sakitnya, serta membasuh kedua tangan dan wajahnya.”
Imam Ibnu Khuzaimah
Imam Al-Hafidz Ibnu Khuzaimah bin Ishaq adalah pengarang kitab
Shahih. Beliau wafat pada tahun 311 H. Diriwayatkan, ketika Imam Ibnu
Khuzaimah ditanya dari mana beliau memperoleh ilmu, beliau menjawab,
“Rasulullah Shalallaahu ‘Alahi Wasallam bersabda, air zamzam
tergantung untuk apa ia diminum, dan ketika aku meminumnya, aku memohon
kepada Allah ilmu yang bermanfaat.”
Imam Al-Hakim
Imam Al-Hakim adalah ulama shalih yang wafat pada tahun 405 H.
Diriwayatkan bahwa Imam Al-Hakim meminum air zamzam dengan permohonan
agar tulisannya menarik perhatian, maka jadilah ia seorang pengarang
besar.
Al-Khatib Al-Baghdadi
Al-Khatib Al-Baghdadi adalah ulama shalih dan penulis kitab Tarikh Baghdad. Beliau wafat tahun 463 H. Diriwayatkan, ketika menunaikan ibadah haji beliau minum air zamzam tiga
kali dan memohon tiga hajat:
Pertama, niat menyelesaikan penulisan
kitab “Tarikh Baghdad“.
Kedua, niat untuk mendiktekannya di
Universitas Al-Mansyur.
Ketiga, niat agar dimakamkan berdekatan dengan
kubur Bisyr Al-Hafi, seorang ahli zuhud dan merupakan syaikul Islam. Dari ketiga niat atau hajat itu, semua dikabulkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Imam Ibnu Al-Arabi Al-Maliki
Imam Ibnu Al-Arabi Al-Maliki adalah seorang ulama, pengarang kitab Ahkamul Qur’an. Beliau wafat tahun 543 H. Diriwayatkan, bahwa beliau berkata, “Aku pernah bermukim di Makkah
pada bulan Dzulhijjah 482 H. Aku banyak minum air zamzam. Setiap kali
minum, aku berniat memohon bertambahnya ilmu dan iman sehingga Allah
membukakan untukku berkah dari zamzam banyaknya kemudahan dalam menuntut
ilmu.”
Ayah Imam Ibnu Al-Jazari
As-Sakhawi, dalam biografi Imam Hafidz Ibnu Al-Jazari (wafat tahun
833 H), berkata, “Ayah beliau adalah seorang pedagang dan selama 40
tahun masih belum dikaruniai anak. Lalu ia menunaikan haji dan minum air
zamzam dengan niat supaya Allah memberikannya anak yang alim. Maka
lahirlah Ibnu Al-Jazari setelah shalat tarawih tahun 751 H.”
Ahmad bin Abdullah Asy-Syarifi
Imam Taqiyyudin Abdurrahman bin Abil Khair Al-Fasi (wafat tahun 832)
menyebutkan bahwa Ahmad bin Abdullah Asy-Syarifi Al-Farassiy ketika di
Masjidil Haram meminum air zamzam untuk memohon kesembuhan dari matanya
yang mengalami kebutaan, dan terbukti sembuh.
Imam As-Suyuthi meminum air zamzam untuk berniat melebihi ketinggian ilmu gurunya.
Imam Zainuddin Al-Iraqi
Imam Taqiyyudin Al-Fasi menyebutkan dalam kitabnya Al-Ghiram, dari
gurunya Syeikh Al-Hafidz Zainuddin Al-Iraqi, bahwa beliau meminum air
zamzam untuk beberapa urusan, di antaranya memohon kesembuhan dari
penyakit yang menyerang perut, lalu ia disembuhkan dari penyakit
tersebut tanpa obat-obatan.
Ibnu Hajar Al-Asqalani
Ibnu Hajar Al-Asqalani adalah seorang ulama ahli hadist yang cukup
terkenal. Diriwayatkan bahwa Ibnu Hajar Al-Asqalani berkata, “Suatu
ketika aku minum air zamzam dan memohon kepada Allah. Waktu itu aku baru
belajar hadist. Aku berdoa agar Allah memberi kemampuan seperti
Az-Zahabi. Beliau adalah Al-Imam AI-Hafidz Syamsudin Muhammad bin Ahmad,
dalam menghafal hadist. Kemudian aku menunaikan ibadah haji. Setelah
lebih kurang 20 tahun, aku mendapati diriku dalam tingkatan yang lebih
tinggi daripadanya, kemudian aku memohon agar dilebihkan lagi oleh Allah
dan aku berhasil.”
Salah seorang muridnya bernama As-Sakhawi berkata, “Allah telah
mengabulkan permintaan beliau.” Salah seorang muridnya yang lain, Imam
As-Suyuti berkata, ” Hajatnya terkabul dan ilmunya bertambah.”
Imam As-Suyuthi
Imam Jalaluddin As-Suyuthi adalah ulama terkemuka, salah seorang
pengarang Tafsir Jalaian. Ia pernah berkata, “Ketika aku melaksanakan
ibadah haji, aku meminum air zamzam untuk beberapa keperluan, di
antaranya agar aku mencapai tingkatan ilmu fikih sebagaimana Syeikh
Sirajudin Al-Bulquni dan mencapai kemampuan dalam bidang ilmu hadist
seperti Al-Hafidz Ibnu Hajar.”
Salah seorang murid beliau bernama Imam Syamsudin Muhammad bin Ali
Ad-Dawudi Al-Maliki, penulis Tabaqat Al-Mufassirin, berkata, “Demi Dzat
yang diriku berada dalam kekuasaan-Nya, sesungguhnya aku yakin bahwa
tindakan ilmu yang beliau capai belum pernah dicapai oleh orang lain,
bahkan oleh guru-gurunya sekalipun, apalagi oleh murid-muridnya.”
Syeikh Zafar Ahmad Al-Usmani
Syeikh Zafar Ahmad Al-Usmani At-Tahanuwi adalah seorang ulama besar,
ahli hadist, dan pakar fikih di India dan Pakistan, yang meninggal dunia
pada tahun 1394 H. Beliau pernah bercerita,
“Aku pernah meminum air
zamzam sewaktu melaksanakan ibadah haji pertama kali dengan niat memohon
dimudahkan dalam berbagai urusan dunia dan agama. Sebagian besar
permohonan itu aku dapatkan.
Pada haji kedua, aku meminumnya lagi untuk beberapa keperluan dan aku mendapat lebih banyak lagi.
Kemudian pada haji ketiga, aku meminumnya sekali lagi untuk suatu
hajat, karena ketika itu aku mengidap suatu penyakit di mulutku sampai
sukar menyampaikan pelajaran dan khutbah. Sebelum ibadah haji selesai
dengan sempurna, aku sudah mampu berbicara dan berkhutbah setelah minum
air zamzam dengan niat untuk menghilangkan penyakit tersebut.
Dengan karunia dan kemuliaan-Nya, Allah memberikan kemampuan yang
sempurna kepada diriku untuk berkhutbah dan berzikir serta memberikan
nasihat kepada para pendengar. Segala puji bagi Allah dan shalawat serta
salam semoga tercurahkan kepada Nabi Muhammad Shalallaahu ‘Alahi Wasallam.”
Jarullah bin Muhammad Abdul Aziz
Jarullah bin Muhammad Abdul Aziz, pengarang kitab Ni’matur Rahman
Fima Yu’inu ‘ala Hifzil Qur’an (wafat tahun 954 H), pernah menderita
sakit mata pada tahun 910 M. la menuturkan, “Pada saat itu di kelopak
mataku terdapat benda kecil yang menyulitkanku untuk membaca kitab, juga
menghalangiku untuk berjalan pada malam hari sewaktu musim haji dan
umrah di Masjidil Haram. Lalu aku mendirikan shalat Subuh di tempat
thawaf dan masuk ke sumur zamzam, meminum airnya dan aku membenamkan
kepala di tengah sumur yang berhadapan dengan Hajar Aswad itu. Kemudian
aku membuka di dalam air dan berdoa kepada Allah sambil mengharapkan
kesembuhannya. Ketika itu aku mengalami tekanan perasaan yang berat.
Maka Allah menyembuhkan aku dua tahun kemudian.”
Abu Al-Fadhal Al-Musili
Al-Hafidz Diya’uddin Muhammad bin Abdul Wahid Al-Maqdisi meriwayatkan
dari Abu Fadhal Al-Musili, Abul Barakah An-Naisaburi, Abul Qasim
As-Sakari, Abu Tahir Al-Mukhlis, Abdullah bin Ja’far, Muhammad bin Ahmad
Al-Ubaidi, dan Abdul Aziz Al-Hasyimi, dia berkata, “Pada suatu ketika
di Makkah aku melakukan perjalanan melalui laut dari Jeddah. Waktu itu
aku membawa air zamzam. Ketika ombak laut meninggi, aku percikkan air
zamzam itu ke laut, maka laut pun menjadi tenang.”
Imam Abu Bakar bin Iyyasy
Air zamzam tergantung niat meminumya. Ada orang yang meminum air
zamzam dan ingin rasanya seperti madu atau susu, dan ternyata Allah
mengabulkan keinginan itu. Di antaranya hal itu dialami oleh Imam Abu
Bakar bin Iyyasy. Beliau adalah seorang ahli fikih dan ahli hadist di
Kuffah yang dikenal sebagai Syeikhul Islam.
Diriwayatkan oleh Yahya bin Abdul Hamid Al-Himmani, ia berkata, “Aku
mendengar Abu Bakar bin Iyyasy berkata, ‘Aku minum madu dan susu (dengan
meminum) air zamzam’.
0 komentar:
Posting Komentar