Jumat, 28 Agustus 2015

Keistimewaan Air Zamzam

Meminum Air Zamzam Sebagai Sarana Kebaikan 

Sebaik-baik air di muka bumi ini adalah air zamzam, di dalamnya ada makanan yang mengenyangkan dan obat yang menyembuhkan.

Rasulullah Shalallaahu ‘Alahi Wasallam bersabda, “Air zamzam tergantung (niat) untuk apa ia diminum.” (HR Ibnu Majah).


Dalam hadist lain disebutkan,

“Air zamzam tergantung (niat) untuk apa ia diminum. Barangsiapa meminumnya untuk menyembuhkan penyakit, niscaya Allah akan menyembuhkan penyakitnya, atau untuk mengganjal rasa lapar, niscaya Allah akan membuatnya kenyang, atau untuk suatu hajat (keperluan), niscaya Allah akan memenuhinya.” (HR. Ad-Dailami).

Rasulullah Shalallaahu ‘Alahi Wasallam juga bersabda, “Sebaik-baik air di muka bumi ini adalah air zamzam, di dalamnya ada makanan yang mengenyangkan dan obat yang menyembuhkan.” (HR Thabrani dan Ibnu Hibban).

Rasulullah Shalallaahu ‘Alahi Wasallam telah membuktikan keistimewaan air zamzam sebagai ‘makanan yang mengenyangkan’. Ummu Aiman, penjaga dan ibu susu Rasulullah meriwayatkan, “Saya tidak pernah melihat Muhammad ketika kecilnya mengeluh karena lapar ataupun haus, bahkan ketika beliau dewasa. Setiap pagi beliau meminum air zamzam. Ketika kami tawarkan makanan, beliau berkata, ‘aku belum ingin makan karena masih kenyang’.” (HR Ibnu Sa’ad).

Para sahabat, tabi’in, dan para ulama shalih dengan bersandar pada keteladanan Rasulullah telah memberikan contoh nyata dan pengakuan mengenai aneka ragam niat, doa, dan keinginan atau keperluan yang dipanjatkan ketika meminum air zamzam. 

Berikut berbagai riwayat mereka saat meminum air zamzam:

Umar bin Khattab

Umar bin Khattab ra. termasuk sahabat Rasulullah paling utama. Beliau menjadi kalifah kedua menggantikan kalifah Abu Bakar As-Shiddiq. Beliau dijuluki sebagai Al-Faruq (pemisah), karena beliau dikenal merupakan pemisah antara kebenaran dan kebatilan. Beliaulah sahabat yang pertama kali menyatakan keislamannya dengan terang-terangan. Dengannya, Allah mengokohkan dakwah Nabi Muhammad Shalallaahu ‘Alahi Wasallam.

Diriwayatkan, Umar bin Khattab ra. sewaktu meminum air zamzam, senantiasa mengucapkan doa, “Ya Allah, aku minum air zamzam untuk menghilangkan rasa haus pada hari kiamat.”

Abdullah bin Abbas

Abdullah bin Abbas ra. atau yang dikenal dengan nama Ibnu Abbas, dilahirkan tiga tahun sebelum hijrah. Beliau dijuluki sebagai Turjumanul Qur’an (Penafsir Al-Qur’an). Beliau dijuluki juga sebagai ” Samudra” karena keluasan ilmu yang dimilikinya. Nabi Muhammad Shalallaahu ‘Alahi Wasallam pernah memanjatkan doa untuknya, “Ya Allah, pahamkanlah ia dalam urusan agama dan ajarkanlah tafsir kepadanya.”

Ibnu Abbas ra meninggal pada usia 71 tahun. Di antara yang ikut menshalatkan adalah Muhammad bin Hanifah, dan ia mengatakan, “Demi Allah, pada hari ini telah meninggal sebaik-baik umat ini.”

Bagaimana orang mulia ini memanfaatkan air zamzam? Diriwayatkan, Abdullah bin Abbas ra sewaktu meminum air zamzam, senantiasa berdoa, “Ya Allah aku mohon kepada-Mu ilmu yang bermanfaat, rezeki yang luas, dan diberi kesembuhan dari segala penyakit.”

Abu Hanifah

Namanya Nu’man bin Tsabit bin Al-Marzuban, namun beliau lebih dikenal dengan nama Abu Hanifah. Beliau dikenal sebagai ulama peletak dasar-dasar fikih, pendiri Madzhab Hanafiah dan mengajarkan hikmah-hikmah yang baik. Beliau hidup di dua masa kerajaan besar Islam, yaitu Bani Umayah dan Bani Abbasiyah.

Beliau hidup di suatu masa di mana para kalifah dan para gubernur memanjakan para ilmuwan dan ulama sehingga rezeki datang dari segala arah tanpa mereka sadari. Meski demikian, Abu Hanifah senantiasa menjaga martabat dan ilmunya dari semua itu. Beliau berusaha konsisten untuk memakan dari hasil karyanya sendiri dan menjadikan tangannya selalu di atas –kiasan untuk kebiasaan memberi.

Bagaimana beliau memanfaatkan air zamzam? Az-Zamzami menyebutkan, Imam Abu Hanifah ketika meminum air zamzam memohon agar menjadi seorang yang alim, dan terbuktilah kealimannya.

Imam Syafi'i meminum air zamzam untuk melempar lembing. Sembilan dan sepuluh lemparan beliau tepat mengenai sasaran.

Abdullah bin Mubarak

Abdullah bin Mubarak adalah ulama salaf shalih yang wafat pada tahun 181 H. Diriwayatkan, Abdullah bin Mubarak datang ke sumur zamzam, mengambil airnya, kemudian menghadap kiblat, lalu berdoa, “Ibnu Mawali telah menyampaikan hadist dari Muhammad bin Al-Munkadar dari Nabi Shalallaahu ‘Alahi Wasallam bahwa beliau bersabda, `Air zamzam tergantung untuk apa ia diminum’, maka kini aku meminumnya untuk menghilangkan rasa haus pada hari kiamat”. Kemudian beliau meminumnya.

Imam Syafi’i

Imam Syafi’i yang dikenal sebagai pendiri Madzhab Syafi’i, merupakan ulama yang memiliki kecerdasan dan keluasan ilmu tinggi. Ibnu Hajar berkata, “Di antara perkara yang sangat masyhur tentang Imam Syafi’i adalah beliau minum air zamzam untuk melempar lembing. Sembilan dan sepuluh lemparan beliau tepat mengenai sasaran.”

Dalam riwayat lain disebutkan bahwa Imam Syafi’i berkata, “Aku pernah minum air zamzam untuk 3 perkara: untuk melempar lembing di mana 10 dari 10 lemparan itu tepat mengenai sasarannya, dan 9 dari 10 juga mengenai sasarannya, selain itu untuk ilmu sebagai mana yang kamu lihat, kemudian untuk masuk surga. Aku berharap permohonan ini juga dikabulkan.”


Imam Ahmad bin Hanbal

Ahmad bin Muhammad bin Hanbal adalah imam keempat dari ulama fikih Islam termasyhur, selain Abu Hanifah, Imam Malik, dan Imam Syafi’i. Beliau memiliki sifat-sifat luhur yang tinggi, seorang mufti di Irak, zahid, dan shalih, serta sabar menghadapi musuh-musuhnya. Diriwayatkan dari Abdullah, putra Imam Ahmad bin Hanbal, ia berkata, “Aku pernah melihat ayah minum air zamzam dan meminta kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala agar disembuhkan dari sakitnya, serta membasuh kedua tangan dan wajahnya.”

Imam Ibnu Khuzaimah

Imam Al-Hafidz Ibnu Khuzaimah bin Ishaq adalah pengarang kitab Shahih. Beliau wafat pada tahun 311 H. Diriwayatkan, ketika Imam Ibnu Khuzaimah ditanya dari mana beliau memperoleh ilmu, beliau menjawab, “Rasulullah Shalallaahu ‘Alahi Wasallam bersabda, air zamzam tergantung untuk apa ia diminum, dan ketika aku meminumnya, aku memohon kepada Allah ilmu yang bermanfaat.”

Imam Al-Hakim

Imam Al-Hakim adalah ulama shalih yang wafat pada tahun 405 H. Diriwayatkan bahwa Imam Al-Hakim meminum air zamzam dengan permohonan agar tulisannya menarik perhatian, maka jadilah ia seorang pengarang besar.

Al-Khatib Al-Baghdadi

Al-Khatib Al-Baghdadi adalah ulama shalih dan penulis kitab Tarikh Baghdad. Beliau wafat tahun 463 H. Diriwayatkan, ketika menunaikan ibadah haji beliau minum air zamzam tiga kali dan memohon tiga hajat: 

Pertama, niat menyelesaikan penulisan kitab “Tarikh Baghdad“. 
Kedua, niat untuk mendiktekannya di Universitas Al-Mansyur. 
Ketiga, niat agar dimakamkan berdekatan dengan kubur Bisyr Al-Hafi, seorang ahli zuhud dan merupakan syaikul Islam. Dari ketiga niat atau hajat itu, semua dikabulkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Imam Ibnu Al-Arabi Al-Maliki

Imam Ibnu Al-Arabi Al-Maliki adalah seorang ulama, pengarang kitab Ahkamul Qur’an. Beliau wafat tahun 543 H. Diriwayatkan, bahwa beliau berkata, “Aku pernah bermukim di Makkah pada bulan Dzulhijjah 482 H. Aku banyak minum air zamzam. Setiap kali minum, aku berniat memohon bertambahnya ilmu dan iman sehingga Allah membukakan untukku berkah dari zamzam banyaknya kemudahan dalam menuntut ilmu.”

Ayah Imam Ibnu Al-Jazari

As-Sakhawi, dalam biografi Imam Hafidz Ibnu Al-Jazari (wafat tahun 833 H), berkata, “Ayah beliau adalah seorang pedagang dan selama 40 tahun masih belum dikaruniai anak. Lalu ia menunaikan haji dan minum air zamzam dengan niat supaya Allah memberikannya anak yang alim. Maka lahirlah Ibnu Al-Jazari setelah shalat tarawih tahun 751 H.”

Ahmad bin Abdullah Asy-Syarifi

Imam Taqiyyudin Abdurrahman bin Abil Khair Al-Fasi (wafat tahun 832) menyebutkan bahwa Ahmad bin Abdullah Asy-Syarifi Al-Farassiy ketika di Masjidil Haram meminum air zamzam untuk memohon kesembuhan dari matanya yang mengalami kebutaan, dan terbukti sembuh.

Imam As-Suyuthi meminum air zamzam untuk berniat melebihi ketinggian ilmu gurunya.

Imam Zainuddin Al-Iraqi

Imam Taqiyyudin Al-Fasi menyebutkan dalam kitabnya Al-Ghiram, dari gurunya Syeikh Al-Hafidz Zainuddin Al-Iraqi, bahwa beliau meminum air zamzam untuk beberapa urusan, di antaranya memohon kesembuhan dari penyakit yang menyerang perut, lalu ia disembuhkan dari penyakit tersebut tanpa obat-obatan.

Ibnu Hajar Al-Asqalani

Ibnu Hajar Al-Asqalani adalah seorang ulama ahli hadist yang cukup terkenal. Diriwayatkan bahwa Ibnu Hajar Al-Asqalani berkata, “Suatu ketika aku minum air zamzam dan memohon kepada Allah. Waktu itu aku baru belajar hadist. Aku berdoa agar Allah memberi kemampuan seperti Az-Zahabi. Beliau adalah Al-Imam AI-Hafidz Syamsudin Muhammad bin Ahmad, dalam menghafal hadist. Kemudian aku menunaikan ibadah haji. Setelah lebih kurang 20 tahun, aku mendapati diriku dalam tingkatan yang lebih tinggi daripadanya, kemudian aku memohon agar dilebihkan lagi oleh Allah dan aku berhasil.”

Salah seorang muridnya bernama As-Sakhawi berkata, “Allah telah mengabulkan permintaan beliau.” Salah seorang muridnya yang lain, Imam As-Suyuti berkata, ” Hajatnya terkabul dan ilmunya bertambah.”

Imam As-Suyuthi

Imam Jalaluddin As-Suyuthi adalah ulama terkemuka, salah seorang pengarang Tafsir Jalaian. Ia pernah berkata, “Ketika aku melaksanakan ibadah haji, aku meminum air zamzam untuk beberapa keperluan, di antaranya agar aku mencapai tingkatan ilmu fikih sebagaimana Syeikh Sirajudin Al-Bulquni dan mencapai kemampuan dalam bidang ilmu hadist seperti Al-Hafidz Ibnu Hajar.”

Salah seorang murid beliau bernama Imam Syamsudin Muhammad bin Ali Ad-Dawudi Al-Maliki, penulis Tabaqat Al-Mufassirin, berkata, “Demi Dzat yang diriku berada dalam kekuasaan-Nya, sesungguhnya aku yakin bahwa tindakan ilmu yang beliau capai belum pernah dicapai oleh orang lain, bahkan oleh guru-gurunya sekalipun, apalagi oleh murid-muridnya.”

Syeikh Zafar Ahmad Al-Usmani

Syeikh Zafar Ahmad Al-Usmani At-Tahanuwi adalah seorang ulama besar, ahli hadist, dan pakar fikih di India dan Pakistan, yang meninggal dunia pada tahun 1394 H. Beliau pernah bercerita, 

“Aku pernah meminum air zamzam sewaktu melaksanakan ibadah haji pertama kali dengan niat memohon dimudahkan dalam berbagai urusan dunia dan agama. Sebagian besar permohonan itu aku dapatkan.

Pada haji kedua, aku meminumnya lagi untuk beberapa keperluan dan aku mendapat lebih banyak lagi.

Kemudian pada haji ketiga, aku meminumnya sekali lagi untuk suatu hajat, karena ketika itu aku mengidap suatu penyakit di mulutku sampai sukar menyampaikan pelajaran dan khutbah. Sebelum ibadah haji selesai dengan sempurna, aku sudah mampu berbicara dan berkhutbah setelah minum air zamzam dengan niat untuk menghilangkan penyakit tersebut.

Dengan karunia dan kemuliaan-Nya, Allah memberikan kemampuan yang sempurna kepada diriku untuk berkhutbah dan berzikir serta memberikan nasihat kepada para pendengar. Segala puji bagi Allah dan shalawat serta salam semoga tercurahkan kepada Nabi Muhammad Shalallaahu ‘Alahi Wasallam.”

Jarullah bin Muhammad Abdul Aziz

Jarullah bin Muhammad Abdul Aziz, pengarang kitab Ni’matur Rahman Fima Yu’inu ‘ala Hifzil Qur’an (wafat tahun 954 H), pernah menderita sakit mata pada tahun 910 M. la menuturkan, “Pada saat itu di kelopak mataku terdapat benda kecil yang menyulitkanku untuk membaca kitab, juga menghalangiku untuk berjalan pada malam hari sewaktu musim haji dan umrah di Masjidil Haram. Lalu aku mendirikan shalat Subuh di tempat thawaf dan masuk ke sumur zamzam, meminum airnya dan aku membenamkan kepala di tengah sumur yang berhadapan dengan Hajar Aswad itu. Kemudian aku membuka di dalam air dan berdoa kepada Allah sambil mengharapkan kesembuhannya. Ketika itu aku mengalami tekanan perasaan yang berat. Maka Allah menyembuhkan aku dua tahun kemudian.”

Abu Al-Fadhal Al-Musili

Al-Hafidz Diya’uddin Muhammad bin Abdul Wahid Al-Maqdisi meriwayatkan dari Abu Fadhal Al-Musili, Abul Barakah An-Naisaburi, Abul Qasim As-Sakari, Abu Tahir Al-Mukhlis, Abdullah bin Ja’far, Muhammad bin Ahmad Al-Ubaidi, dan Abdul Aziz Al-Hasyimi, dia berkata, “Pada suatu ketika di Makkah aku melakukan perjalanan melalui laut dari Jeddah. Waktu itu aku membawa air zamzam. Ketika ombak laut meninggi, aku percikkan air zamzam itu ke laut, maka laut pun menjadi tenang.”

Imam Abu Bakar bin Iyyasy

Air zamzam tergantung niat meminumya. Ada orang yang meminum air zamzam dan ingin rasanya seperti madu atau susu, dan ternyata Allah mengabulkan keinginan itu. Di antaranya hal itu dialami oleh Imam Abu Bakar bin Iyyasy. Beliau adalah seorang ahli fikih dan ahli hadist di Kuffah yang dikenal sebagai Syeikhul Islam.

Diriwayatkan oleh Yahya bin Abdul Hamid Al-Himmani, ia berkata, “Aku mendengar Abu Bakar bin Iyyasy berkata, ‘Aku minum madu dan susu (dengan meminum) air zamzam’.



0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Press Release Distribution