Kamis, 20 Agustus 2015

Ucapkan Allahu a'lam Atau Diam

Katakan "Allahu a'lam" atau Diam

Nabi kita صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ tidaklah berbicara dalam masalah agama melainkan berdasarkan wahyu. Kalau beliau ditanya tentang sesuatu permasalahan yang belum ada wahyu yang menjelaskannya, beliau tidak menjawab sampai datangnya wahyu.


Imam Malik berkata:

كَانَ رَسُولُ اللَّهِ - صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ - إمَامَ الْمُسْلِمِينَ وَسَيِّدَ الْعَالَمِينَ يُسْأَلُ عَنْ الشَّيْءِ فَلَا يُجِيبُ حَتَّى يَأْتِيَهُ الْوَحْيُ مِنْ السَّمَاءِ


 

"Rasulullah صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ  adalah imamnya kaum muslimin dan pemimpinnya umat manusia, jika beliau ditanya tentang sesuatu, maka beliau tidak menjawab sampai datangnya wahyu dari langit. " (Al-Adab Asy-Syar'iyyah juz 2 hal 58)

Ini merupakan adab mulia yang dipraktekkan oleh orang yang mulia. Beliau tidaklah lancang berkata dan berucap dalam hal yang beliau tidak memiliki pengetahuan tentangnya.

Adab tersebut merupakan sebagai bentuk pengamalan terhadap firman Allah تعالى:

{Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya.} (QS. Al-Isra: 36)

Katakan "Allahu a'lam" Atau Diam

Apa yang Anda ketahui, ucapkanlah. Dan apa yang tidak Anda ketahui, ucapkanlah "Allah a'lam" (Allah lah yang lebih tahu) atau "Tidak tahu" atau diam.

Sahabat Nabi, Abdullah bin Mas’ud رضي الله عنه berkata:

يَا أَيُّهَا النَّاسُ، مَنْ عَلِمَ شَيْئًا فَلْيَقُلْ بِهِ، وَمَنْ لَمْ يَعْلَمْ فَلْيَقُلِ اللَّهُ أَعْلَمُ، فَإِنَّ مِنَ العِلْمِ أَنْ يَقُولَ لِمَا لاَ يَعْلَمُ اللَّهُ أَعْلَمُ، قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ لِنَبِيِّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: {قُلْ مَا أَسْأَلُكُمْ عَلَيْهِ مِنْ أَجْرٍ وَمَا أَنَا مِنَ المُتَكَلِّفِينَ}


"Wahai sekalian manusia, siapa yang mengetahui tentang sesuatu, sampaikanlah. Dan jika tak tahu, ucapkanlah, ‘Allahu a’lam’. Karena, sungguh, termasuk bagian dari ilmu, jika engkau mengucapkan terhadap sesuatu yang tidak kau ketahui dengan ucapan: ‘Allahu a’lam’. Allah berfirman kepada Nabi-Nya: ‘Katakanlah (hai Rasul): ‘Aku tidak meminta upah sedikit pun pada kalian atas dakwahku dan bukanlah Aku termasuk orang-orang yang mengada-adakan. ” (QS. Shad: 86)  (HR. Bukhari)

Makanya, kalau saya, Anda dan kita semua tahu tafsir suatu ayat, maka sampaikanlah. Kalau tahu makna suatu hadits, sampaikanlah. Kalau tahu hukum suatu masalah dalam syariat, maka sampaikanlah. Tapi kalau tidak tahu, ucapkanlah "Allahu a'lam" atau diam. Jangan coba-coba memasuki perkara yang tidak Anda kuasai.

Imam Malik berkata:

وينبغي للمرء أن لا يتكلم إلا فيما أحاط به خبرا.


"Hendaklah seseorang tidak berkata kecuali dalam perkara yang ia kuasai. " (At-Taratib Al-Idariyah juz 1 hal 319)

Mengapa Harus "Allahu a'lam" Atau Diam?

Sebab...

1. Setiap kalimat yang kita ucapkan akan dipertanggungjawabkan.

{Tidak ada suatu kata yang diucapkannya (insan) melainkan ada di sisinya malaikat pengawas yang selalu siap (mencatat)} (QS. Qaaf: 18)

2. Berbicara tentang agama tanpa ilmu berarti mengikuti hawa nafsu sedangkan orang yang mengikuti hawa nafsu berarti sesat dan jauh dari hidayah.

Imam Ibnu Abil ‘Izzi Al-Hanafi berkata:

وَمَنْ تَكَلَّمَ بِغَيْرِ عِلْمٍ فَإِنَّمَا يَتَّبِعُ هَوَاه، وَقَدْ قَالَ تَعَالَى: {وَمَنْ أَضَلُّ مِمَّنَ اتَّبَعَ هَوَاهُ بِغَيْرِ هُدًى مِنَ اللَّهِ}


“Siapa yang berbicara tanpa ilmu, maka sesungguhnya ia hanyalah mengikuti hawa-nafsunya, sedangkan Allah تَعَالَى telah berfirman: {Dan siapakah yang lebih sesat dari pada orang yang mengikuti hawa nafsunya dengan tidak mendapat petunjuk dari Allah sedikitpun} (Al-Qashshash:50)” (Syarh Ath-Thahawiyah hal 377)

3. Orang yang berbicara tentang agama tanpa ilmu akan menanggung dosa orang yang ia sesatkan:

Nabi صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ  bersabda:

مَنْ دَعَا إِلَى هُدًى كَانَ لَهُ مِنَ اْلأَجْرِ مِثْلُ أُجُورِ مَنْ تَبِعَهُ لاَ يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ أُجُورِهِمْ شَيْئًا وَمَنْ دَعَا إِلَى ضَلاَلَةٍ كَانَ عَلَيْهِ مِنَ اْلإِثْمِ مِثْلُ آثَامِ مَنْ تَبِعَهُ لاَ يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ آثَامِهِمْ شَيْئًا


"Siapa yang menyeru kepada petunjuk, maka ia mendapatkan pahala sebagaimana pahala-pahala orang yang mengikutinya, hal itu tidak mengurangi pahala mereka sedikitpun. Dan siapa yang menyeru kepada kesesatan, maka ia mendapatkan dosa sebagaimana dosa-dosa orang yang mengikutinya, hal itu tidak mengurangi dosa mereka sedikitpun. " (HR. Muslim)

4. Berbicara tentang agama tanpa ilmu sama saja berkata atas nama Allah tanpa ilmu. Sedangkan berkata atas nama-Nya tanpa ilmu adalah dosa yang sangat besar.

{Katakanlah: ‘Rabbku hanya mengharamkan perbuatan yang keji, baik yang nampak ataupun yang tersembunyi, dan perbuatan dosa, melanggar hak manusia tanpa alasan yang benar, (mengharamkan) mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang Allah tidak menurunkan hujjah untuk itu dan mengada-adakan terhadap Allah apa yang tidak kalian ketahui.} (QS. Al-A’raaf: 33)

Ibnul Qayyim menerangkan ayat ini:

وَقَدْ حَرَّمَ اللَّهُ سُبْحَانَهُ الْقَوْلَ عَلَيْهِ بِغَيْرِ عِلْمٍ فِي الْفُتْيَا وَالْقَضَاءِ، وَجَعَلَهُ مِنْ أَعْظَمِ الْمُحَرَّمَاتِ، بَلْ جَعَلَهُ فِي الْمَرْتَبَةِ الْعُلْيَا مِنْهَا........فَرَتَّبَ الْمُحَرَّمَاتِ أَرْبَعَ مَرَاتِبَ، وَبَدَأَ بِأَسْهَلِهَا وَهُوَ الْفَوَاحِشُ، ..........ثُمَّ رَبَّعَ بِمَا هُوَ أَشَدُّ تَحْرِيمًا مِنْ ذَلِكَ كُلِّهِ وَهُوَ الْقَوْلُ عَلَيْهِ بِلَا عِلْمٍ، وَهَذَا يَعُمُّ الْقَوْلَ عَلَيْهِ سُبْحَانَهُ بِلَا عِلْمٍ فِي أَسْمَائِهِ وَصِفَاتِهِ وَأَفْعَالِهِ وَفِي دِينِهِ وَشَرْعِهِ


"Sungguh, Allah سُبْحَانَهُ  telah mengharamkan berkata atas nama Allah tanpa ilmu dalam hal berfatwa dan memutuskan hukum. Allah menjadikan perkataan tanpa ilmu sebagai perbuatan haram yang sangat besar. Bahkan, Allah menjadikannya pada posisi teratas dibandingkan dosa lainnya……Allah menyebutkan empat perkara terlarang secara berurutan. Dimulai dari yang rendah tingkat keharamannya yaitu perbuatan keji…… dan diakhiri dengan yang paling besar keharamannya, yaitu berkata atas nama Allah tanpa ilmu. Dan ini mencakup berkata atas nama Allah سُبْحَانَهُ dalam hal nama, sifat dan perbuatan-Nya serta agama dan syariat-Nya tanpa disertai ilmu tentang itu. " (I'lamul Muwaqqi'in juz 1 hal 31)

Begitu berbahayanya berkata tanpa ilmu, sampai-sampai Ibnu Sirin berkata:

لَأَنْ يَمُوتَ الرَّجُلُ جَاهِلًا خَيْرٌ لَهُ مِنْ أَنْ يَقُولَ مَا لَا يَعْلَمُ.


"Sungguh seandainya seseorang mati dalam keadaan bodoh, lebih baik baginya daripada ia berbicara tentang sesuatu yang tidak ia ketahui. " (I'lamul Muwaqqi'in juz 2 hal 127)

Apakah "Tidak Tahu" Menjatuhkan Harga Diri?

Ibnu Jama’ah berkata:

واعلم أن قول المسئول لا أدري لا يضع من قدره كما يظنه بعض الجهلة، بل يرفعه لأنه دليل عظيم على عظم محله وقوة دينه وتقوى ربه وطهارة قلبه وكمال معرفته وحسن تثبته. وقد روينا معنى ذلك عن جماعة من السلف وإنما يأنف من قول لا أدري من ضعفت ديانته وقلت معرفته؛ لأنه يخاف من سقوطه من أعين الحاضرين، وهذه جهالة ورقة دين وربما يشهر خطؤه بين الناس فيقع فيما فر منه ويتصف عندهم بما احترز عنه،


“Ketahuilah, bahwa sesungguhnya ucapan seseorang yang menjawab, ‘Saya tidak tahu’, tidaklah mengurangi kemuliaannya-sebagaimana itulah anggapan orang-orang bodoh-namun justru mengangkat posisinya. Sebab, itu bukti kuat yang menunjukkan betapa agung kedudukannya, kuat agamanya, betapa bertakwanya ia kepada Rabbnya, bersih hatinya dan sempurna pengetahuannya serta baik ketelitiannya. Dan kami telah menyebutkan kandungan ini dari sejumlah ulama terdahulu.

Dan tidaklah menyombongkan diri dari mengucapkan, ‘Saya tidak tahu’ melainkan ia orang yang lemah agamanya dan rendah pengetahuannya. Sebab, ia takut kedudukannya jatuh di pandangan manusia. Dan ini (tentu saja) suatu kebodohan dan kelemahan dalam beragama. Sebab, bisa jadi kesalahannya akan tersebar di tengah khalayak, sehingga ia pun jatuh pada masalah yang sebenarnya ingin ia hindari dan tercap di sisi mereka dengan cap yang sebenarnya ingin ia jauhi.” (Tadzkirah As-Sami' Walmutakallim Fii Adab Al-'Alim Walmuta'allim)

Jadi, makin nekat seseorang berbicara tentang hal yang tidak ia kuasai, makin terlihat kebodohannya dan makin jatuh kehormatannya.

Mereka Tidak Malu Untuk Berkata "Tidak Tahu"

1. Allah سُبْحَانَهُ berfirman: {Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian Dia perlihatkan kepada para Malaikat, seraya berfirman  “Sebutkanlah kepada-Ku nama semua benda ini jika kalian yang benar! " (QS. Al-Baqarah: 31)

Allah سُبْحَانَهُ dalam ayat ini bertanya kepada para malaikat tentang nama-nama itu. Apa jawaban mereka? Simak ayat berikutnya:

{Mereka (Malaikat) menjawab: “Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami. Sungguh, Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. } (QS. Al-Baqarah: 32)

Subhanallah…lihatlah, makhluk yang tidak pernah berdosa dan tidak pernah bermaksiat kepada-Nya tidak malu untuk mengatakan tidak tahu!

2. Suatu hari ada seorang yang bertanya kepada sahabat Nabi, Abdullah bin Umar tentang satu permasalahan. Ibnu Umar menjawab, “Aku tidak mempunyai ilmu tentang hal itu. ” Ketika laki-laki itu pergi, Ibnu ‘Umar berkata :

نعْمَ مَا قَالَ ابْنُ عُمَرَ سُئِلَ عَمَّا لَا يَعْلَمُ فَقَالَ لَا عِلْمَ لِي بِهِ


“Sebaik-baik yang dikatakan Ibnu ‘Umar saat ditanya tentang sesuatu yang tidak ia ketahui adalah berkata: 'Aku tidak mempunyai ilmu tentang hal itu. ” (Riwayat Ad-Darimi no. 185)

Subhanallah…lihatlah, ulamanya para sahabat dan orang yang banyak meriwayatkan hadits dari Nabi, ketika ditanya tentang suatu permasalahan yang tidak ia ketahui, ia menjawab tidak tahu!

3. Imam Asy-Sya’by pernah ditanya tentang sesuatu, beliau menjawab: “Saya tidak tahu”. Orang yang bertanya pun berkata, “Apakah engkau tidak malu mengucapkan tidak tahu, padahal engkau seorang ahli fiqih di negeri Irak? ” Asy-Sya’by menjawab:

ولمَ أستحيي ممّا لا يستحيي منه الملائكة حيث قالت: "لاَعِلْمَ لَنَا إِلاَّ مَا عَلَّمْتَنَا".


“Untuk apa saya malu? Padahal Malaikat saja tidak malu untuk berkata: ‘Tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang Engkau ajarkan kepada kami. "

Subhanallah…lihatlah, ulama besar dari kalangan Tabi'in tidak malu mengucapkan tidak tahu!

4. Imam Malik pernah ditanya 40 pertanyaan oleh orang yang datang jauh dari Afrika Utara. Namun, dari 40 puluh pertanyaan yang dibawa, Imam Malik cuma bisa menjawab 6 pertanyaan. Sedangkan sisanya dijawab, "Tidak tahu. "

Yang bertanya pun kecewa lalu berkata: جئتك من كذا وكذا وتقول لا أدري

"Saya datang kepadamu dari tempat ini dan itu (jauh) lalu engkau berkata, 'Tidak tahu'??

Imam Malik pun berkata: اركب راحلتك وارجه وقل للناس سألت مالكًا وقال لا أدري

"Ya, naiklah tungganganmu, kembalilah ke kampungmu dan katakanlah kepada orang-orang di sana, 'Aku bertanya kepada Malik, tapi ia menjawab, 'Tidak tahu! '"

Subhanallah…lihatlah, seorang imam besar dan seorang mujtahid di kota Madinah tidak malu untuk mengatakan tidak tahu!

Masih banyak lagi teladan dari orang-orang terbaik dari generasi terdahulu yang mencontohkan tentang sikap rendah hati dan wara' dalam berbicara tentang agama. Mereka tidak lancang untuk berkomentar dalam hal yang tidak mereka ketahui dan tidak segan untuk mengatakan tidak tahu dalam hal yang tidak mereka kuasai.

Bagaimana dengan kita? Akankah kita meniru mereka?

Abdullah al-jakarty

0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Press Release Distribution