Penyesalan Sering Datang Terlambat
Sahabatku,
seringkali orang yang sehat tidak menyadari betapa nikmatnya sehat itu.
Dia baru merasakan nikmat sehat ketika dalam keadaan tidak sehat.
Seringkali orang yang kaya tidak mampu berhemat dengan harta bendanya.
Dia baru menyesal ketika sudah hidup dalam kekurangan, mengapa bukan
sewaktu kaya raya dulu dia berhemat dan banyak menabung, tetapi mengapa
ketika segalanya sudah tidak ada dia berpikir untuk berhemat dan
menabung.
Seringkali
orang membuang-buang waktunya dengan hal-hal percuma di saat lapang.
Namun, di saat sempit, dia menangisi waktu-waktunya yang telah terbuang.
Dia berkata, mungkin kalau aku memanfaatkan waktu dengan sebaik
mungkin, aku tidak akan seperti ini jadinya. Kemudian dia berimajinasi,
seandainya saja aku begini dan begini, aku akan jadi orang hebat, kaya,
dan sukses. Imajinasi itu tidak akan bermanfaat jika dia hanya berhenti
sampai disitu.
Ya,
kita seringkali menyesali keburukan yang telah terjadi. Peribahasa
mengatakan, penyesalan sering datang terlambat. Mungkin ada orang
mengatakan, bukankah dengan penyesalan itu kita dapat memperbaiki diri?
Perkataan orang itu ada benarnya. Yang salah adalah, orang yang tidak
mau memperbaiki dirinya dari segala kesalahan masa lalunya. Orang yang
hanya bisa menyesal dan menyesal, tapi kemudian dia masuk kembali dalam
lubang yang sama. Dia tidak berpikir waktunya sangat singkat. Jika dia
sudah masuk kealam kubur, segala penyesalannya tidak akan berguna lagi.
Allah Swt. berfirman, “Aku bersumpah demi hari kiamat, dan aku bersumpah dengan jiwa yang amat menyesali (dirinya sendiri).”
(QS. al-Qiyamah: 1-2). Ulama tafsir menafsirkan ayat ini dengan
mengatakan bahwa, bila ia berbuat kebaikan ia juga menyesal kenapa ia
tidak berbuat lebih banyak, apalagi kalau ia berbuat kejahatan.
Syadad bin Aus berkata, “Aku peringatkan kalian, berhati-hatilah dengan kata-kata saufa
(nanti).” Sedangkan Abdul Qais, saat menjelang kematiannya ditanya,
“Berwasiatlah kepada kami!” Maka, dia menjawab, “Aku memperingatkan
kalian, berhati-hatilah dengan kata-kata saufa
(nanti).” Ibnu al-Mubarak mengatakan, “Diceritakan kepada saya bahwa
kebanyakan kata-kata yang diucapkan oleh penduduk neraka adalah
perkataan, ‘Ya uffin li taswif’ (Ah sial. Mengapa dahulu menunda-nunda).”
Sebelum
ajal datang menjemput, mulailah hidup ini dengan penyesalan. Menyesali
waktu yang telah banyak terbuang percuma. Menyesali dosa-dosa yang
pernah diperbuat. Rasa penyesalan yang mendalam membuat airmata jatuh
menetes. Tumbuhlah benih-benih kesadaran akan keadaan diri di alam
selanjutnya. Mungkinkah kebahagiaan akan mewujud jika ia tidak segera
bertobat dan mengakhiri segala kesesatannya selama ini? Tidak! Yang ada
hanyalah ratapan penyesalan penghuni neraka – sebagaimana terlukis dalam
al-Quran,
“Aduhai kiranya dulu aku tidak mempersekutukan seorangpun dengan Tuhanku.” (QS. Al-Kahfi: 42)
“Kiranya kami dikembalikan (ke dunia) dan tidak mendustakan ayat-ayat Tuhan kami, serta menjadi orang-orang yang beriman.” (QS. Al-An’am: 27)
“Alangkah besarnya penyesalan kami, terhadap kelalaian kami tentang kiamat itu!” (QS. Al An’am: 31)
Ya
Tuhan kami, keluarkanlah kami daripadanya (dan kembalikanlah kami ke
dunia), maka jika kami kembali (juga kepada kekafiran), sesungguhnya
kami adalah orang-orang yang zalim.” (QS. Al-Mukminun: 107)
“Dan
mereka berteriak di dalam neraka itu: ‘Ya Tuhan kami, keluarkanlah kami
niscaya kami akan mengerjakan amal yang saleh berlainan dengan yang
telah kami kerjakan’.”(QS. Fathir: 37)
“Kalau sekiranya aku dapat kembali (ke dunia), niscaya aku akan termasuk orang-orang berbuat baik’. (QS. Az-Zumar: 58)
“Ya
Rabb-ku, mengapa Engkau tidak menangguhkan (kematian)ku sampai waktu
yang dekat, yang menyebabkan aku dapat bersedekah dan aku termasuk
orang-orang yang saleh? (QS. Al-Munafiqun: 10)
“Sekiranya
kami mendengarkan atau memikirkan (peringatan itu) niscaya tidaklah
kami termasuk penghuni-penghuni neraka yang menyala-nyala.” (QS. Al-Mulk: 10)
“Aduhai celakalah kita; sesungguhnya kita ini adalah orang-orang yang melampaui batas.”(QS. Al-Qalam: 31)
“Hartaku sekali-kali tidak memberi manfaat kepadaku.” (QS. Al-Haqqah: 28)
“Alangkah baiknya kiranya aku dahulu mengerjakan (amal saleh) untuk hidupku ini.” (QS. Al-Fajr: 24)
Sahabatku,
apakah kita termasuk dari salah satu orang yang menyesal itu? Sungguh,
mengumpulkan ayat-ayat itu, dan membacanya kembali, membuat mata saya
berkaca-kaca, seolah-olah sayalah yang berkata-kata seperti itu. Semoga
Allah mengampuni dosa-dosa saya dan memasukkan saya kedalam surga-Nya.
Mari
kita bertobat dengan penuh kesungguhan, membersihkan amal-amal kita
dari riya, dan menghisab diri kita sebelum kita dihisab di akhirat
nanti.
0 komentar:
Posting Komentar