مَنْ كَانَتْ الدُّنْيَا هَمَّهُ فَرَّقَ اللَّهُ عَلَيْهِ أَمْرَهُ وَجَعَلَ
فَقْرَهُ بَيْنَ عَيْنَيْهِ وَلَمْ يَأْتِهِ مِنْ الدُّنْيَا إِلَّا مَا كُتِبَ لَهُ
“Barangsiapa yang menjadikan dunia ambisinya, niscaya Allah
cerai-beraikan urusannya dan dijadikan kefakiran (kemiskinan) menghantui
kedua matanya dan Allah tidak memberinya harta dunia kecuali apa yang
telah ditetapkan untuknya.” (HR Ibnu Majah 4095)
Dan sebaliknya, Nabi Muhammad shollallahu ’alaih wa sallam menegaskan
bahwa hanya orang yang niat utamanya ialah kehidupan akhirat, maka
hidupnya bakal berada dalam penataan yang rapih dan hidupnya akan
dihiasi dengan kekayaan hakiki, yakni kekayaan hati. Bahkan Nabi
Muhammad shollallahu ’alaih wa sallam menjamin orang tersebut
bakal memperoleh dunia dengan jalan dunia yang datang kepada dirnya
secara tunduk bahkan hina, bukan sebaliknya, ia yang harus mengejar
dunia dengan hina sehingga merendahkan martabat diri.
وَمَنْ كَانَتْ الْآخِرَةُ نِيَّتَهُ جَمَعَ اللَّهُ لَهُ أَمْرَهُ
وَجَعَلَ غِنَاهُ فِي قَلْبِهِ وَأَتَتْهُ الدُّنْيَا وَهِيَ رَاغِمَةٌ
“Dan barangsiapa menjadikan akhirat keinginan (utamanya), niscaya
Allah kumpulkan baginya urusan hidupnya dan dijadikan kekayaan di dalam
hatinya dan didatangkan kepadanya dunia bagaimanapun keadaannya (dengan
tunduk).” (HR Ibnu Majah 4095)
Apa yang dapat kita simpulkan dari hadits Nabi Muhammad shollallahu ’alaih wa sallam di
atas? Kesimpulannya ialah jika seorang hamba hidup dengan senantiasa
sadar dan yakin bahwa Allah adalah Pemberi Rezeki sesungguhnya dan bahwa
tugasnya sebagai orang beriman ialah terus-menerus mengokohkan
keyakinan akan hidup yang sesungguhnya ialah di kampung akhirat nan
kekal, bukan di negeri dunia nan fana ini, maka dengan sendirinya
Allah-pun akan membalas keyakinannya yang mulia dan benar itu dengan
balasan yang selayaknya sebagaimana Allah sendiri janjikan di dalam
KitabNya:
مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ
حَيَاةً طَيِّبَةً وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُمْ بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
”Barang siapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun
perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan
kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan
kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka
kerjakan.” (QS An-Nahl ayat 97)
Barangsiapa ber’amal sholeh, maka Allah jamin kehidupannya bakal baik
di dunia dan Allah bakal balas dengan yang jauh lebih baik dari ’amal
sholehnya di akhirat kelak. Namun, saudaraku, itu semua dengan syarat
yang sangat fundamental, yaitu ”dalam keadaan beriman.” Dan iman yang
paling pokok ialah ber-tauhid. Termasuk di dalamnya ialah hanya
bergantung kepada Allah Yang Maha Ahad (Esa), tidak bergantung kepada
apapun atau siapapun selain Allah.
Oleh karenanya, Nabi Muhammad shollallahu ’alaih wa sallam memberikan
kabar gembira kepada setiap muwahhid (ahli tauhid). Bahwa hidup mereka
bakal dijauhkan dari kemiskinan. Dan untuk memperoleh jaminan tersebut
ternyata cukup dengan setiap kali pulang ke rumah membaca ayat pertama
surah Al-Ikhlas sebelum masuk ke dalam rumah. Tentunya itu semua
dilakukan bukan sekedar sebagai mantera berupa komat-kamit di bibir
belaka.
Namun ia mestilah diiringi dengan keyakinan penuh akan makna
dari ucapan kalimat tersebut: “Qul huw-Allahu Ahad” (Katakanlah: Allah itu Maha Esa). Artinya,
ucapkanlah sambil meyakini sedalam mungkin di dalam hati bahwa tidak
ada tempat selain Allah untuk memohon dan mengharapkan datangnya rezeki
berkah yang bakal mencukupi hidup kita plus hidup anak-istri plus biaya
kita untuk beribadah, ber’amal, berda’wah dan berjihad di jalan Allah Ta’aala.
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ :
” مَنْ قَرَأَ {قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ} [الإخلاص : 1 ]
حِينَ يَدْخُلُ مَنْزِلَهُ نَفَتِ الْفَقْرَ
عَنْ أَهْلِ ذَلِكَ الْمَنْزِلِ ، وَالْجِيرانِ “.
Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam bersabda:
“Barangsiapa membaca “Qul huw-Allahu Ahad” (surah Al-Iklash ayat
pertama) ketika masuk ke dalam rumahnya, maka kefakiran (kemiskinan)
bakal tertolak dari penghuni rumah tersebut dan kedua tetangganya.” (HR
Thabrani)
اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ الْهَمِّ وَالْحَزَنِ
وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ الْعَجْزِ وَالْكَسَلِ
وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ الْجُبْنِ وَالْبُخْلِ
وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ غَلَبَةِ الدَّيْنِ وَقَهْرِ الرِّجَالِ
”Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada Engkau
dari bingung dan sedih. Aku berlindung kepada Engkau dari lemah dan
malas. Aku berlindung kepada Engkau dari sifat pengecut dan kikir. Dan
aku berlindung kepada Engkau dari tekanan hutang dan kesewenang-wenangan
manusia (penagih hutang/debt collector
0 komentar:
Posting Komentar