BERTAUBATLA H
Sesungguhnya tidak ada satu manusia
pun yang terbebas dari dosa walau sekecil apapun bentuklnya. Namun
demikian Allah subhanahu wa ta’ala dengan rahmatnya kepada
hamba-hamba-Nya selalu memberikan kepada mereka yang berbuat dosa
kesempatan untuk meminta ampun dan bertaubat bertaubat dari segala dosa
dan kesalahan. Allah selalu membukakan pintu taubat-Nya bagi
hamba-hamba-Nya yang mau bertaubat selama ruhnya belum berada di
kerongkongan atau matahari terbit dari barat.
Taubat berarti merasa bersalah atau menyesal atas perbuatan yang tidak sesuai dengan ajaran agama. Tentunya taubat seorang yang berdosa hendaklah dilakukan secara serius dan sungguh-sungguh bukan bertaubat kemudian dengan mudahnya dia mengulangi lagi perbuatan maksiatnya. Inilah yang disebut dengan Taubat Nashuha artinya taubat yang sebenar-benarnya, murni dan tulus, sebagaimana firman Allah subhanahu wa ta’ala:
Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubatan
nasuhaa (taubat yang semurni-murninya). Mudah-mudahan Rabbmu akan
menutupi kesalahan-kesalahanmu dan memasukkanmu ke dalam jannah yang
mengalir di bawahnya sungai-sungai, pada hari ketika Allah tidak
menghinakan Nabi dan orang-orang mu'min yang bersama dia; sedang cahaya
mereka memancar di hadapan dan di sebelah kanan mereka, sambil mereka
mengatakan: "Ya Rabb kami, sempurnakanlah bagi kami cahaya kami dan
ampunilah kami; Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas
segala\sesuatu."(QS.At Tahriim : 8 )
Dosa yang dilakukan seorang manusia baik yang terkait dengan Allah swt, seperti : tidak menjalankan perintah-perintah-Nya ataupun dosa yang terkait dengan manusia lainnya, seperti : mencuri harta bendanya dan lainnya, menuntutnya untuk melakukan taubat agar Allah swt memberikan ampunan kepadanya dan manusia yang dizhalimi tersebut memberikan pemaafan kepadanya.
Dalam kitab Riyadhus Shalihin Imam An-Nawawi diketengahkan sebuah hadits diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dan lain-lainnya dan Imam Tirmidzi mengatakan bahawa Hadis ini adalah hasan shahih.:
Dari Abu Said, iaitu Sa'ad bin Sinan al-Khudri r.a. bahawasanya Nabiullah shallallahu’alaihi wa sallam . bersabda:
"Ada seorang lelaki dari golongan ummat yang sebelummu telah membunuh sembilan puluh sembilan manusia, kemudian ia menanyakan tentang orang yang teralim dari penduduk bumi, ialu ia ditunjukkan pada seorang pendeta. la pun mendatanginya dan selanjutnya berkata bahawa sesungguhnya ia telah membunuh sembilan puluh sembilan manusia, apakah masih diterima untuk bertaubat. Pendeta itu menjawab: "Tidak dapat." Kemudian pendeta itu dibunuhnya sekali dan dengan demikian ia telah menyempurnakan jumlah seratus dengan ditambah seorang lagi itu.
Lalu ia bertanya lagi tentang orang yang teralim dari penduduk bumi,
kemudian ditunjukkan pada seorang yang alim, selanjutnya ia mengatakan
bahawa sesungguhnya ia telah membunuh seratus manusia, apakah masih
diterima taubatnya. Orang alim itu menjawab: "Ya, masih dapat. Siapa
yang dapat menghalang-halangi antara dirinya dengan taubat itu. Pergilah
engkau ke tanah begini-begini, sebab di situ ada beberapa kelompok
manusia yang sama menyembah Allah Ta'ala, maka menyembahlah engkau
kepada Allah itu bersama-sama dengan mereka dan janganlah engkau kembali
ke tanahmu sendiri, sebab tanahmu adalah negeri yang buruk." Orang itu
terus pergi sehingga di waktu ia telah sampai separuh perjalanan,
tiba-tiba ia didatangi oleh kematian.
Kemudian bertengkarlah untuk mempersoalkan diri orang tadi malaikat kerahmatan dan malaikat siksaan yakni yang bertugas memberikan kerahmatan dan bertugas memberikan siksa, malaikat kerahmatan berkata: "Orang ini telah datang untuk bertaubat sambil menghadapkan hatinya kepada Allah Ta'ala." Malaikat siksaan berkata: "Bahawasanya orang ini sama sekali belum pernah melakukan kebaikan sedikit pun."
Selanjutnya ada seorang malaikat yang mendatangi mereka dalam bentuk seorang manusia, lalu ia dijadikan sebagai pemisah antara malaikat-malaikat yang berselisih tadi, yakni dijadikan hakim pemutusnya untuk menetapkan mana yang benar. Ia berkata: "Ukurlah olehmu semua antara dua tempat di bumi itu, ke mana ia lebih dekat letaknya, maka orang ini adalah untuknya maksudnya jikalau lebih dekat ke arah bumi yang dituju untuk melaksanakan taubatnya, maka ia adalah milik malaikat kerahmatan dan jikalau lebih dekat dengan bumi asalnya maka ia adalah milik malaikat siksaan." Malaikat-malaikat itu mengukur, kemudian didapatinya bahawa orang tersebut adalah lebih dekat kepada bumi yang dikehendaki -yakni yang dituju untuk melaksanakan taubatnya. Oleh sebab itu maka ia dijemputlah oleh malaikat kerahmatan." (Muttafaq 'alaih)
Dalam sebuah riwayat yang shahih disebutkan demikian: "Orang tersebut lebih dekat sejauh sejengkal saja pada pedesaan yang baik itu - yakni yang hendak didatangi, maka dijadikanlah ia termasuk golongan penduduknya."
Dalam riwayat lain yang shahih pula disebutkan: Allah Ta'ala lalu mewahyukan kepada tanah yang ini tempat asalnya supaya engkau menjauh dan kepada tanah yang ini - tempat yang hendak dituju supaya engkau mendekat - maksudnya supaya tanah asalnya itu memanjang sehingga kalau diukur akan menjadi jauh, sedang tanah yang dituju itu menyusut sehingga kalau diukur menjadi dekat jaraknya. Kemudian firmanNya: "Ukurlah antara keduanya." Malaikat-malaikat itu mendapatkannya bahawa kepada yang ini -yang dituju adalah lebih dekat sejauh sejengkal saja jaraknva. Maka orang itupun diampunilah dosa-dosanya."
Dalam riwayat lain lagi disebutkan: "Orang tersebut bergerak amat susah payah kerana hendak mati dengan dadanya ke arah tempat yang dituju itu Dari hadits Rasullullah shallallahu’alaihi wa sallam tersebut diatas digambarkan secara jelas seberapapun besarnya dosa anak manusia yang telah ia lakukan niscaya Allah Yang Maha Pengampun akan memberikan ampunan-Nya asalkan mereka yang melakukan perbuatan dosa tersebut meminta ampun dan meninggalkan perbuatan dosa yang pernah dilakukannya. Hal tersebut ditegaskan dalam salah satu firman Allah subhanahu wa ta’ala :
Ketahuilah, bahwa sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya dan bahwa sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.( QS.Al-Maidah : 98 )
Sesungguhnya banyak sekali ayat-ayat al-Qur’an yang menyinggung tentang Allah sebagai Maha Pengampun, antara lain :
Firman Allah ta’ala
Kabarkanlah kepada hamba-hamba-Ku, bahwa sesungguhnya Aku-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang,(QS.Al Hijr : 49)
Dalam ayat lain, Allah subhanahu wa ta’ala juga berfirman :
maka aku katakan kepada mereka: 'Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, -sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun-,(QS. Nuh : 10)
Mengingat bagaimana kasih sayang Allah kepada hamba-hambanya dengan
memberikan ampunan atas dosa-dosa yang telah dilakukan hamba-hamba
tersebut maka wajib bagi siapa saja yang telah melakukan perbuatan dosa
untuk meminta ampun dan bertaubat .
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman :
Sesungguhnya taubat di sisi Allah hanyalah taubat bagi orang- orang
yang mengerjakan kejahatan lantaran kejahilan [277], yang kemudian
mereka bertaubat dengan segera, maka mereka itulah yang diterima Allah
taubatnya; dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. (QS.An Nisaa:
17)
Sungguh Allah subhanahu wa ta’ala itu maha bijaksana, karena
berkenan untuk memberikan ampunan kepada mereka-mereka yang telah
melakukan perbuatan dosa dengan melakukan perbuatan-perbuatan yang
terlarang.
Imam at-Tarmidzi meriwayatkan sebuah hadits dari Anas bin Malik radhyallahu’anhu :
Sunan Tirmidzi 3463: Anas bin Malik ia berkata; saya mendengar
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam berkata: "Allah tabaraka wa
ta'ala berfirman: "Wahai anak Adam, tidaklah engkau berdoa kepadaKu dan
berharap kepadaKu melainkan Aku ampuni dosa yang ada padamu dan Aku
tidak perduli, wahai anak Adam, seandainya dosa-dosamu telah mencapai
setinggi langit kemudian engkau meminta ampun kepadaKu niscaya aku akan
mengampunimu, dan Aku tidak peduli. Wahai anak Adam, seandainya engkau
datang kepadaKu dengan membawa kesalahan kepenuh bumi kemudian engkau
menemuiKu dengan tidak mensekutukan sesuatu denganKu niscaya aku akan
datang kepadamu dengan ampunan sepenuh bumi."
Betapapun besarnya
dosa-dosa sebagai akibat perbuatan yang dilakukan oleh seseorang
niscaya Allah Yang Maha Pengampun akan memberikan ampunan dan
menghapuskan segala kesalahannya.
Sesungguhnya Allah azza wa
jalla itu maha pengampun, dan akan memberikan ampunan kepada
mereka-mereka yang meminta ampun. Karenanya barang siapa yang telah
berbuat dosa seberapapun ukurannya, maka bersegeralah meminta ampun.
Mengenai hal ini disebutkan dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam
Bukhari dalam kitab Shahihnya dari Abu Hurairah radhyallahu’anhu :
Shahih Bukhari 1077: dari Abu Hurairah radliallahu 'anhu bahwa
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Rabb Tabaaraka wa
Ta'ala kita turun di setiap malam ke langit dunia pada sepertiga malam
terakhir dan berfirman: "Siapa yang berdo'a kepadaKu pasti Aku kabulkan
dan siapa yang meminta kepadaKu pasti Aku penuhi dan siapa yang memohon
ampun kepadaKu pasti Aku ampuni".
Diriwayatkan oleh imam Abu Daud rahimahullah ta’ala dalam kitab Sunan-nya sebuah hadits dari Asma bin Al Hakam al-Fazari :
Sunan Abu Daud 1300: dari Asma` bin Al Hakam Al Fazari, ia berkata;
aku mendengar Ali radliallahu 'anhu berkata; aku adalah seorang
laki-laki yang apabila mendengar dari Rasulullah shallAllahu wa'alaihi
wa sallam sebuah hadits maka Allah memberiku manfaat dari haditsnya
sesuai dengan kehendakNya. Dan apabila ada seseorang diantara para
sahabatnya menceritakan kepadaku maka aku memintanya agar bersumpah,
apabila ia bersumpah maka aku membenarkannya.
Ali berkata; telah
menceritakan kepadaku Abu Bakr dan Abu Bakr radliallahu 'anhu telah
benar bahwa ia berkata; aku mendengar Rasulullah shallAllahu wa'alaihi
wa sallam bersabda: "Tidaklah seorang hamba melakukan dosa kemudian ia
bersuci dengan baik, kemudian berdiri untuk melakukan shalat dua raka'at
kemudian meminta ampun kepada Allah, kecuali Allah akan mengampuninya."
Kemudian beliau membaca ayat ini: "Dan (juga) orang-orang yang apabila
mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat
akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi
yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah? Dan mereka tidak
meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui."
Allah Yang Maha Pengampun akan selalu memberikan ampunan bagi
hamba-hambanya yang meminta ampun dengan mengucapkan istigfar
sebagaimana hadits yang diriwayat Imam Abu Daud rahimahullah ta’ala :
Sunan Abu Daud 1296: Telah menceritakan kepada Kami Musa bin
Isma'il, telah menceritakan kepada Kami Hafsh bin Umar bin Murrah Asy
Syanni, telah menceritakan kepadaku ayahku yaitu Umar bin Murrah, ia
berkata; saya mendengar Bilal bin Yasar bin Zaid mantan budak Nabi
shallallahu 'alaihi wasallam, ia berkata; aku mendengar ayahku
menceritakan kepadaku dari kakekku bahwa ia mendengar Rasulullah shallla
Allahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Barang siapa yang mengucapkan;
ASTAGHFIRULLAAHAL LADZII LAA ILAAHA ILLAA HUWAL HAYYUL QAYYUUMU WA
ATUUBU ILAIH (aku memohon ampun kepada Allah Dzat yang tidak ada tuhan
yang berhak disembah kecuali Dia, yang Maha Hidup dan Yang terus
mengurus makhlukNya, dan aku bertaubat kepadaNya), maka dia pasti akan
diampuni walaupun dia pernah lari dari medan pertempuran."
2.Allah Ta’ala Maha Penerima Taubat Penerima Taubat
Allah subhanahu wa ta’ala sesungguhnya adalah Allah yang maha penerima
taubat dari hamba-hambanya yang mengakui telah berbuat dosa, akan hal
ini telah ditegaskan oleh Allah subhanahu wa ta’ala dalam firman-Nya :
Kemudian Adam menerima beberapa kalimat [40] dari Tuhannya, maka
Allah menerima taubatnya. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi
Maha Penyayang. (QS. Al B aqarah : 37)
Bahkan Allah subhanahu wa
ta’ala memerintahkan dan mewajibkan bagi setiap hamba-Nya untuk meminta
ampun dan bertaubat sebagaimana yang banyak disebutkan dalam beberapa
firman-Nya yang tercantum dalam al-Qur’an.
Allah berfirman :
maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan mohonlah ampun
kepada-Nya. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penerima taubat. (
Qs.An-Nashr:3)
Firman Allah ta’ala :
Dan Dialah yang menerima taubat dari hamba-hamba-Nya dan memaafkan
kesalahan-kesalahan dan mengetahui apa yang kamu kerjakan, (QS.Asy
Syuura : 25 )
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman :
Tidaklah mereka mengetahui, bahwasanya Allah menerima taubat dari
hamba-hamba-Nya dan menerima zakat dan bahwasanya Allah Maha Penerima
taubat lagi Maha Penyayang? (QS.At Taubah : 104)
Bagi mereka-
mereka yang telah berbuat dosa karena telah melakukan perbuatan yang
terlarang, maka seyogyanya untuk segera bertaubat sebelum datangnya
kematian, bertaubat sebelum terlambat.
Sebagaimana yang Allah subhanahu
perintahkan sesuai denmgan firman-Nya :
Dan tidaklah taubat itu diterima Allah dari orang-orang yang
mengerjakan kejahatan (yang) hingga apabila datang ajal kepada seseorang
di antara mereka, (barulah) ia mengatakan : "Sesungguhnya saya
bertaubat sekarang". Dan tidak (pula diterima taubat) orang-orang yang
mati sedang mereka di dalam kekafiran. Bagi orang-orang itu telah Kami
sediakan siksa yang pedih. (QS. An-Nisaa: 18 )
Sebagaimana
diketahui bahwa Allah itu maha pemberi ampun, karenanya bagi
mereka-mereka yang telah melanggar ketentuan dalam agama seyogyanya
untuk segera meminta ampun dan bertaubat, janganlah sampai ada anggapan
bahwa Allah tidak akan memberikan ampunan dan menerima taubat seseorang,
jangalah berputus asa .
Allah telah mejanjikan kepada hamba-hamba-Nya
untuk memberikan ampunan sebagaimana firman Allah ta’ala :
Katakanlah: "Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri
mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah.
Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah
Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.(QS. Az-Zumar : 53 )
Sesungguhnya taubat itu dalam Islam mempunyai arti yang sangat penting,
sehingga Allah subhanahu wa ta’ala sangatlah bergembira terhadap
taubatnya para hamba-hamba-Nya sesuai dengan hadits Rasullullah
shallallahu’alaihi wa sallam , dimana Imam Bukhari rahimahullah dalam
shahihnya meriwayatkan hadits dari Anas radhyaallahu’anhu :
Shahih Bukhari 5834: dari Anas bin Malik dari Nabi shallallahu
'alaihi wasallam. Dan diriwayatkan dari jalur lain, telah menceritakan
kepada kami Hudbah telah menceritakan kepada kami Hammam telah
menceritakan kepada kami Qatadah dari Anas radliallahu 'anhu dia
berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Allah lebih
gembira dengan taubat hamba-Nya melebihi salah seorang dari kalian yang
mendapatkan hewan tunggangannya yang telah hilang di padang yang luas."
Allah subhanahu wa ta’ala memberikan peluang yang besar kepada
hamba-hamba-Nya untuk bertaubat dengan senatiasa membuka lebar-lebar
tangan-Nya baik pada malam maupun siang hari bagi mereka yang mau
bertaubat. Hal ini disebutkan dalam hadits riwayat imam Muslim
rahimahullah ta’ala dari Abu Musa Radhyallahu’anhu :
Shahih Muslim 4954: dari Abu Musa dari Nabi shallallahu 'alaihi
wasallam beliau bersabda: " Allah Subhanahu Wa Ta'ala akan senantiasa
membuka lebar-lebar tangan-Nya pada malam hari untuk menerima taubat
orang yang berbuat dosa pada siang hari dan Allah senantiasa akan
membuka tangan-Nya pada siang hari untuk menerima taubat orng yang
berbuat dosa pada malam hari, dan yang demikian terus berlaku hingga
matahari terbit dari barat."
Betapa pentingnya taubat itu bagi
setiap muslim, hal ini ditunjukkan dan dicontohkan oleh Rasullullah
shallallahu’alaihi wa sallam, dimana beliau selalu meminta ampun,
sebagaimana hadits yang diriwayatkan oleh imam Abu Daud rahimahullah
ta’ala dari Abu Musa radhyallaahu’anhu :
Sunan Abu Daud 1295: dari Ibnu Umar, ia berkata; sungguh Kami telah
menghitung ucapan Rasulullah shallla Allahu 'alaihi wa sallam dalam satu
majlis beliau "RABBIGHFIRLII WA TUB 'ALAYYA, INNAKAT TAWWAABUR RAHIIM"
(Ya Tuhanku, ampunilah aku dan terimalah taubatku sesungguhnya Engkau
adalah Dzat yang Maha menerima taubat lagi Maha Penyayang) sebanyak
seratus kali.
Dari hadits tersebut dapat disimpulkan bahwa
Rasullullah shallallahu’alaihi wa sallam yang terjaga dari segala
kesalahan dan dosa tetap meminta ampun dan bartaubat, lalu bagaimana
dengan umatnya yang tidak pernah terlepas dari kesalahan dan perbuatan
dosa, tentunya perlu mencontoh bagaimana sikap Rasullullah
shallallahu’alaihi wa sallam.
Mereka-mereka yang telah melakukan pelanggaran larangan yang ditetapkan namun tidak meminta ampun dan bertaubat maka niscaya kesengsaraanlah yang kelak yang akan diperoleh. Dan sebaliknya mereka yang telah bergelimang dalam perbuatan yang berdosa maka apabila mereka bertaubat dari segala dosa dan perbuatan yang terlarang yang kemudian mereka menjaga dirinya agar selamat dari berbagai perbuatan yang terlarang.
Sungguh Allah subhanahu wa
ta’ala itu maha bijaksana, karena berkenan untuk memberikan ampunan
kepada mereka-mereka yang telah melakukan perbuatan dosa akibat
perbuatan-perbuatan yang terlarang.Hal ini ditegaskan dalam firman-Nya :
Allah berfirman :
Orang-orang yang mengerjakan kejahatan, kemudian bertaubat sesudah
itu dan beriman; sesungguhnya Tuhan kamu sesudah taubat yang disertai
dengan iman itu adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS.Al A’raf :
153 )
Perlu diketahui bahwa betapa gembiranya Allah subhanahu wa
ta’ala apabila hamba-hamba-Nya yang berdosa mengakui kesalahannya
kemudian meminta ampun dan bertaubat. Hal tersebut disebutkan dalam
hadits riwayat imam Bukhari rahimahullah ta’ala dari Anas bin Malik
radhyallahu’anhu :
Shahih Bukhari 5834: dari Anas bin Malik radliallahu 'anh dia
berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Allah lebih
gembira dengan taubat hamba-Nya melebihi salah seorang dari kalian yang
mendapatkan hewan tunggangannya yang telah hilang di padang yang luas."
Mengingat maha bijaksananya Allah subhanahu wa ta’ala dengan kasih
sayangnya kepada hamba-hamba-nya dengan pemberian ampun dan penerima
taubat, maka seyogyanya setiap kaum muslimin terutama yang merasa telah
berbuat kemaksiatan dan kemunkaran sekecil dan sebesar apapun hendaknya
segera meminta ampun dan bertaubat. Insya Allah ta’ala akan dikabulkan
permohonan ampun dan diterima taubatnya. Sehingga kelak diakhirat
mendapatkan kelapangan.
(Wallahu ta’ala a’lam )
S u m b e r :
1.Al-Qur’an dan Terjemahan : www.salafi-db
2.Ensiklopedi Hadits Kitab 9 Imam, www.lidwapusaka.com
3.Terjemahan Riyadhus Shalilin Imam An-Nawawi, www.salafi-db
Samarinda, Ba’da dhuha , 14 Jumadil akhir 1434 H /25 April 2013 M
(Musni Japrie )
2.Ensiklopedi Hadits Kitab 9 Imam, www.lidwapusaka.com
3.Terjemahan Riyadhus Shalilin Imam An-Nawawi, www.salafi-db
Samarinda, Ba’da dhuha , 14 Jumadil akhir 1434 H /25 April 2013 M
(Musni Japrie )
0 komentar:
Posting Komentar