Jumat, 21 Agustus 2015

Taubat

BERTAUBATLA H

Sesungguhnya tidak ada satu manusia pun yang terbebas dari dosa walau sekecil apapun bentuklnya. Namun demikian Allah subhanahu wa ta’ala dengan rahmatnya kepada hamba-hamba-Nya selalu memberikan kepada mereka yang berbuat dosa kesempatan untuk meminta ampun dan bertaubat bertaubat dari segala dosa dan kesalahan. Allah selalu membukakan pintu taubat-Nya bagi hamba-hamba-Nya yang mau bertaubat selama ruhnya belum berada di kerongkongan atau matahari terbit dari barat.


Taubat berarti merasa bersalah atau menyesal atas perbuatan yang tidak sesuai dengan ajaran agama. Tentunya taubat seorang yang berdosa hendaklah dilakukan secara serius dan sungguh-sungguh bukan bertaubat kemudian dengan mudahnya dia mengulangi lagi perbuatan maksiatnya. Inilah yang disebut dengan Taubat Nashuha artinya taubat yang sebenar-benarnya, murni dan tulus, sebagaimana firman Allah subhanahu wa ta’ala:

Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubatan nasuhaa (taubat yang semurni-murninya). Mudah-mudahan Rabbmu akan menutupi kesalahan-kesalahanmu dan memasukkanmu ke dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, pada hari ketika Allah tidak menghinakan Nabi dan orang-orang mu'min yang bersama dia; sedang cahaya mereka memancar di hadapan dan di sebelah kanan mereka, sambil mereka mengatakan: "Ya Rabb kami, sempurnakanlah bagi kami cahaya kami dan ampunilah kami; Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala\sesuatu."(QS.At Tahriim : 8 )

Dosa yang dilakukan seorang manusia baik yang terkait dengan Allah swt, seperti : tidak menjalankan perintah-perintah-Nya ataupun dosa yang terkait dengan manusia lainnya, seperti : mencuri harta bendanya dan lainnya, menuntutnya untuk melakukan taubat agar Allah swt memberikan ampunan kepadanya dan manusia yang dizhalimi tersebut memberikan pemaafan kepadanya.

Dalam kitab Riyadhus Shalihin Imam An-Nawawi diketengahkan sebuah hadits diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dan lain-lainnya dan Imam Tirmidzi mengatakan bahawa Hadis ini adalah hasan shahih.:

Dari Abu Said, iaitu Sa'ad bin Sinan al-Khudri r.a. bahawasanya Nabiullah shallallahu’alaihi wa sallam . bersabda:

"Ada seorang lelaki dari golongan ummat yang sebelummu telah membunuh sembilan puluh sembilan manusia, kemudian ia menanyakan tentang orang yang teralim dari penduduk bumi, ialu ia ditunjukkan pada seorang pendeta. la pun mendatanginya dan selanjutnya berkata bahawa sesungguhnya ia telah membunuh sembilan puluh sembilan manusia, apakah masih diterima untuk bertaubat. Pendeta itu menjawab: "Tidak dapat." Kemudian pendeta itu dibunuhnya sekali dan dengan demikian ia telah menyempurnakan jumlah seratus dengan ditambah seorang lagi itu. 

Lalu ia bertanya lagi tentang orang yang teralim dari penduduk bumi, kemudian ditunjukkan pada seorang yang alim, selanjutnya ia mengatakan bahawa sesungguhnya ia telah membunuh seratus manusia, apakah masih diterima taubatnya. Orang alim itu menjawab: "Ya, masih dapat. Siapa yang dapat menghalang-halangi antara dirinya dengan taubat itu. Pergilah engkau ke tanah begini-begini, sebab di situ ada beberapa kelompok manusia yang sama menyembah Allah Ta'ala, maka menyembahlah engkau kepada Allah itu bersama-sama dengan mereka dan janganlah engkau kembali ke tanahmu sendiri, sebab tanahmu adalah negeri yang buruk." Orang itu terus pergi sehingga di waktu ia telah sampai separuh perjalanan, tiba-tiba ia didatangi oleh kematian.

Kemudian bertengkarlah untuk mempersoalkan diri orang tadi malaikat kerahmatan dan malaikat siksaan  yakni yang bertugas memberikan kerahmatan dan bertugas memberikan siksa, malaikat kerahmatan berkata: "Orang ini telah datang untuk bertaubat sambil menghadapkan hatinya kepada Allah Ta'ala." Malaikat siksaan berkata: "Bahawasanya orang ini sama sekali belum pernah melakukan kebaikan sedikit pun."

Selanjutnya ada seorang malaikat yang mendatangi mereka dalam bentuk seorang manusia, lalu ia dijadikan sebagai pemisah antara malaikat-malaikat yang berselisih tadi, yakni dijadikan hakim pemutusnya  untuk menetapkan mana yang benar. Ia berkata: "Ukurlah olehmu semua antara dua tempat di bumi itu, ke mana ia lebih dekat letaknya, maka orang ini adalah untuknya  maksudnya jikalau lebih dekat ke arah bumi yang dituju untuk melaksanakan taubatnya, maka ia adalah milik malaikat kerahmatan dan jikalau lebih dekat dengan bumi asalnya maka ia adalah milik malaikat siksaan." Malaikat-malaikat itu mengukur, kemudian didapatinya bahawa orang tersebut adalah lebih dekat kepada bumi yang dikehendaki -yakni yang dituju untuk melaksanakan taubatnya. Oleh sebab itu maka ia dijemputlah oleh malaikat kerahmatan." (Muttafaq 'alaih)

Dalam sebuah riwayat yang shahih disebutkan demikian: "Orang tersebut lebih dekat sejauh sejengkal saja pada pedesaan yang baik itu - yakni yang hendak didatangi, maka dijadikanlah ia termasuk golongan penduduknya."

Dalam riwayat lain yang shahih pula disebutkan: Allah Ta'ala lalu mewahyukan kepada tanah yang ini  tempat asalnya  supaya engkau menjauh dan kepada tanah yang ini - tempat yang hendak dituju  supaya engkau mendekat - maksudnya supaya tanah asalnya itu memanjang sehingga kalau diukur akan menjadi jauh, sedang tanah yang dituju itu menyusut sehingga kalau diukur menjadi dekat jaraknya. Kemudian firmanNya: "Ukurlah antara keduanya." Malaikat-malaikat itu mendapatkannya bahawa kepada yang ini -yang dituju  adalah lebih dekat sejauh sejengkal saja jaraknva. Maka orang itupun diampunilah dosa-dosanya."

Dalam riwayat lain lagi disebutkan: "Orang tersebut bergerak amat susah payah kerana hendak mati  dengan dadanya ke arah tempat yang dituju itu Dari hadits Rasullullah shallallahu’alaihi wa sallam tersebut diatas digambarkan secara jelas seberapapun besarnya dosa anak manusia yang telah ia lakukan niscaya Allah Yang Maha Pengampun akan memberikan ampunan-Nya asalkan mereka yang melakukan perbuatan dosa tersebut meminta ampun dan meninggalkan perbuatan dosa yang pernah dilakukannya. Hal tersebut ditegaskan dalam salah satu firman Allah subhanahu wa ta’ala :

Ketahuilah, bahwa sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya dan bahwa sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.( QS.Al-Maidah : 98 )

Sesungguhnya banyak sekali ayat-ayat al-Qur’an yang menyinggung tentang Allah sebagai Maha Pengampun, antara lain :

Firman Allah ta’ala

Kabarkanlah kepada hamba-hamba-Ku, bahwa sesungguhnya Aku-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang,(QS.Al Hijr : 49)

Dalam ayat lain, Allah subhanahu wa ta’ala juga berfirman :
 
maka aku katakan kepada mereka: 'Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, -sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun-,(QS. Nuh : 10)

Mengingat bagaimana kasih sayang Allah kepada hamba-hambanya dengan memberikan ampunan atas dosa-dosa yang telah dilakukan hamba-hamba tersebut maka wajib bagi siapa saja yang telah melakukan perbuatan dosa untuk meminta ampun dan bertaubat .

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman :

Sesungguhnya taubat di sisi Allah hanyalah taubat bagi orang- orang yang mengerjakan kejahatan lantaran kejahilan [277], yang kemudian mereka bertaubat dengan segera, maka mereka itulah yang diterima Allah taubatnya; dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. (QS.An Nisaa: 17)

Sungguh Allah subhanahu wa ta’ala itu maha bijaksana, karena berkenan untuk memberikan ampunan kepada mereka-mereka yang telah melakukan perbuatan dosa dengan melakukan perbuatan-perbuatan yang terlarang.

Imam at-Tarmidzi meriwayatkan sebuah hadits dari Anas bin Malik radhyallahu’anhu :

Sunan Tirmidzi 3463: Anas bin Malik ia berkata; saya mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam berkata: "Allah tabaraka wa ta'ala berfirman: "Wahai anak Adam, tidaklah engkau berdoa kepadaKu dan berharap kepadaKu melainkan Aku ampuni dosa yang ada padamu dan Aku tidak perduli, wahai anak Adam, seandainya dosa-dosamu telah mencapai setinggi langit kemudian engkau meminta ampun kepadaKu niscaya aku akan mengampunimu, dan Aku tidak peduli. Wahai anak Adam, seandainya engkau datang kepadaKu dengan membawa kesalahan kepenuh bumi kemudian engkau menemuiKu dengan tidak mensekutukan sesuatu denganKu niscaya aku akan datang kepadamu dengan ampunan sepenuh bumi."

Betapapun besarnya dosa-dosa sebagai akibat perbuatan yang dilakukan oleh seseorang niscaya Allah Yang Maha Pengampun akan memberikan ampunan dan menghapuskan segala kesalahannya.

Sesungguhnya Allah azza wa jalla itu maha pengampun, dan akan memberikan ampunan kepada mereka-mereka yang meminta ampun. Karenanya barang siapa yang telah berbuat dosa seberapapun ukurannya, maka bersegeralah meminta ampun. Mengenai hal ini disebutkan dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dalam kitab Shahihnya dari Abu Hurairah radhyallahu’anhu :

Shahih Bukhari 1077: dari Abu Hurairah radliallahu 'anhu bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Rabb Tabaaraka wa Ta'ala kita turun di setiap malam ke langit dunia pada sepertiga malam terakhir dan berfirman: "Siapa yang berdo'a kepadaKu pasti Aku kabulkan dan siapa yang meminta kepadaKu pasti Aku penuhi dan siapa yang memohon ampun kepadaKu pasti Aku ampuni".

Diriwayatkan oleh imam Abu Daud rahimahullah ta’ala dalam kitab Sunan-nya sebuah hadits dari Asma bin Al Hakam al-Fazari :

Sunan Abu Daud 1300: dari Asma` bin Al Hakam Al Fazari, ia berkata; aku mendengar Ali radliallahu 'anhu berkata; aku adalah seorang laki-laki yang apabila mendengar dari Rasulullah shallAllahu wa'alaihi wa sallam sebuah hadits maka Allah memberiku manfaat dari haditsnya sesuai dengan kehendakNya. Dan apabila ada seseorang diantara para sahabatnya menceritakan kepadaku maka aku memintanya agar bersumpah, apabila ia bersumpah maka aku membenarkannya. 

Ali berkata; telah menceritakan kepadaku Abu Bakr dan Abu Bakr radliallahu 'anhu telah benar bahwa ia berkata; aku mendengar Rasulullah shallAllahu wa'alaihi wa sallam bersabda: "Tidaklah seorang hamba melakukan dosa kemudian ia bersuci dengan baik, kemudian berdiri untuk melakukan shalat dua raka'at kemudian meminta ampun kepada Allah, kecuali Allah akan mengampuninya." Kemudian beliau membaca ayat ini: "Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui."

Allah Yang Maha Pengampun akan selalu memberikan ampunan bagi hamba-hambanya yang meminta ampun dengan mengucapkan istigfar sebagaimana hadits yang diriwayat Imam Abu Daud rahimahullah ta’ala :

Sunan Abu Daud 1296: Telah menceritakan kepada Kami Musa bin Isma'il, telah menceritakan kepada Kami Hafsh bin Umar bin Murrah Asy Syanni, telah menceritakan kepadaku ayahku yaitu Umar bin Murrah, ia berkata; saya mendengar Bilal bin Yasar bin Zaid mantan budak Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, ia berkata; aku mendengar ayahku menceritakan kepadaku dari kakekku bahwa ia mendengar Rasulullah shallla Allahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Barang siapa yang mengucapkan; ASTAGHFIRULLAAHAL LADZII LAA ILAAHA ILLAA HUWAL HAYYUL QAYYUUMU WA ATUUBU ILAIH (aku memohon ampun kepada Allah Dzat yang tidak ada tuhan yang berhak disembah kecuali Dia, yang Maha Hidup dan Yang terus mengurus makhlukNya, dan aku bertaubat kepadaNya), maka dia pasti akan diampuni walaupun dia pernah lari dari medan pertempuran."

2.Allah Ta’ala Maha Penerima Taubat Penerima Taubat

Allah subhanahu wa ta’ala sesungguhnya adalah Allah yang maha penerima taubat dari hamba-hambanya yang mengakui telah berbuat dosa, akan hal ini telah ditegaskan oleh Allah subhanahu wa ta’ala dalam firman-Nya :

Kemudian Adam menerima beberapa kalimat [40] dari Tuhannya, maka Allah menerima taubatnya. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang. (QS. Al B aqarah : 37)

Bahkan Allah subhanahu wa ta’ala memerintahkan dan mewajibkan bagi setiap hamba-Nya untuk meminta ampun dan bertaubat sebagaimana yang banyak disebutkan dalam beberapa firman-Nya yang tercantum dalam al-Qur’an.
Allah berfirman :

maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan mohonlah ampun kepada-Nya. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penerima taubat. ( Qs.An-Nashr:3)

Firman Allah ta’ala :

Dan Dialah yang menerima taubat dari hamba-hamba-Nya dan memaafkan kesalahan-kesalahan dan mengetahui apa yang kamu kerjakan, (QS.Asy Syuura : 25 )

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman :

Tidaklah mereka mengetahui, bahwasanya Allah menerima taubat dari hamba-hamba-Nya dan menerima zakat dan bahwasanya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang? (QS.At Taubah : 104)

Bagi mereka- mereka yang telah berbuat dosa karena telah melakukan perbuatan yang terlarang, maka seyogyanya untuk segera bertaubat sebelum datangnya kematian, bertaubat sebelum terlambat. 

Sebagaimana yang Allah subhanahu perintahkan sesuai denmgan firman-Nya :

Dan tidaklah taubat itu diterima Allah dari orang-orang yang mengerjakan kejahatan (yang) hingga apabila datang ajal kepada seseorang di antara mereka, (barulah) ia mengatakan : "Sesungguhnya saya bertaubat sekarang". Dan tidak (pula diterima taubat) orang-orang yang mati sedang mereka di dalam kekafiran. Bagi orang-orang itu telah Kami sediakan siksa yang pedih. (QS. An-Nisaa: 18 )

Sebagaimana diketahui bahwa Allah itu maha pemberi ampun, karenanya bagi mereka-mereka yang telah melanggar ketentuan dalam agama seyogyanya untuk segera meminta ampun dan bertaubat, janganlah sampai ada anggapan bahwa Allah tidak akan memberikan ampunan dan menerima taubat seseorang, jangalah berputus asa . 

Allah telah mejanjikan kepada hamba-hamba-Nya untuk memberikan ampunan sebagaimana firman Allah ta’ala :

Katakanlah: "Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.(QS. Az-Zumar : 53 )

Sesungguhnya taubat itu dalam Islam mempunyai arti yang sangat penting, sehingga Allah subhanahu wa ta’ala sangatlah bergembira terhadap taubatnya para hamba-hamba-Nya sesuai dengan hadits Rasullullah shallallahu’alaihi wa sallam , dimana Imam Bukhari rahimahullah dalam shahihnya meriwayatkan hadits dari Anas radhyaallahu’anhu :

Shahih Bukhari 5834: dari Anas bin Malik dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam. Dan diriwayatkan dari jalur lain, telah menceritakan kepada kami Hudbah telah menceritakan kepada kami Hammam telah menceritakan kepada kami Qatadah dari Anas radliallahu 'anhu dia berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Allah lebih gembira dengan taubat hamba-Nya melebihi salah seorang dari kalian yang mendapatkan hewan tunggangannya yang telah hilang di padang yang luas."

Allah subhanahu wa ta’ala memberikan peluang yang besar kepada hamba-hamba-Nya untuk bertaubat dengan senatiasa membuka lebar-lebar tangan-Nya baik pada malam maupun siang hari bagi mereka yang mau bertaubat. Hal ini disebutkan dalam hadits riwayat imam Muslim rahimahullah ta’ala dari Abu Musa Radhyallahu’anhu :

Shahih Muslim 4954: dari Abu Musa dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam beliau bersabda: " Allah Subhanahu Wa Ta'ala akan senantiasa membuka lebar-lebar tangan-Nya pada malam hari untuk menerima taubat orang yang berbuat dosa pada siang hari dan Allah senantiasa akan membuka tangan-Nya pada siang hari untuk menerima taubat orng yang berbuat dosa pada malam hari, dan yang demikian terus berlaku hingga matahari terbit dari barat."

Betapa pentingnya taubat itu bagi setiap muslim, hal ini ditunjukkan dan dicontohkan oleh Rasullullah shallallahu’alaihi wa sallam, dimana beliau selalu meminta ampun, sebagaimana hadits yang diriwayatkan oleh imam Abu Daud rahimahullah ta’ala dari Abu Musa radhyallaahu’anhu :

Sunan Abu Daud 1295: dari Ibnu Umar, ia berkata; sungguh Kami telah menghitung ucapan Rasulullah shallla Allahu 'alaihi wa sallam dalam satu majlis beliau "RABBIGHFIRLII WA TUB 'ALAYYA, INNAKAT TAWWAABUR RAHIIM" (Ya Tuhanku, ampunilah aku dan terimalah taubatku sesungguhnya Engkau adalah Dzat yang Maha menerima taubat lagi Maha Penyayang) sebanyak seratus kali.

Dari hadits tersebut dapat disimpulkan bahwa Rasullullah shallallahu’alaihi wa sallam yang terjaga dari segala kesalahan dan dosa tetap meminta ampun dan bartaubat, lalu bagaimana dengan umatnya yang tidak pernah terlepas dari kesalahan dan perbuatan dosa, tentunya perlu mencontoh bagaimana sikap Rasullullah shallallahu’alaihi wa sallam.

Mereka-mereka yang telah melakukan pelanggaran larangan yang ditetapkan namun tidak meminta ampun dan bertaubat maka niscaya kesengsaraanlah yang kelak yang akan diperoleh. Dan sebaliknya mereka yang telah bergelimang dalam perbuatan yang berdosa maka apabila mereka bertaubat dari segala dosa dan perbuatan yang terlarang yang kemudian mereka menjaga dirinya agar selamat dari berbagai perbuatan yang terlarang.

Sungguh Allah subhanahu wa ta’ala itu maha bijaksana, karena berkenan untuk memberikan ampunan kepada mereka-mereka yang telah melakukan perbuatan dosa akibat perbuatan-perbuatan yang terlarang.Hal ini ditegaskan dalam firman-Nya :
Allah berfirman :

Orang-orang yang mengerjakan kejahatan, kemudian bertaubat sesudah itu dan beriman; sesungguhnya Tuhan kamu sesudah taubat yang disertai dengan iman itu adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS.Al A’raf : 153 )

Perlu diketahui bahwa betapa gembiranya Allah subhanahu wa ta’ala apabila hamba-hamba-Nya yang berdosa mengakui kesalahannya kemudian meminta ampun dan bertaubat. Hal tersebut disebutkan dalam hadits riwayat imam Bukhari rahimahullah ta’ala dari Anas bin Malik radhyallahu’anhu :

Shahih Bukhari 5834: dari Anas bin Malik radliallahu 'anh dia berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Allah lebih gembira dengan taubat hamba-Nya melebihi salah seorang dari kalian yang mendapatkan hewan tunggangannya yang telah hilang di padang yang luas."

Mengingat maha bijaksananya Allah subhanahu wa ta’ala dengan kasih sayangnya kepada hamba-hamba-nya dengan pemberian ampun dan penerima taubat, maka seyogyanya setiap kaum muslimin terutama yang merasa telah berbuat kemaksiatan dan kemunkaran sekecil dan sebesar apapun hendaknya segera meminta ampun dan bertaubat. Insya Allah ta’ala akan dikabulkan permohonan ampun dan diterima taubatnya. Sehingga kelak diakhirat mendapatkan kelapangan.

(Wallahu ta’ala a’lam )
 
S u m b e r :
1.Al-Qur’an dan Terjemahan : www.salafi-db
2.Ensiklopedi Hadits Kitab 9 Imam, www.lidwapusaka.com
3.Terjemahan Riyadhus Shalilin Imam An-Nawawi, www.salafi-db
Samarinda, Ba’da dhuha , 14 Jumadil akhir 1434 H /25 April 2013 M
(Musni Japrie )



0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Press Release Distribution