Kelembutan Allah

Maha lembutnya
Allah SWT, sehingga Maha Tahu kebutuhan hamba-Nya, dan disampaikannya
kebutuhan-kebutuhan itu kepada hamba-Nya, tanpa diketahui dan dirasakan,
bahkan oleh hamba itu sendiri. Tapi sesungguhnya amat dirasakan
wujudnya.
Saat lahir ke dunia, tanpa kita pahami Allah
mengilhamkan keinginan untuk menangis ketika butuh menyusui. Tanpa kita
sadari, semuanya diurus Allah, hingga ke sel demi sel, sampai ke tingkat
kromosom, demikian teliti. Semuanya diurus oleh Allah SWT dengan
sempurna.
Pertolongan Allah tidak harus berwujud seperti
yang kita inginkan, dan kita duga. Allah SWT dalam memberi pertolongan
kepada kita bisa tanpa terasa oleh kita, namun pertolongan itu jelas
ada. Allah mencukupi rejeki kita tanpa terbetik dalam pikiran kita, tapi
itu berwujud.
Ketika kita di dalam rahim sungguh tidak
ada yang mengetahui bagaimana keadaan di dalamnya. Allah yang Maha Halus
Lembut menyusun sel demi sel, mencukupi kebutuhan sel tanpa dipahami
oleh siapa pun. Menyusun tubuh kita di tempat yang tersembunyi. Kita
akan dibuat bingung, mengenai bagaimana lalu lintas karunia organ-organ
tubuh itu terjadi, seperti oksigen, darah, sel-sel, dan sebagainya yang
terdapat di dalam di tubuh kita tanpa ada yang mengetahuinya.
Kalau
sekecil wujudnya ini saja demikian terlihat bagi Allah, dan diurus
dengan sempurna, dan seksama, pasti pada yang lahiriah jelas terlihat
tidak akan luput dari perhatian dan pemeliharaan Allah SWT.
Sebagaimana
tertulis di dalam QS At-Thalaq : 3, "Barangsiapa bertakwa kepada Allah
niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar." (QS. Ath-Thalaq [65] :
2).
Jalan ke luar tidak harus dalam bentuk yang mudah
kita pahami, tetapi jalan keluar bisa dalam bentuk ilham. Saat tiba-tiba
terpikir suatu ide atau gagasan yang menjadi jalan Allah memberikan
solusinya. Walau bisa saja disadari maupun tidak. Bahkan hal itu
senantiasa berjalan terus mengarah kepada solusi. Kita dengar bagaimana
Imam Al Ghazali mengisyaratkan bahwa Allah mengetahui rincian kemaslahan
dan seluk beluk rahasianya serta Allah sangat mampu mengatur jalan agar
kemaslahatan itu sampai pada diri kita. Luar biasa.
Pada
akhirnya kita menyakini bahwa Allah yang selalu mengetahui makhluk-Nya
berharap memperoleh banyak kemaslahatan. Kemudian Allah menyiapkan
sarana dan prasarana guna meraih kemudahan kemaslahatan itu. Allah yang
bergegas menyingkirkan kegelisahan di hati pada saat adanya cobaan. Dan
Allah-lah yang menganugerahkan berbagai karunia sebelum terbetik di
dalam benak pikiran kita.
Begitu sempurna penyediaan dari
Allah SWT bagi berbagai kebutuhan kita. Jadi, sesungguhnya orang yang
menderita itu orang yang benar-benar kufur nikmat saja. Bila kita
melihat rangakaian karunia Allah, tidak hanya yang Nampak, yang
tersembunyi pun, membuat hati semakin bertambah keyakinannya kepada
Allah.
Bagaimana mungkin keyakinan menghujamkan di hati
kita, sedangkan kita sendiri tidak tahu ilmu mengenai hati kita; seperti
apa dan di mana. Namun menakjubkan, kita bisa kuat dalam menghadapi
cobaan, yakin dengan adanya Allah, tanpa kita lihat dengan mata lahiriah
kita. Allah SWT dengan mudah bisa dengan cara yang amat halus tanpa
terasa mengulurkan pertolongan-Nya kepada kita, maka tidak boleh kita
putus asa dari rahmat Allah, karena pengetahuan kita tentang masalah
kita terlalu sedikit, sedangkan permasalahan yang ada padatubuh kita
demikian kompleks dan rumitnya, sangat tidak terkejar oleh kemampuan
kita untuk menjangkaunya.
Perhatikan setiap saat yang
terjadi pada tubuh kita. Kita tidak tahu terhadap kebutuhan tubuh kita
sebenarnya seperti apa. Tatkala pada tubuh kita terjadi kerumitan lalu
lintas sistem yang berlangsung setiap saat, lalu siapa yang mengurus
kerumitan sistem ini? Dialah Al-Latif yang mengurus tubuh kita setiap
saat.
Sehingga menjadi pertanyaan bagi diri kita ketika
menghadapi hiruk pikuk kehidupan ini, pernahkah kita sendirian dalam
hidup ini? Pasti tidak akan pernah sendirian. Kapan pun dan di mana pun.
Karena kekuasaan Allah meliputi segala sesuatu. Kebutuhan yang tidak
kita ketahui jauh lebih rumit daripada yang kita ketahui.
Keperluan kita sedikit dan sederhana dibanding dengan kebutuhan tubuh kita yang demikian kompleks.
Ketika
Allah tidak diminta pun kebutuhan-kebutuhan kita menjadi beres.
Bagaimana pula dengan yang terjadi apabila kita meminta kepada Allah.
Apakah Allah akan menjadi bakhil apabila diminta. Bukannya Allah SWT
tidak mengabulkan permohonan kita, hanya saja kita sombong tidak mau
berdoa dengan semestinya. Semua masalah kita disebabkan karena kitalah
yang kufur nikmat kepada Allah. Sesungguhnya Allah-lah yang menyiapkan
seluruhnya dengan sempurna.
Semestinya kita merasa malu kepada
Allah, karena kita tidak menyadari bahwa Allah member rejeki tiap saat.
Buktinya, pernahkah Allah tidak memberi makan tiga hari saja kepada
kita? Atau ditelantarkan? Patutkah kita curiga terhadap jaminan Allah
SWT. Mestinya kita curiga kepada diri kita mengapa kufur nikmat kepada
karunia Allah SWT, sehingga tidak bisa melihat betapa halusnya kemurahan
Allah SWT.
Ada sesuatu yang halus pula pada asma Allah
SWT, yakni kasih saying-Nya. Seperti apakah wujud dari perasaan ini.
Apakah bentuknya gepeng, atau bulat, kita tidak tahu. Tapi kasih sayang
ini benar-benar ada. Satu komponen yang luar biasa.
Dikatakan
dalam sebuah hadist bahwa 1/100 kasih sayang yang Allah ciptakan di alam
semesta ini dibagikan kepada makhluknya. Maka dengan itu induk ayam
tidak mau menginjak anaknya. Kasih sayang kucing yang melindungi dan
menjilati anaknya juga siapa yang mengajarinya. Ini fenomena yang
menakjubkan.
Lebah yang membuat madu, harus 600 kali bolak
balik mencari bunga, mengumpulkan sehingga jadi madu. Siapa yang
mengajari, dan untuk siapa itu semua? Membeli madu berarti pula amal
shaleh untuk menghargai perbuatan lebah.
Kalau kita sudah yakin
dengan Allah yang Latif, maka Allah bisa mempersatukan hati, seperti
jatuh cinta. Mereka yang jaraknya jauh bisa terpaut perasaannya. Allah
Maha Pengatur Strategi bagi kita, tanpa terasa itulah yang menjadi
kemaslahatan bagi kita.
Maka kita tidak boleh sok tahu
dengan kenyataan yang tidak cocok dengan keinginan kita, walaupun kita
sudah merasa berbuat baik. Allah Maha Halus membimbing kita supaya kita
bisa taubat. Kita tidak tahu apa yang lebih halus atas kenyataan yang
terjadi. Kita tahunya nafsu yang memberikan kenikmatan ke kita saja.
Kita pun lebih bersandar kepada uang.
Kita merasa aman dan nyaman dengan
uang daripada Allah SWT. Maka tak perlu kaget, tatkala Allah menguji
dengan keluarnya uang untuk berbagai kebutuhan di luar rencana.
Sedemikian rupa sehingga dengannya menjadikan kita menyerah di hadapan
Allah, seperti kain basah yang terhampar luruh di hadapan Allah.
Sampai
kita meyakini bahwa jaminan Allah tidak harus melewati tabungan, atau
lewat gaji. Diambilnya kekayaan bukan merupakan kemarahan Allah. Allah
Maha Halus dalam mendidik kita, supaya bulat tawakal kepada Allah dan
makrifat. Orang yang terlalu bersandar kepada jabatannya, jangan heran
mudah bagi Allah membuatnya di-PHK.
Bisa jadi kita yang
sering dipuji oleh banyak orang, dan membuat hidup tidak normal. Semua
serba dibagus-baguskan (artificial), maka jangan kaget dan bersiaplah
jika Allah hendak menguji kita dengan caci maki orang, karena kita lebih
memilih jalan kebenaran, atau karena kekeliruan kecil, di mana
sebelumnya orang-orang seringkali memuji, dengan kejadian itu, ia pun
dijauhi, dan terpuruk kepada Allah.
Dicaci maki bukan bencana, melainkan
berupa kasih sayang kelembutan Allah. Sepanjang kita tetap di jalan
Allah yang diridhai, dan bila kita sudah merasa tidak ingin dipuji tidak
takut dicaci, itu karunia yang sangat mahal sekali. Bila terjadi
sebaliknya, berarti suatu musibah.
Adakah yang
mencelakakan kita selain diri sendiri? Diri kitalah yang dizalimi. Tidak
ada yang lebih sayang kepada kita selain yang mengurus tiap saat.
Allah-lah yang terus menerus setiap saat mengurus kita. Kita tidak ingat
kepada Allah, namun Allah tetap mengurus kita. Setiap saat semuanya
diurus oleh Allah.
Hati itu hanya bisa disentuh oleh
kebeningan kelembutan. Anak itu nakal karena merekam dari tv, orang
tuanya, rekan-rekannya. Ketika mereka menjumpai melihat orang tuanya
membersihkan hatinya, anak-anak akan merekamnya. Mereka mengerti dengan
bahasa hati. Bahasa yang paling murni. Dengan belaian, tatapan dengan
hati dia akan mengetahui dan mengenal dengan bekal mereka sebagai kasih
saying. Kita harus terus menerus membongkar kebusukan hati kita hingga
ditemukan frekuensinya.
Kata kunci hati kita bersih,
jangan ada maksud lain, selalin murni tidak ada kepentingan dengan hati.
Lurus, tidak ada siasat kamuflase. Sesederhana apa pun perilaku kita,
bila datang dari kemurnian hati, itu pasti akan sampai kepada hati.
Allah tidak membutuhkan rekayasa. Dan inilah kekayaan kita, tidak
memiliki maksud lain, selain keridhaan Allah. Membuat kita tidak ada
rahasia dengan Allah.
Pada diri orang lain, ia akan bisa berlaku tidak adil kepada kita, namun Allah adalah tetap Maha Adil.
Kalau
Allah membuat hati orang tidak suka kepada kita, maka tidak ada yang
bisa mencegahnya. Bahagia itu tempatnya di dada, bukan dipuji dihormati.
Bahagia itu kita menjadi orang yang jujur, bersih, lurus, tidak
munafik.
Yang bahaya itu bukan soal ujian, melainkan salah dalam
jawabannya. Yang sibuk memikirkan soal akan berbeda dengan orang yang
sibuk memikirkan jawabannya.
0 komentar:
Posting Komentar