Akhlaqul Karimah
Bu’itsu liutamimma makarimal akhlaq
“Tidaklah Aku menyuruhmu Muhammad, kecuali untuk menyempurnakan akhlaq yang mulia.”
Satu hal penting dalam Islam adalah akhlaq,
kedudukan akhlaq dalam Islam adalah bagaikan buah dari pohon. Seorang
muslim yang telah melatih dirinya dalam sholat dan puasa dengan benar
akan menjadi Muslim yang berakhlaq mulia. Sholat, zakat, puasa merupakan
tarbiyah atau latihan dalam mendidik diri menjadi insan yang berakhlaq
mulia (berbudi pekerti)
Apa sajakah Akhlaq seorang muslim itu? Khuluqul Muslim dijabarkan sebagai berikut:
Ikhlas
Ikhlas merupakan suasana hati seorang muslim
yang kosong dari keinginan-keinginan duniawi seperti mendapatkan
pujian, memperoleh penghargaan, supaya tampak baik di mata orang lain,
ikhlas adalah hati yang menggerakkan badan agar melakukan perbuatan baik
dengan niat murni lillahi ta’ala hanya mengharap keridho’an Allah ‘Azza
wa Jalla. Bukanlah perbuatan ikhlas kalau kita beribadah supaya dilihat
mertua, juga bukan ikhlas kalau kita bekerja dengan baik agar bos
senang, bercakap manis agar atasan suka, ini berarti masih
menggantungkan harapan kepada selain Allah. Muslim yang ikhlas hanya
bergantung pada Allah, bekerja untuk mencari nafkah keluarga dengan
niatan hanya karena Allah. Beribadah ikhlas walaupun tidak dilihat
manusia bahkan di tempat tersembunyi sekalipun, hanya semata-mata
mengharap keridho’an Allah.
Qona’ah
Seorang muslim yang qona’ah selalu
mencukupkan apa yang ada, tidak ngoyo dalam mencari harta dunia, jauh
dari sifat menghalalkan segala macam cara untuk meraih harta. Qona’ah
berarti bersyukur dengan rizqi yang telah diberikan oleh Allah kepada
kita. Qona’ah berarti menjauhkan diri dari sifat ingin memiliki apa yang
dimiliki orang lain, merasa cukup dengan harta sendiri. Namun qona’ah
bukan berarti malas, tidak berusaha, seorang yang qona’ah tetap rajin
menjemput rizqi Allah, berusaha keras meningkatkan mutu kehidupan
sedangkan hasilnya diserahkan kepada Allah, sedikit atau banyak tetap
disyukuri. Namun sudah merupakan sunatullah orang yang bekerja keras dan
pintar (work hard and work smart) akan banyak berhasil ketimbang gagal,
kalaupun pernah gagal itu hanyalah pembelajaran saja sehingga bisa
berhasil di kemudian hari.
Zuhud
Zuhud artinya menjauhi. Muslim yang baik
adalah muslim yang jauh dari terlalu sibuk memikirkan dunia. Islam
adalah agama yang seimbang, seorang muslim diperbolehkan mencari
ma’isyah penghidupan di dunia namun harus tetap ingat dengan ibadah
mempersiapkan kehidupan di kampung akhirat. Dunia dan akhirat adalah dua
hal yang saling tarik menarik, bila seseorang terlalu sibuk dengan
urusan dunia, semisal pekerjaan kantor atau perdagangan, biasanya banyak
melalaikan kehidupan akhirat, lupa dengan kehidupan akhirat. Demikian
juga bila manusia terlalu sibuk dengan akhirat biasanya akan melalaikan
kegiatan bekerja mencari ma’isyah penghidupan. Islam menganjurkan agar
kita bisa membagi adil urusan dunia dan akhirat, bekerjalah untuk
duniamu seakan-akan engkau akan hidup selamanya namun bersholatlah
seakan-akan engkau akan mati besok. Idealnya adalah seorang muslim dan
muslimah sebelum bekerja niatkan bekerja itu untuk mardhatillah mencari
keridho’an Allah. Jadi bekerja lillahi ta’ala.
Amanah
Amanat adalah segala hak
yang dipertanggung jawabkan kepada seseorang, baik hak-hak itu milik
Allah (haqqullah) maupun hak hamba (haqqul adami), baik berupa pekerjaan
maupun perkataan dan kepercayaan hati. Amanat itu meliputi segala yang
diamanatkan kepada kita, bisa berupa jabatan, benda, harta atau
kepercayaan untuk melakukan sesuatu. Amanat harus kita pelihara dan
kita tunaikan dengan benar. Rasulullah SAW bersabda: ” Kamu sekalian pemimpin dan kamu sekalian
akan diminta pertanggungjawaban tentang apa yang kamu pimpin, imam
(pejabat) adalah pemimpin dan ia akan diminta pertanggungjawaban tentang
apa yang dipimpinnya, laki-laki (suami) adalah pemimpin dalam
lingkungan keluarganya, dan ia akan ditanya tentang apa yang
dipimpinnya. Perempuan (istri) juga pemimpin dalam mengendalikan rumah
tangga suaminya, dan ia juga akan ditanya tentang apa yang dipimpinnya,
dan pembantu rumah tangga juga pemimpin dalam mengawasi harta benda
majikannya, dan dia juga akan ditanya tentang apa yang dipimpinnya.”
(HR. Bukhari) Jadi semua orang akan ditanya tentang
urusannya, tentang apa yang ada dalam wilayah kekuasannya. Bila ia
seorang kepala rumah tangga akan ditanya tentang keluarganya, bila ia
seorang pejabat akan ditanya tentang tugas jabatannya apakah telah
ditunaikan dengan baik, apalagi bila ia kepala negara akan ditanya
tentang negara yang menjadi tugasnya. Pernah suatu ketika khalifah Umar bin
Khattab merasa terganggu dan bahkan selama setahun tidak bisa tidur
dengan nyenyak gara-gara seekor kambing milik peternak hilang di pinggir
sungai. Umar merasa tidak bisa melindungi keamanan harta rakyatnya
sehingga ia tidak bisa tidur sampai kambing yang hilang itu ditemukan.
Dan benar, kambing itu ditemukan 1 tahun kemudian. Demikian lah pejabat
yang amanah akan merasa peduli terhadap segala kondisi rakyat dan
negaranya. Tidak pernah mengecilkan permasalahan apalagi melempar
tanggung jawab. Allah berfirman yang artinya: ” Sesungguhnya Allah menyuruh kamu
menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu)
apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan
adil.” (S. An Nisaa: 58) Contoh indah dalam dunia Islam terjadi pada
zaman Nabi dan para sahabat, keadilan ditegakkan dengan benar, tidak
tebang pilih, yang terbukti salah dihukum dan yang terbukti tidak
bersalah dilepaskan. Pejabat, rakyat, orang kaya, orang miskin sama
kedudukannya di depan hukum Islam.
Rajaa’ dan Khauf
Rajaa’ artinya berharap sedangkan khauf
artinya takut. Manusia dalam kehidupan sehari-harinya tidak pernah lepas
dari masalah, tidak ada orang yang hidup tanpa masalah. Ada orang yang
penat karena tidak mempunyai pekerjaan, menganggur dan bosan dengan
keadaan diri, sementara orang lain ada yang sudah bekerja namun merasa
tidak cocok dengan pekerjaannya, dengan lingkungan ia bekerja, tidak
cocok dengan teman-teman satu profesi. Di sisi lain ada orang yang
bingung karena anaknya banyak, bingung memikirkan masa depan, sementara
ada orang yang bingung karena belum juga dikarunia anak. Yang bekerja
wiraswasta ingin menjadi PNS sedangkan yang pns ingin menjadi
wirasawasta. Itulah kehidupan, tak ayal lagi karena banyaknya masalah
yang muncul dalam kehidupan terkadang manusia merasa takut dengan
kehidupannya, khawatir dengan masa depannya, khawatir dengan
penghasilannya, khawatir dengan kariernya, khawatir…..khawatir. Ketakutan dan kekhawatiran itu seringkali
menimbulkan dorongan bagi manusia untuk mencari pegangan, ia mencari
harapan untuk menggantungkan diri dan kehidupannya, untuk memperbaiki
nasibnya. Nah bagi seorang muslim sudah diberikan tuntunan yang jelas
bila ia takut maka kembali kepada Tuhannya, sholat menyembah-Nya, dzikir
mengingat-Nya. Ia bersimpuh di depan Allah yang maha besar, hanya Allah
yang maha besar sedangkan selain Allah itu kecil. Masalah itu kecil,
karier itu kecil, uang itu kecil, sehingga tidak perlu lagi takut dan
khawatir kepada yang kecil-kecil. Hanya kepada Allah kita boleh takut,
takut melanggar larangan-Nya, takut mendapatkan murka-Nya. Sebab apa
yang ada dalam kehidupan dunia ada akhirnya. Karier ada akhirnya yaitu
pensiun, masalah pengangguran ada akhirnya setelah kita memperoleh
pekerjaan atau merintis usaha, masalah anak ada akhirnya setelah kita
memperoleh anak, masalah anak banyak ada akhirnya setelah anak-anak
mentas dan memperoleh pekerjaan atau merintis wirausaha. Saat memperoleh masalah, seorang muslim akan
menggantungkan dirinya total kepada Allah SWT, ia meminta pertolongan,
ia berusaha, ia berharap hanya kepada Allah. Berdo’a hanya kepada
Allah, berusaha dengan niat mencari keridhoan Allah, bertawakkal hanya
kepada Allah. Allah tidak akan menyia-nyiakan amal seorang hamba, ia
akan menjawab do’a hamba-hamba-Nya. Di sisi Allah semua masalah itu ada
solusinya. Penyakit yang divonis dokter tidak dapat diobati seperti
jantung koroner, gagal ginjal, kanker dan lain-lain, dapat sirna dan
penderita dapat sembuh sehat wal ‘afiat bila Allah menghendaki. Maka
dari itu gantungkanlah harapan kepada Allah, hanya takutlah kepada
Allah. Dengan jalan itu kita akan selamat dalam kehidupan di dunia dan
di akhirat.
Ihsan
Ihsan artinya adalah berbuat kebaikan.
Muslim yang baik selalu berusaha berbuat kebaikan untuk dirinya,
keluarganya, dan untuk orang-orang di sekitarnya. Bila ia orang yang
memiliki kelebihan harta, ia tak segan untuk mensedekahkan hartanya di
jalan Allah. Bila ia melihat tetangganya kekurangan, dengan ringan
tangannya mengulurkan bantuan uang kepadanya dalam upaya meringankan
beban hidup tetangga. Ia bantu adik-adiknya bersekolah sehingga
memperoleh ilmu yang bermanfaat. Kalau ia berwirausaha, ia niatkan
usahanya lillahi ta’ala sehingga ketika usaha telah membesar, ia bantu
saudara dan temannya untuk ikut bekerja bersamanya, bersama-sama
menjemput rizqi dari Allah. Bila seorang muslim belumlah lagi
berkelimpahan harta, yang ada hanyalah tenaga, ia sumbangkan tenaganya
untuk menolong saudara dan teman serta tetangga. Ia bantu teman dalam
membersihkan lingkungan dari sampah. Ia bantu kawan dalam membangun
rumah, ia tolong teman yang kebetulan mobilnya mogok di tengah jalan. Ia
bantu memperbaiki rumah yang bocor, atau memperbaiki masjid yang
atapnya rusak. Itu semua dengan niat lillahi ta’ala. Ia tidak
mengharapkan upah dari bantuannya, ia hanya mengharapkan ridho Allah
SWT. Orang yang ihsan tidak butuh
menampak-nampakkan amalnya, orang yang ihsan tidak meminta agar namanya
disebut-sebut. Orang yang ihsan berusaha menyembunyikan amal
kebaikannya. Ia berusaha menjauhi pujian karena semua yang ia lakukan
berlandaskan ikhlas hanya berharap kepada Allah. Orang yang betul-betul
ihsan kadangkala orang tak merasa keberadaannya, karena ia sepi dari
pamer kebaikan, namun orang akan merasa kehilangan manakala ia pergi
meninggalkan masyarakatnya. Orang yang ihsan akan menumbuhkan
kebahagiaan dalam diri dan keluarganya, menimbulkan ketenangan dalam
masyarakatnya.
Sabar
Sabar ialah tahan menderita keadaan yang
tidak disenangi dengan ridha dan menyerahkan diri kepada Allah. Bukanlah
disebut sabar, orang yang menahan diri dengan terpaksa, tetapi sabar
yang hakiki ialah sabar yang berdiri di atas kepasrahan kepada Allah dan
menerima ketetapan Allah dengan lapang dada. Nabi Muhammad bersabda: “Bersabar adalah cahaya yang gilang gemilang.” (Hadits Riwayat Muslim) Sabar merupakan modal bagi muslimin dan
muslimat untuk mencapai keberhasilan di dunia dan di akhirat, sebab
segala sesuatu pasti ada cobaannya. Orang berbuat baik juga ada
cobaannya, orang berwirausaha ada cobaannya, kondisi susah ada cobaan,
kondisi senang ada cobaan. Tidak mampu kita melalui kehidupan tanpa
modal kesabaran. Allah SWT berfirman yang artinya: “Dan sungguh akan Kami berikan cobaan
kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, keurangan harta, jiwa dan
buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang
sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka
mengucapkan :”Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun.” Mereka itulah
yang mendapat keberkahan yang sempurna dan rahmat dari Tuhannya, dan
mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.” (Surat Al Baqarah,
ayat 155-157)
Sabar dalam menghadapi tiga kenyataan:
a. Menahan diri dari segala perbuatan jahat,
dari menuruti hawa nafsu dan angkara murka. Termasuk dalam kategori ini
adalah menjauhkan diri dari perbuatan korupsi terhadap harta yang bukan
haknya. “Sorga itu dikelilingi dengan
kebencian-kebencian hawa nafsu, sedangkan neraka itu dikelilingi oleh
kesenangan-kesenangan hawa nafsu.” (Hadits Riwayat Muslim)
b. Sabar menahan kesusahan dalam menjalankan
suatu kewajiban yakni sabar dalam melakukan ibadat. Termasuk dalam
kategori ini adalah sabar dalam melakukan pekerjaan di kantor
(Karyawan), atau sabar dalam menjalani tahapan-tahapan membangun usaha
(wirausaha), tetap fokus dengan tujuan baik yang dicita-citakan. “Jadikanlah sabar dan sholat sebagai
penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali
bagi orang-orang yang khusyu’.” (QS. Al Baqarah :45)
c. Sabar untuk tidak mundur dari perjuangan
menegakkan kebenaran, seperti di kala membela kebenaran, melindungi
kemaslahatan untuk kebaikan diri, kelompok dan bangsa. “Barangsiapa yang berlatih kesabaran, maka
Allah akan menyabarkannya. Dan tidak ada seorang yang mendapat karunia
(pemberian) Allah yang lebih baik atau lebih dari pada sabar.” (HR
Bukhari)
Malu
Malu adalah sifat atau perasaan enggan
melakukan sesuatu yang rendah atau kurang sopan. Malu merupakan ciri
khas perangai manusia yang menyingkap nlai iman seseorang dan
berpengaruh bagi tinggi rendahnya akhlak seseorang. Orang yang memiliki
rasa malu, apabila melakukan sesuatu yang tidak patut baginya, maka di
wajahnya nampak berubah menjadi pucat pasi sebagai perwujudan
penyesalannya terlanjur berbuat yang tidak wajar. Itu menunjukkan hati
kecilnya hidup, batinnya suci dan bersih. Islam telah mengingatkan kepada ummatnya
agar memperhatikan rasa malu, karena rasa malu dapat meningkatkan
akhlaknya menjadi tinggi. Dan keistimewaan Islam menjadikan rasa malu
sebagai bagian dari iman, serta menjadikan akhlak mulia sebagai
keistimewaan yang menonjol. Rasulullah bersabda: “Sesungguhnya semua agama itu mempunyai akhlak, dan akhlak Islam itu perangi malu.” (HR Imam Malik) Rasa malu dapat menahan seseorang dari
berbuat sesuatu yang salah, hatinya akan menunjukkan kepadanya mana yang
benar dan mana yang salah. Rasa malu mencegah ia berlaku korupsi dan
berlaku melampaui batas. Nabi Muhammad SAW adalah seorang yang tinggi
perangainya, paling mulia akhlaknya, paling tinggi ketaatannya kepada
segala perintah Allah dan segala tugas kewajiban, dan selalu menahan
diri dari segala larangan-Nya. “Adalah Rasulullah SAW lebih pemalu dari
gadis dalam pingitan. Dan bila terjadi sesuatu yang tidak disukainya,
kami dapat mengenal dari wajahnya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Kasih Sayang
Kasih sayang adalah perasaan halus dan belas
kasihan di dalam hati yang membawa kepada berbuat amalan utama, memberi
ma’af dan berlaku baik. Kasih sayang adalah sifat keutamaan dan
ketinggian budi yang menjadikan hati mencurahkan belas kasihan kepada
segala hamba Allah, yang meliputi semua makhluk, baik manusia, binatang,
maupun tumbuh-tumbuhan. “Sayangilah orang-orang yang ada dibumi,
supaya engkau disayang oleh orang-orang yang ada di langit (yakni para
malaikat)” (HR. Thabrani) Kasih sayang itu sifat dan perbuatan yang
menambah kesempurnaan watak yang membuat seseorang merasa iba bila
melihat penderitaan melanda kehidupan makhluk, sehingga membangkitkan
rasa ingin turut berusaha menanggulangi, baik sebatas meringankan beban
si penderita maupun sampai ke batas kesempurnaannya. Sayang menyayangi, bermanis muka, kebaikan,
kebajikan dan mencintai adalah pantulan rahmat Allah yang dititipkan
kepada hati dari sebagian makhluk-Nya. “Maka disebabkan rahmat Allah, kamu berlaku
lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati
kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu
maafkanlah mereka.” (Surat Ali Imron: 159) Akhlak Islam membuat seorang selalu
berseri-seri wajahnya dalam menghadapi orang lain, karena menurut ajaran
Islam, wajah yang berseri-seri, wajah yang menampakkan kasih sayang
kepada orang lain merupakan shadaqoh. Nabi Muhammad SAW bersabda: “Dan senyumanmu untuk saudaramu adalah sedekah.” (Hadits Riwayat Ibnu Hibban dan Baihaki)
Penyantun dan Lapang Dada
Orang yang baik tidak menyimpan dendam dalam
hatinya, tidak menyimpan amarah dalam dirinya, tidak menyimpan dengki
dalam kesehariannya. Dadanya lapang dan luas dan siap menerima siapapun
sebagai temannya. Ia menyediakan banyak ruang dalam dadanya untuk
menerima kebaikan temannya. Ia tidak merasa iri dengan keberhasilan
temannya namun ia ikut merasa senang, ia ikut merasa berduka manakala
teman atau saudara sedang merugi atau gagal dalam usaha, ia bantu orang
yang sedang kesulitan. Ia dengan cepat dapat memaafkan kesalahan orang
lain. Ini adalah amalan hati yang sulit dicapai kecuali dengan latihan
dan latihan. Saat terganggu omongan orang ia tidak cepat
marah, tapi berusaha untuk menelusuri apa yang terjadi. Pernah suatu
ketika seorang arab badui mendatangi Abu Bakar Assidik, setelah bercakap
agak lama tentang suatu hal ternyata arab badui itu kemudian
mengolok-olok dan mencemooh Abu Bakar. Semula Abu Bakar mendiamkan saja
perlakuan arab badui ini, sementara rasulullah berada disisinya
menyaksikan peristiwa itu. Setelah beberapa lama dibiarkan ternyata si
arab badui ini semakin menjadi-jadi dalam mencemooh dan menghardik Abu
bakar. Abu Bakar berdiri dan bersiap membalas ucapan keras arab badui
ketika kemudian Rasulullah SAW melangkah menjauhi mereka berdua. Abu
Bakar kemudian mendekati Rasulullah dan bertanya,” Kenapa engkau
menjauhi aku yaa Rasul?” Rasulullah tersenyum dan menjawab,” Tadi saat
engkau berdiam, kulihat malaikat turun dari langit dan mementahkan
omongan orang itu, tapi saat kau bangkit dan marah serta hendak menjawab
omongan orang itu, malaikat pergi dan ia digantikan oleh setan yang
mnghembuskan amarah kepadamu. Saat itu aku menjauhimu karena tak ingin
berdekatan dengan setan.” Kisah itu menunjukkan betapa pentingnya kita
menghindarkan diri dari marah dan menjaga agar hati selalu lapang. Para
sahabat terbiasa mengucapkan alhamdulillah ketika ia dicemooh atau
dibicarakan buruk oleh orang lain. Insya Allah dosa kita akan terkurangi
bila kita bisa bersabar dari omongan buruk orang lain. Para sahabat
kala bersinggungan satu sama lain entah karena omongan atau hal lain,
terbiasa untuk saling meminta ma’af terlebih dahulu, tanpa melihat siapa
yang salah. Hatinya lapang dan mudah mema’afkan. Wallahu a’lam bi
shawab.
Membina Persaudaraan
Seorang muslim yang baik selalu berusaha
membina persaudaraan. Ia terbiasa salam berucap salam manakala bertemu
di jalan, ia sering bersilaturahmi kepada saudaranya. Semua muslim
bersaudara bagaikan tubuh yang satu (al muslimuun kal jasadil wahid),
saudara muslim yang satu akan merasakan sakit manakala saudara muslim
lain di daerah /belahan negara lain mendapatkan musilbah. Ia siap
membantu saudaranya bila mendapatkan cobaan. Seorang muslim yang baik
selalu mengesampingkan perbedaan dan mengutamakan persamaan dalam
membantu saudaranya. Umat muslim mungkin terbagi bagi kedalam kelompok
ras, suku, madhab, bahkan aliran yang berbeda, namun itu semua haruslah
dikesampingkan, ingatlah bahwa kita sama-sama mengucapkan La ilaha illa
Allah Muhammadur rasulullah, berarti kita saudara, kita dipersatukan
oleh kalimat syahadat ini untuk bersama-sama meraih ridho Allah SWT. Bangsa arab sendiri tadinya berpecah belah
karena suku namun menjadi satu dengan datangnya Islam. Islam
mempersatukan manusia dalam ikatan agama dan mengesampingkan perbedaan
warna kulit dan suku, inilah indahnya Islam, berabad-abad yang lalu
sudah menonjolkan persamaan derajat sesama manusia. Kaum muslimin
hendaknya saling berkasih sayang dan saling tolong menolong dalam
kebaikan untuk meraih ridho Allah.
Persatuan
Dunia Islam sekarang banyak dilanda cobaan,
mulai dari bencana alam di Indonesia (gempa sumbar), penjajahan oleh
orang barat secara berjama’ah seperti yang terjadi di Afghanistan, Irak
dan sebentar lagi Iran, penjajahan terhadap muslim chechnya, juga
gempuran Israel terhadap Palestina. Hingga saudara muslim Palestina
mempertanyakan ‘ainal ukhuwwah dimanakan ukhuwwah itu? Tak heran kalau
negara-negara berpenduduk mayoritas Islam ini selalu diperebutkan oleh
barat dari dulu hingga sekarang, karena negara-negara muslim ini
kebanyakan dianugerahi dengan kekayaan alam, seperti minyak, emas dan
lain-lain bahan tambang. Negara-negara Muslim ini bagaikan roti yang
terlihat enak sehingga membuat negara-negara barat meneteskan air
liurnya. Lalu siapakah yang akan membantu
saudara-saudara kita sesama muslim itu dari cobaan kelaparan, kehausan,
penderitaan kalau bukan kita sesama muslim. Saat ini persatuan umat
Islam sangatlah diuji, akankah kita biarkan saudara-saudara kita di
belahan bumi lain menderita? Sudah saatnya kita bangkit dan membina
persatuan, tidak lagi melihat latar belakang perbedaan namun lebih
melihat pada kesamaan nasib dan keimanan. Sudah saatnya kita saling
bantu membantu dalam perekonomian, ilmu pengetahuan, kesejahteraan,
keamanan dan lain sebagainya. Bantulah dengan harta bila kita mampu,
dengan tenaga atau setidaknya dengan do’a.
Ilmu dan Akal
Sayyidina Ali pernah ditanya apabila
ditawarkan kepadanya ilmu atau harta, manakah yang hendak dipilihnya?
Dengan jelas dan tegas sahabat Ali menjawab aku akan memilih ilmu,
karena kalau aku memilih harta maka aku harus sibuk mempertahankan dan
melindunginya. Sedangkan ilmu, ialah yang akan melindungiku. Ilmu sangat
dibutuhkan dalam kehidupan manusia, untuk menjadi sehat ada ilmunya,
untuk menjadi kaya ada ilmunya, untuk menjadi berhasil ada ilmunya,
untuk mendidik anak dibutuhkan ilmunya, semua ada ilmunya. Itulah
mengapa Islam menempatkan kedudukan ilmu di tempat yang tinggi. Sampai
Nabi menganjurkan ummat Islam agar selalu menuntut ilmu. “Tuntutlah ilmu
sampai ke negeri china” Dan bahkan ayat suci Al Qur’an yang pertama
kali turun adalah perintah membaca Iqra’. Agama Islam merupakan agama yang pasti
sejalan dengan akal dan logika, banyak teori fisika dan matematika
terbukti sesuai dengan ayat suci Al Qur’an. Umat Islam jaman dahulu
banyak yang berhasil menggali kandungan ilmu hingga tingkatan tinggi
seperti Ibnu Sina dengan matematika, Ibnul Qayyim al Jauziyyah dengan
ilmu pengobatan, Al Jabar dengan matematikanya , Ibnu Khaldun dengan
ilmu sosialnya dan lain . Demikian tingginya ilmu cendekiawan Islam
waktu itu hingga pada akhir masa kekhalifahan, peradaban Ilmu Islam
kemudian di terjemahkan ke dalam kitab-kitab orang Eropa dan
dikembangkan hingga menjadi seperti sekarang. Semangat mencari ilmu yang dicontohkan oleh
para sahabat dan cendekiawan muslim ini hendaklah kita miliki sehingga
semakin banyak ummat Islam yang pandai dan semakin majulah peradaban
ummat Islam. Mencari ilmu tidak selalu harus menempuh jalur formal di
perguruan tinggi, bagi yang tidak mampu bisa menambah ilmunya via
internet. Bahkan menjaring ilmu di internet lebih cepat menjadikan orang
pintar ketimbang kuliah secara formal. Sekolah di rumah juga semakin
merebak (homeschooling) dan hasilnya tidak kalah dengan sekolah formal.
Nilai Waktu dan Mensyukuri Ni’mat Umur
Waktu bagaikan sebuah pedang, kalau kita
tidak dapat menggunakannya dengan baik, ia akan melukai kita. Demikian
merupakan pesan yang diucapkan oleh Umar Khattab r.a. Kemarin kita masih
anak-anak, eh sekarang sudah punya anak. Rasa-rasanya baru kemarin saya
lulus kuliah, eh sekarang kok sudah umur 50 -an. Hidup di dunia ini
kalau tidak kita cermati dan kita manfaatkan akan berjalan dengan cepat.
Umur yang kelihatannya panjang sampai puluhan tahun berjalan dengan
cepat, apalagi kalau kita tidak mempunyai target dalam kehidupan, semua
terlihat berjalan dengan cepat. Seorang teman pernah bercerita ia suatu
saat mengantar seorang pejabat sebuah departemen yang baru saja pensiun
dan pulang ke kampung halamannya di Yogyakarta. Dalam perjalanan, sang
mantan pejabat ini berkata,” Sudah lama saya tinggalkan kampung halaman,
saat saya berangkat ke luar Jawa untuk menduduki jabatan, saya
tinggalkan anak-anak saya bersama ibunya di Yogya. Saat itu anak saya
masih TK, ibunya yang membesarkan sampai mereka lulus kuliah. Eh
sekarang saya udah pensiun, anak-anak sudah pada kerja, berkeluarga dan
bahkan hidup di kota lain. Saya tidak sempat melihat mereka tumbuh dan
berkembang.” Teman saya berurai air mata mendengar penuturan si bapak
dan bersyukur betapa Yang Maha Kuasa telah memberinya nikmat yang tiada
terkira dengan membiarkannya melihat pertumbuhan anak-anak dari kecil
hingga dewasa, mengantar mereka sekolah, bercengkerama dengan mereka,
menemani mereka hingga mentas, meskipun ia bukanlah pejabat, meskipun ia
hanyalah staff pelaksana di kantor.
Saudaraku, hidup adalah anugerah. Kita
diberikan pilihan dalam mengarungi hidup ini, maka dari itu kita harus
sadar untuk apa kita hidup. Bijaksanalah dalam memanfaatkan waktu dalam
kehidupan karena setelah berlalu, waktu tak akan pernah mundur ke
belakang. Memanfaatkan waktu untuk bekerja, berwirausaha dengan niat
mencari penghidupan lillahi ta’ala merupakan salah satu bentuk ibadah,
menjalani ibadah sholat, zakat, haji juga merupakan ibadah yang baik dan
berguna bagi hidup kita. Menikah dan membesarkan anak-anak mengajari
mereka berbuat kebaikan juga merupakan ibadah. Mengisi hidup dengan
ibadah merupakan pilihan yang tepat dengan harapan akan memperoleh surga
di dunia dan surga di akhirat. Apakah surga di dunia itu? Manakala kita
bisa menikmati kehidupan dengan penuh rasa kesyukuran, dengan
terpenuhinya kebutuhan dari hasil usaha dan kerja yang menghasilkan
rizqi barakah, mempunyai bekal dalam beribadah kepada Allah. Dan apakah
surga akhirat itu? Yaitu saat kita melangkahkan kaki masuk ke dalam
surga yang di dalamnyaterdapat keindahan yang belum pernah kita lihat
belum pernah kita dengar, surga yang penuh dengan kehijauan dan
dibawahnya mengalir sungai-sungai. Dan keindahan yang paling utama saat
kita memperoleh kenikmatan berjumpa dan melihat Allah secara langsung.
Semoga kita diberikan kemampuan untuk memperoleh itu semua.
Allahumma
Amien.
------------------------------------------------------------------------------------------------
Disarikan dari Kitab Khuluqul Muslim karya Muhammad Al Ghazali
0 komentar:
Posting Komentar