Kamis, 08 November 2012

Mengisi Hidup Dengan Ibadah

Akhlaqul Karimah

Bu’itsu liutamimma makarimal akhlaq

“Tidaklah Aku menyuruhmu Muhammad, kecuali untuk menyempurnakan akhlaq yang mulia.”

Satu hal penting dalam Islam adalah akhlaq, kedudukan akhlaq dalam Islam adalah bagaikan buah dari pohon. Seorang muslim yang telah melatih dirinya dalam sholat dan puasa dengan benar akan menjadi Muslim yang berakhlaq mulia. Sholat, zakat, puasa merupakan tarbiyah atau latihan dalam mendidik diri menjadi insan yang berakhlaq mulia (berbudi pekerti)


Apa sajakah Akhlaq seorang muslim itu? Khuluqul Muslim dijabarkan sebagai berikut:

Ikhlas
Ikhlas merupakan suasana hati seorang muslim yang kosong dari keinginan-keinginan duniawi seperti mendapatkan pujian, memperoleh penghargaan, supaya tampak baik di mata orang lain, ikhlas adalah hati yang menggerakkan badan agar melakukan perbuatan baik dengan niat murni lillahi ta’ala hanya mengharap keridho’an Allah ‘Azza wa Jalla. Bukanlah perbuatan ikhlas kalau kita beribadah supaya dilihat mertua, juga bukan ikhlas kalau kita bekerja dengan baik agar bos senang, bercakap manis agar atasan suka, ini berarti masih menggantungkan harapan kepada selain Allah. Muslim yang ikhlas hanya bergantung pada Allah, bekerja untuk mencari nafkah keluarga dengan niatan hanya karena Allah. Beribadah ikhlas walaupun tidak dilihat manusia bahkan di tempat tersembunyi sekalipun, hanya semata-mata mengharap keridho’an Allah.

Qona’ah
Seorang muslim yang qona’ah selalu mencukupkan apa yang ada, tidak ngoyo dalam mencari harta dunia, jauh dari sifat menghalalkan segala macam cara untuk meraih harta. Qona’ah berarti bersyukur dengan rizqi yang telah diberikan oleh Allah kepada kita. Qona’ah berarti menjauhkan diri dari sifat ingin memiliki apa yang dimiliki orang lain, merasa cukup dengan harta sendiri. Namun qona’ah bukan berarti malas, tidak berusaha, seorang yang qona’ah tetap rajin menjemput rizqi Allah, berusaha keras meningkatkan mutu kehidupan sedangkan hasilnya diserahkan kepada Allah, sedikit atau banyak tetap disyukuri. Namun sudah merupakan sunatullah orang yang bekerja keras dan pintar (work hard and work smart) akan banyak berhasil ketimbang gagal, kalaupun pernah gagal itu hanyalah pembelajaran saja sehingga bisa berhasil di kemudian hari.

Zuhud
Zuhud artinya menjauhi. Muslim yang baik adalah muslim yang jauh dari terlalu sibuk memikirkan dunia. Islam adalah agama yang seimbang, seorang muslim diperbolehkan mencari ma’isyah penghidupan di dunia namun harus tetap ingat dengan ibadah mempersiapkan kehidupan di kampung akhirat. Dunia dan akhirat adalah dua hal yang saling tarik menarik, bila seseorang terlalu sibuk dengan urusan dunia, semisal pekerjaan kantor atau perdagangan, biasanya banyak melalaikan kehidupan akhirat, lupa dengan kehidupan akhirat. Demikian juga bila manusia terlalu sibuk dengan akhirat biasanya akan melalaikan kegiatan bekerja mencari ma’isyah penghidupan. Islam menganjurkan agar kita bisa membagi adil urusan dunia dan akhirat, bekerjalah untuk duniamu seakan-akan engkau akan hidup selamanya namun bersholatlah seakan-akan engkau akan mati besok. Idealnya adalah seorang muslim dan muslimah sebelum bekerja niatkan bekerja itu untuk mardhatillah mencari keridho’an Allah. Jadi bekerja lillahi ta’ala.

Amanah
Amanat adalah segala hak yang dipertanggung jawabkan kepada seseorang, baik hak-hak itu milik Allah (haqqullah) maupun hak hamba (haqqul adami), baik berupa pekerjaan maupun perkataan dan kepercayaan hati. Amanat itu meliputi segala yang diamanatkan kepada kita, bisa berupa jabatan, benda, harta atau kepercayaan untuk melakukan sesuatu. Amanat harus kita pelihara dan kita tunaikan dengan benar. Rasulullah SAW bersabda: ” Kamu sekalian pemimpin dan kamu sekalian akan diminta pertanggungjawaban tentang apa yang kamu pimpin, imam (pejabat) adalah pemimpin dan ia akan diminta pertanggungjawaban tentang apa yang dipimpinnya, laki-laki (suami) adalah pemimpin dalam lingkungan keluarganya, dan ia akan ditanya tentang apa yang dipimpinnya. Perempuan (istri) juga pemimpin dalam mengendalikan rumah tangga suaminya, dan ia juga akan ditanya tentang apa yang dipimpinnya, dan pembantu rumah tangga juga pemimpin dalam mengawasi harta benda majikannya, dan dia juga akan ditanya tentang apa yang dipimpinnya.” (HR. Bukhari) Jadi semua orang akan ditanya tentang urusannya, tentang apa yang ada dalam wilayah kekuasannya. Bila ia seorang kepala rumah tangga akan ditanya tentang keluarganya, bila ia seorang pejabat akan ditanya tentang tugas jabatannya apakah telah ditunaikan dengan baik, apalagi bila ia kepala negara akan ditanya tentang negara yang menjadi tugasnya. Pernah suatu ketika khalifah Umar bin Khattab merasa terganggu dan bahkan selama setahun tidak bisa tidur dengan nyenyak gara-gara seekor kambing milik peternak hilang di pinggir sungai. Umar merasa tidak bisa melindungi keamanan harta rakyatnya sehingga ia tidak bisa tidur sampai kambing yang hilang itu ditemukan. Dan benar, kambing itu ditemukan 1 tahun kemudian. Demikian lah pejabat yang amanah akan merasa peduli terhadap segala kondisi rakyat dan negaranya. Tidak pernah mengecilkan permasalahan apalagi melempar tanggung jawab. Allah berfirman yang artinya: ” Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil.” (S. An Nisaa: 58) Contoh indah dalam dunia Islam terjadi pada zaman Nabi dan para sahabat, keadilan ditegakkan dengan benar, tidak tebang pilih, yang terbukti salah dihukum dan yang terbukti tidak bersalah dilepaskan. Pejabat, rakyat, orang kaya, orang miskin sama kedudukannya di depan hukum Islam.

Rajaa’ dan Khauf
Rajaa’ artinya berharap sedangkan khauf artinya takut. Manusia dalam kehidupan sehari-harinya tidak pernah lepas dari masalah, tidak ada orang yang hidup tanpa masalah. Ada orang yang penat karena tidak mempunyai pekerjaan, menganggur dan bosan dengan keadaan diri, sementara orang lain ada yang sudah bekerja namun merasa tidak cocok dengan pekerjaannya, dengan lingkungan ia bekerja, tidak cocok dengan teman-teman satu profesi. Di sisi lain ada orang yang bingung karena anaknya banyak, bingung memikirkan masa depan, sementara ada orang yang bingung karena belum juga dikarunia anak. Yang bekerja wiraswasta ingin menjadi PNS sedangkan yang pns ingin menjadi wirasawasta. Itulah kehidupan, tak ayal lagi karena banyaknya masalah yang muncul dalam kehidupan terkadang manusia merasa takut dengan kehidupannya, khawatir dengan masa depannya, khawatir dengan penghasilannya, khawatir dengan kariernya, khawatir…..khawatir. Ketakutan dan kekhawatiran itu seringkali menimbulkan dorongan bagi manusia untuk mencari pegangan, ia mencari harapan untuk menggantungkan diri dan kehidupannya, untuk memperbaiki nasibnya. Nah bagi seorang muslim sudah diberikan tuntunan yang jelas bila ia takut maka kembali kepada Tuhannya, sholat menyembah-Nya, dzikir mengingat-Nya. Ia bersimpuh di depan Allah yang maha besar, hanya Allah yang maha besar sedangkan selain Allah itu kecil. Masalah itu kecil, karier itu kecil, uang itu kecil, sehingga tidak perlu lagi takut dan khawatir kepada yang kecil-kecil. Hanya kepada Allah kita boleh takut, takut melanggar larangan-Nya, takut mendapatkan murka-Nya. Sebab apa yang ada dalam kehidupan dunia ada akhirnya. Karier ada akhirnya yaitu pensiun, masalah pengangguran ada akhirnya setelah kita memperoleh pekerjaan atau merintis usaha, masalah anak ada akhirnya setelah kita memperoleh anak, masalah anak banyak ada akhirnya setelah anak-anak mentas dan memperoleh pekerjaan atau merintis wirausaha. Saat memperoleh masalah, seorang muslim akan menggantungkan dirinya total kepada Allah SWT, ia meminta pertolongan, ia berusaha, ia berharap hanya kepada Allah. Berdo’a hanya kepada Allah, berusaha dengan niat mencari keridhoan Allah, bertawakkal hanya kepada Allah. Allah tidak akan menyia-nyiakan amal seorang hamba, ia akan menjawab do’a hamba-hamba-Nya. Di sisi Allah semua masalah itu ada solusinya. Penyakit yang divonis dokter tidak dapat diobati seperti jantung koroner, gagal ginjal, kanker dan lain-lain, dapat sirna dan penderita dapat sembuh sehat wal ‘afiat bila Allah menghendaki. Maka dari itu gantungkanlah harapan kepada Allah, hanya takutlah kepada Allah. Dengan jalan itu kita akan selamat dalam kehidupan di dunia dan di akhirat.

Ihsan
Ihsan artinya adalah berbuat kebaikan. Muslim yang baik selalu berusaha berbuat kebaikan untuk dirinya, keluarganya, dan untuk orang-orang di sekitarnya. Bila ia orang yang memiliki kelebihan harta, ia tak segan untuk mensedekahkan hartanya di jalan Allah. Bila ia melihat tetangganya kekurangan, dengan ringan tangannya mengulurkan bantuan uang kepadanya dalam upaya meringankan beban hidup tetangga. Ia bantu adik-adiknya bersekolah sehingga memperoleh ilmu yang bermanfaat. Kalau ia berwirausaha, ia niatkan usahanya lillahi ta’ala sehingga ketika usaha telah membesar, ia bantu saudara dan temannya untuk ikut bekerja bersamanya, bersama-sama menjemput rizqi dari Allah. Bila seorang muslim belumlah lagi berkelimpahan harta, yang ada hanyalah tenaga, ia sumbangkan tenaganya untuk menolong saudara dan teman serta tetangga. Ia bantu teman dalam membersihkan lingkungan dari sampah. Ia bantu kawan dalam membangun rumah, ia tolong teman yang kebetulan mobilnya mogok di tengah jalan. Ia bantu memperbaiki rumah yang bocor, atau memperbaiki masjid yang atapnya rusak. Itu semua dengan niat lillahi ta’ala. Ia tidak mengharapkan upah dari bantuannya, ia hanya mengharapkan ridho Allah SWT. Orang yang ihsan tidak butuh menampak-nampakkan amalnya, orang yang ihsan tidak meminta agar namanya disebut-sebut. Orang yang ihsan berusaha menyembunyikan amal kebaikannya. Ia berusaha menjauhi pujian karena semua yang ia lakukan berlandaskan ikhlas hanya berharap kepada Allah. Orang yang betul-betul ihsan kadangkala orang tak merasa keberadaannya, karena ia sepi dari pamer kebaikan, namun orang akan merasa kehilangan manakala ia pergi meninggalkan masyarakatnya. Orang yang ihsan akan menumbuhkan kebahagiaan dalam diri dan keluarganya, menimbulkan ketenangan dalam masyarakatnya.

Sabar
Sabar ialah tahan menderita keadaan yang tidak disenangi dengan ridha dan menyerahkan diri kepada Allah. Bukanlah disebut sabar, orang yang menahan diri dengan terpaksa, tetapi sabar yang hakiki ialah sabar yang berdiri di atas kepasrahan kepada Allah dan menerima ketetapan Allah dengan lapang dada. Nabi Muhammad bersabda: “Bersabar adalah cahaya yang gilang gemilang.” (Hadits Riwayat Muslim) Sabar merupakan modal bagi muslimin dan muslimat untuk mencapai keberhasilan di dunia dan di akhirat, sebab segala sesuatu pasti ada cobaannya. Orang berbuat baik juga ada cobaannya, orang berwirausaha ada cobaannya, kondisi susah ada cobaan, kondisi senang ada cobaan. Tidak mampu kita melalui kehidupan tanpa modal kesabaran. Allah SWT berfirman yang artinya: “Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, keurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan :”Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun.” Mereka itulah yang mendapat keberkahan yang sempurna dan rahmat dari Tuhannya, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.” (Surat Al Baqarah, ayat 155-157)

Sabar dalam menghadapi tiga kenyataan:

a. Menahan diri dari segala perbuatan jahat, dari menuruti hawa nafsu dan angkara murka. Termasuk dalam kategori ini adalah menjauhkan diri dari perbuatan korupsi terhadap harta yang bukan haknya. “Sorga itu dikelilingi dengan kebencian-kebencian hawa nafsu, sedangkan neraka itu dikelilingi oleh kesenangan-kesenangan hawa nafsu.” (Hadits Riwayat Muslim)

b. Sabar menahan kesusahan dalam menjalankan suatu kewajiban yakni sabar dalam melakukan ibadat. Termasuk dalam kategori ini adalah sabar dalam melakukan pekerjaan di kantor (Karyawan), atau sabar dalam menjalani tahapan-tahapan membangun usaha (wirausaha), tetap fokus dengan tujuan baik yang dicita-citakan. “Jadikanlah sabar dan sholat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu’.” (QS. Al Baqarah :45)

c. Sabar untuk tidak mundur dari perjuangan menegakkan kebenaran, seperti di kala membela kebenaran, melindungi kemaslahatan untuk kebaikan diri, kelompok dan bangsa. “Barangsiapa yang berlatih kesabaran, maka Allah akan menyabarkannya. Dan tidak ada seorang yang mendapat karunia (pemberian) Allah yang lebih baik atau lebih dari pada sabar.” (HR Bukhari)

Malu
Malu adalah sifat atau perasaan enggan melakukan sesuatu yang rendah atau kurang sopan. Malu merupakan ciri khas perangai manusia yang menyingkap nlai iman seseorang dan berpengaruh bagi tinggi rendahnya akhlak seseorang. Orang yang memiliki rasa malu, apabila melakukan sesuatu yang tidak patut baginya, maka di wajahnya nampak berubah menjadi pucat pasi sebagai perwujudan penyesalannya terlanjur berbuat yang tidak wajar. Itu menunjukkan hati kecilnya hidup, batinnya suci dan bersih. Islam telah mengingatkan kepada ummatnya agar memperhatikan rasa malu, karena rasa malu dapat meningkatkan akhlaknya menjadi tinggi. Dan keistimewaan Islam menjadikan rasa malu sebagai bagian dari iman, serta menjadikan akhlak mulia sebagai keistimewaan yang menonjol. Rasulullah bersabda: “Sesungguhnya semua agama itu mempunyai akhlak, dan akhlak Islam itu perangi malu.” (HR Imam Malik) Rasa malu dapat menahan seseorang dari berbuat sesuatu yang salah, hatinya akan menunjukkan kepadanya mana yang benar dan mana yang salah. Rasa malu mencegah ia berlaku korupsi dan berlaku melampaui batas. Nabi Muhammad SAW adalah seorang yang tinggi perangainya, paling mulia akhlaknya, paling tinggi ketaatannya kepada segala perintah Allah dan segala tugas kewajiban, dan selalu menahan diri dari segala larangan-Nya. “Adalah Rasulullah SAW lebih pemalu dari gadis dalam pingitan. Dan bila terjadi sesuatu yang tidak disukainya, kami dapat mengenal dari wajahnya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Kasih Sayang
Kasih sayang adalah perasaan halus dan belas kasihan di dalam hati yang membawa kepada berbuat amalan utama, memberi ma’af dan berlaku baik. Kasih sayang adalah sifat keutamaan dan ketinggian budi yang menjadikan hati mencurahkan belas kasihan kepada segala hamba Allah, yang meliputi semua makhluk, baik manusia, binatang, maupun tumbuh-tumbuhan. “Sayangilah orang-orang yang ada dibumi, supaya engkau disayang oleh orang-orang yang ada di langit (yakni para malaikat)” (HR. Thabrani) Kasih sayang itu sifat dan perbuatan yang menambah kesempurnaan watak yang membuat seseorang merasa iba bila melihat penderitaan melanda kehidupan makhluk, sehingga membangkitkan rasa ingin turut berusaha menanggulangi, baik sebatas meringankan beban si penderita maupun sampai ke batas kesempurnaannya. Sayang menyayangi, bermanis muka, kebaikan, kebajikan dan mencintai adalah pantulan rahmat Allah yang dititipkan kepada hati dari sebagian makhluk-Nya. “Maka disebabkan rahmat Allah, kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka.” (Surat Ali Imron: 159)  Akhlak Islam membuat seorang selalu berseri-seri wajahnya dalam menghadapi orang lain, karena menurut ajaran Islam, wajah yang berseri-seri, wajah yang menampakkan kasih sayang kepada orang lain merupakan shadaqoh. Nabi Muhammad SAW bersabda: “Dan senyumanmu untuk saudaramu adalah sedekah.” (Hadits Riwayat Ibnu Hibban dan Baihaki)

Penyantun dan Lapang Dada
Orang yang baik tidak menyimpan dendam dalam hatinya, tidak menyimpan amarah dalam dirinya, tidak menyimpan dengki dalam kesehariannya. Dadanya lapang dan luas dan siap menerima siapapun sebagai temannya. Ia menyediakan banyak ruang dalam dadanya untuk menerima kebaikan temannya. Ia tidak merasa iri dengan keberhasilan temannya namun ia ikut merasa senang, ia ikut merasa berduka manakala teman atau saudara sedang merugi atau gagal dalam usaha, ia bantu orang yang sedang kesulitan. Ia dengan cepat dapat memaafkan kesalahan orang lain. Ini adalah amalan hati yang sulit dicapai kecuali dengan latihan dan latihan. Saat terganggu omongan orang ia tidak cepat marah, tapi berusaha untuk menelusuri apa yang terjadi. Pernah suatu ketika seorang arab badui mendatangi Abu Bakar Assidik, setelah bercakap agak lama tentang suatu hal ternyata arab badui itu kemudian mengolok-olok dan mencemooh Abu Bakar. Semula Abu Bakar mendiamkan saja perlakuan arab badui ini, sementara rasulullah berada disisinya menyaksikan peristiwa itu. Setelah beberapa lama dibiarkan ternyata si arab badui ini semakin menjadi-jadi dalam mencemooh dan menghardik Abu bakar. Abu Bakar berdiri dan bersiap membalas ucapan keras arab badui ketika kemudian Rasulullah SAW melangkah menjauhi mereka berdua. Abu Bakar kemudian mendekati Rasulullah dan bertanya,” Kenapa engkau menjauhi aku yaa Rasul?” Rasulullah tersenyum dan menjawab,” Tadi saat engkau berdiam, kulihat malaikat turun dari langit dan mementahkan omongan orang itu, tapi saat kau bangkit dan marah serta hendak menjawab omongan orang itu, malaikat pergi dan ia digantikan oleh setan yang mnghembuskan amarah kepadamu. Saat itu aku menjauhimu karena tak ingin berdekatan dengan setan.” Kisah itu menunjukkan betapa pentingnya kita menghindarkan diri dari marah dan menjaga agar hati selalu lapang. Para sahabat terbiasa mengucapkan alhamdulillah ketika ia dicemooh atau dibicarakan buruk oleh orang lain. Insya Allah dosa kita akan terkurangi bila kita bisa bersabar dari omongan buruk orang lain. Para sahabat kala bersinggungan satu sama lain entah karena omongan atau hal lain, terbiasa untuk saling meminta ma’af terlebih dahulu, tanpa melihat siapa yang salah. Hatinya lapang dan mudah mema’afkan. Wallahu a’lam bi shawab.

Membina Persaudaraan
Seorang muslim yang baik selalu berusaha membina persaudaraan. Ia terbiasa salam berucap salam manakala bertemu di jalan, ia sering bersilaturahmi kepada saudaranya. Semua muslim bersaudara bagaikan tubuh yang satu (al muslimuun kal jasadil wahid), saudara muslim yang satu akan merasakan sakit manakala saudara muslim lain di daerah /belahan negara lain mendapatkan musilbah. Ia siap membantu saudaranya bila mendapatkan cobaan. Seorang muslim yang baik selalu mengesampingkan perbedaan dan mengutamakan persamaan dalam membantu saudaranya. Umat muslim mungkin terbagi bagi kedalam kelompok ras, suku, madhab, bahkan aliran yang berbeda, namun itu semua haruslah dikesampingkan, ingatlah bahwa kita sama-sama mengucapkan La ilaha illa Allah Muhammadur rasulullah, berarti kita saudara, kita dipersatukan oleh kalimat syahadat ini untuk bersama-sama meraih ridho Allah SWT. Bangsa arab sendiri tadinya berpecah belah karena suku namun menjadi satu dengan datangnya Islam. Islam mempersatukan manusia dalam ikatan agama dan mengesampingkan perbedaan warna kulit dan suku, inilah indahnya Islam, berabad-abad yang lalu sudah menonjolkan persamaan derajat sesama manusia. Kaum muslimin hendaknya saling berkasih sayang dan saling tolong menolong dalam kebaikan untuk meraih ridho Allah. 

Persatuan
Dunia Islam sekarang banyak dilanda cobaan, mulai dari bencana alam di Indonesia (gempa sumbar), penjajahan oleh orang barat secara berjama’ah seperti yang terjadi di Afghanistan, Irak dan sebentar lagi Iran, penjajahan terhadap muslim chechnya, juga gempuran Israel terhadap Palestina. Hingga saudara muslim Palestina mempertanyakan ‘ainal ukhuwwah dimanakan ukhuwwah itu? Tak heran kalau negara-negara berpenduduk mayoritas Islam ini selalu diperebutkan oleh barat dari dulu hingga sekarang, karena negara-negara muslim ini kebanyakan dianugerahi dengan kekayaan alam, seperti minyak, emas dan lain-lain bahan tambang. Negara-negara Muslim ini bagaikan roti yang terlihat enak sehingga membuat negara-negara barat meneteskan air liurnya. Lalu siapakah yang akan membantu saudara-saudara kita sesama muslim itu dari cobaan kelaparan, kehausan, penderitaan kalau bukan kita sesama muslim. Saat ini persatuan umat Islam sangatlah diuji, akankah kita biarkan saudara-saudara kita di belahan bumi lain menderita? Sudah saatnya kita bangkit dan membina persatuan, tidak lagi melihat latar belakang perbedaan namun lebih melihat pada kesamaan nasib dan keimanan. Sudah saatnya kita saling bantu membantu dalam perekonomian, ilmu pengetahuan, kesejahteraan, keamanan dan lain sebagainya. Bantulah dengan harta bila kita mampu, dengan tenaga atau setidaknya dengan do’a.

Ilmu dan Akal
Sayyidina Ali pernah ditanya apabila ditawarkan kepadanya ilmu atau harta, manakah yang hendak dipilihnya? Dengan jelas dan tegas sahabat Ali menjawab aku akan memilih ilmu, karena kalau aku memilih harta maka aku harus sibuk mempertahankan dan melindunginya. Sedangkan ilmu, ialah yang akan melindungiku. Ilmu sangat dibutuhkan dalam kehidupan manusia, untuk menjadi sehat ada ilmunya, untuk menjadi kaya ada ilmunya, untuk menjadi berhasil ada ilmunya, untuk mendidik anak dibutuhkan ilmunya, semua ada ilmunya. Itulah mengapa Islam menempatkan kedudukan ilmu di tempat yang tinggi. Sampai Nabi menganjurkan ummat Islam agar selalu menuntut ilmu. “Tuntutlah ilmu sampai ke negeri china” Dan bahkan ayat suci Al Qur’an yang pertama kali turun adalah perintah membaca Iqra’. Agama Islam merupakan agama yang pasti sejalan dengan akal dan logika, banyak teori fisika dan matematika terbukti sesuai dengan ayat suci Al Qur’an. Umat Islam jaman dahulu banyak yang berhasil menggali kandungan ilmu hingga tingkatan tinggi seperti Ibnu Sina dengan matematika, Ibnul Qayyim al Jauziyyah dengan ilmu pengobatan, Al Jabar dengan matematikanya , Ibnu Khaldun dengan ilmu sosialnya dan lain . Demikian tingginya ilmu cendekiawan Islam waktu itu hingga pada akhir masa kekhalifahan, peradaban Ilmu Islam kemudian di terjemahkan ke dalam kitab-kitab orang Eropa dan dikembangkan hingga menjadi seperti sekarang. Semangat mencari ilmu yang dicontohkan oleh para sahabat dan cendekiawan muslim ini hendaklah kita miliki sehingga semakin banyak ummat Islam yang pandai dan semakin majulah peradaban ummat Islam. Mencari ilmu tidak selalu harus menempuh jalur formal di perguruan tinggi, bagi yang tidak mampu bisa menambah ilmunya via internet. Bahkan menjaring ilmu di internet lebih cepat menjadikan orang pintar ketimbang kuliah secara formal. Sekolah di rumah juga semakin merebak (homeschooling) dan hasilnya tidak kalah dengan sekolah formal.

Nilai Waktu dan Mensyukuri Ni’mat Umur
Waktu bagaikan sebuah pedang, kalau kita tidak dapat menggunakannya dengan baik, ia akan melukai kita. Demikian merupakan pesan yang diucapkan oleh Umar Khattab r.a. Kemarin kita masih anak-anak, eh sekarang sudah punya anak. Rasa-rasanya baru kemarin saya lulus kuliah, eh sekarang kok sudah umur 50 -an. Hidup di dunia ini kalau tidak kita cermati dan kita manfaatkan akan berjalan dengan cepat. Umur yang kelihatannya panjang sampai puluhan tahun berjalan dengan cepat, apalagi kalau kita tidak mempunyai target dalam kehidupan, semua terlihat berjalan dengan cepat. Seorang teman pernah bercerita ia suatu saat mengantar seorang pejabat sebuah departemen yang baru saja pensiun dan pulang ke kampung halamannya di Yogyakarta. Dalam perjalanan, sang mantan pejabat ini berkata,” Sudah lama saya tinggalkan kampung halaman, saat saya berangkat ke luar Jawa untuk menduduki jabatan, saya tinggalkan anak-anak saya bersama ibunya di Yogya. Saat itu anak saya masih TK, ibunya yang membesarkan sampai mereka lulus kuliah. Eh sekarang saya udah pensiun, anak-anak sudah pada kerja, berkeluarga dan bahkan hidup di kota lain. Saya tidak sempat melihat mereka tumbuh dan berkembang.” Teman saya berurai air mata mendengar penuturan si bapak dan bersyukur betapa Yang Maha Kuasa telah memberinya nikmat yang tiada terkira dengan membiarkannya melihat pertumbuhan anak-anak dari kecil hingga dewasa, mengantar mereka sekolah, bercengkerama dengan mereka, menemani mereka hingga mentas, meskipun ia bukanlah pejabat, meskipun ia hanyalah staff pelaksana di kantor. 

Saudaraku, hidup adalah anugerah. Kita diberikan pilihan dalam mengarungi hidup ini, maka dari itu kita harus sadar untuk apa kita hidup. Bijaksanalah dalam memanfaatkan waktu dalam kehidupan karena setelah berlalu, waktu tak akan pernah mundur ke belakang. Memanfaatkan waktu untuk bekerja, berwirausaha dengan niat mencari penghidupan lillahi ta’ala merupakan salah satu bentuk ibadah, menjalani ibadah sholat, zakat, haji juga merupakan ibadah yang baik dan berguna bagi hidup kita. Menikah dan membesarkan anak-anak mengajari mereka berbuat kebaikan juga merupakan ibadah.  Mengisi hidup dengan ibadah merupakan pilihan yang tepat dengan harapan akan memperoleh surga di dunia dan surga di akhirat. Apakah surga di dunia itu? Manakala kita bisa menikmati kehidupan dengan penuh rasa kesyukuran, dengan terpenuhinya kebutuhan dari hasil usaha dan kerja yang menghasilkan  rizqi barakah, mempunyai bekal dalam beribadah kepada Allah. Dan apakah surga akhirat itu? Yaitu saat kita melangkahkan kaki masuk ke dalam surga yang di dalamnyaterdapat keindahan yang belum pernah kita lihat belum pernah kita dengar, surga yang penuh dengan kehijauan dan dibawahnya mengalir sungai-sungai. Dan keindahan yang paling utama saat kita memperoleh kenikmatan berjumpa dan melihat Allah secara langsung. Semoga kita diberikan kemampuan untuk memperoleh itu semua. 

Allahumma Amien.

 ------------------------------------------------------------------------------------------------
Disarikan dari Kitab Khuluqul Muslim karya Muhammad Al Ghazali

0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Press Release Distribution