Kamis, 08 November 2012

Menjadi Seorang Pendengar yang Baik

Jadilah Seorang Pendengar Yang Baik

Komunikasi yang baik ditandai oleh keterbukaan kedua belah pihak dari pasangan dalam menyampaikan pendapat dan perasaan masing-masing. Meskipun demikian, bukan berarti kita asyik dengan cerita sendiri lalu melupakan cerita atau keluhan pasangan. Hal terbaik yang sering dilupakan oleh para pasangan adalah menunjukkan perhatian (paying attention) dengan menjadi seorang pendengar yang baik.


“Tanpa ada kesediaan mendengarkan, pasti akan muncul beragam masalah dalam hubungan Anda,” demikian disampaikan psikolog UI, Adriana S. Ginanjar. Idealnya saat berperan sebagai pendengar, kita melakukannya dengan penuh empati. Memberikan perhatian secara penuh dan mencoba memahami sudut pandang dan perasaan pasangan. Sebagaimana dijelaskan lebih lanjut oleh Adriana, beberapa ganjalan sering terjadi saat menjadi pendengar bagi pasangan kita. 

 Ganjalan-gankalan tersebut antara lain:

Suka Membanding-bandingkan
Saat pasangan dirundung sedih karena suatu peristiwa, kita tidak perlu menimpali dengan kisah yang dialami oleh kita sendiri yang kebetulan serupa, lebih-lebih dengan kisah orang lain. Si dia sedang terpuruk karena usahanya bangkrut jangan terus ditimpali oleh cerita tentang temanmu yang sukses mendulang untung dalam bisnis serupa.

Tidak Sabar
Ketika si dia menangis tersedu-sedu karena peristiwa tragis yang dihadapinya, jangan sekali-kali berkata, “Sudahlah, jangan terlalu dipikirkan. Anggap saja angin lalu.” Kesan yang akan ditangkap oleh si dia seakan kamu mengentengkan persoalan yang tengah dihadapinya. Bersabarlah menghadapinya. Dengarkan saja apa yang sedang dikeluhkannya.

Terlalu Cepat Menyimpulkan
Seringkali si dia belum selesai dengan segala isi curhatnya, kamu sudah langsung menyambar dengan berjibun nasihat. Padahal, belum tentu dia memerlukan nasihat kamu. Kemungkinan si dia telah memiliki solusi yang akan ditempuhnya. Yang diperlukannya hanyalah kesediaanmu untuk mendengarkan segala unek-uneknya supaya merasa lega. Jangan terlalu cepat membuat kesimpulan sebelum dirinya selesai menumpahkan segala hal yang mengganjal hatinya.

Terlalu Banyak Bertanya
Ketika si dia dalam kondisi sedih atau tertekan oleh perasaan yang tidak mengenakkan, mungkin cerita yang disampaikan kepadamu alurnya tidak runut, bahkan sering melompat ke sana dan kemari. Efeknya kamu jadi bingung dan merasa tidak jelas dengan apa yang dicurhatkannya itu. Lantas kamu bolak-balik bertanya kepadanya. Dengan sejumlah pertanyan yang kamu lontarkan itu, jangan harap kamu akan mendapat respons positif darinya. Dia malah merasa terganggu dengan pertanyaan-pertanyaan bodoh itu. Oleh sebab itu, biarkan saja dia bercerita sekalipun alurnya melompat-lompat. Biarkan juga dirimu berada dalam kondisi penuh ketidakmengertian. Dia hanya perlu seorang pendengar. Kalau kamu banyak bertanya, ia akan menangkap kesan seolah-olah kamu tidak mau mendengarkan, tidak peduli terhadap dirinya. 

0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Press Release Distribution