Siapakah Syaikh Abdul Qadir Al Jailani ?
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh..
Syaikh Abdul Qadir Al Jailani adalah seorang ‘alim di Baghdad yang
lahir pada tahun 490/471 H di kota Jailan atau disebut
juga Kailan. Sehingga di akhir nama beliau ditambahkan
kata Al Jailani atau Al Kailani atau juga Al Jiliy.
Pada
usia yang masih muda beliau telah merantau ke Baghdad dan meninggalkan
tanah kelahirannya. Di sana beliau belajar kepada
beberapa orang ulama seperti Ibnu Aqil, Abul Khatthath,
Abul Husein Al Farra’ dan juga Abu Sa’ad Al Mukharrimi
sehingga mampu menguasai ilmu-ilmu ushul dan juga
perbedaan-perbedaan pendapat para ulama. Beliau seorang Imam bermadzhab
Hambali. Menjadi guru besar madzhab ini pada masa hidup
beliau. Beliau adalah seorang alim yang beraqidah ahlus
sunnah mengikuti jalan Salafush Shalih. Dikenal banyak memiliki
karamah-karamah. Tetapi banyak pula orang yang membuat-buat
kedustaan atas nama beliau. Kedustaan itu baik berupa
kisah-kisah, perkataan-perkataan, ajaran-ajaran,
“thariqah” yang berbeda dengan jalan Rasulullah
shallallaahu ‘alaihi wa sallam, para sahabatnya dan lainnya. Beliau
Wafat pada hari Sabtu malam, setelah maghrib, pada tanggal
9 Rabi’ul Akhir tahun 561 H di daerah Babul Azaj.
Syaikh abdul Qadir adalah seorang ‘alim. Beraqidah Ahlu Sunnah (
bukan sufi ), mengikuti jalan Salafush Shalih . Dikenal banyak memiliki
karamah-karamah. Tetapi banyak (pula) orang yang membuat-buat
kedustaan atas nama beliau. Kedustaan itu baik berupa kisah-kisah,
perkataan-perkataan, ajaran-ajaran, “thariqah” yang berbeda dengan
jalan Rasulullah, para sahabatnya, dan lainnya. Diantara perkataan Imam
Ibnu Rajab ialah, “Syeikh Abdul Qadir Al Jailani adalah seorang yang
diagungkan pada masanya. Diagungkan oleh banyak para syeikh, baik
‘ulama dan para ahli zuhud”.
Imam Ibnu Rajab berkata, “Beliau banyak memiliki keutamaan dan
karamah. Tetapi ada seorang yang bernama Al Muqri’ Abul Hasan Asy
Syathnufi Al Mishri (orang Mesir) mengumpulkan kisah-kisah dan
keutamaan-keutamaan Syeikh Abdul Qadir Al Jailani dalam tiga jilid
kitab. Dia telah menulis perkara-perkara yang aneh dan besar
(kebohongannya). Cukuplah seorang itu berdusta, jika dia menceritakan
segala yang dia dengar.Aku telah melihat sebagian kitab ini, tetapi
hatiku tidak tentram untuk berpegang dengannya, sehingga aku
meriwayatkan apa yang ada di dalamnya. Kecuali kisah-kisah yang telah
mansyhur dan terkenal dari selain kitab ini. Karena kitab ini banyak
berisi riwayat dari orang-orang yang tidak dikenal. Juga terdapat
perkara-perkara yang jauh (dari agama dan akal), kesesatan-kesesatan,
dakwaan-dakwaan dan perkataan yang batil tidak berbatas. Semua itu
tidak pantas dinisbatkan kepada Syeikh Abdul Qadir Al Jailani
rahimahullah. Kemudian aku dapatkan bahwa Al Kamal Ja’far Al Adfwi
telah menyebutkan, bahwa Asy Syath-nufi sendiri tertuduh berdusta atas
kisah-kisah yang diriwayatkannya dalam kitab ini.”
Inilah tentang beliau secara ringkas. Seorang ‘alim Salafi, Sunni,
tetapi banyak orang yang menyanjung dan membuat kedustaan atas nama
beliau. Sedangkan beliau berlepas diri dari semua kebohongan itu.
Wallahu a’lam bishshawwab.
Kesimpulannya beliau adalah seorang ulama besar. Apabila sekarang
ini banyak kaum muslimin menyanjung-nyanjungnya dan mencintainya, maka
suatu kewajaran. Bahkan suatu keharusan. Akan tetapi kalau
meninggi-ninggikan derajat beliau di atas Rasulullah Shalallahhu
‘alaihi wassalam, maka hal ini merupakan kekeliruan. Karena Rasulullah
Shalallahhu ‘alaihi wassalam adalah rasul yang paling mulia diantara
para nabi dan rasul. Derajatnya tidak akan terkalahkan di sisi Allah
oleh manusia manapun.
Adapun sebagian kaum muslimin yang menjadikan Syeikh Abdul Qadir Al
Jailani sebagai wasilah (perantara) dalam do’a mereka. Berkeyakinan
bahwa do’a seseorang tidak akan dikabulkan oleh Allah, kecuali dengan
perantaranya. Ini juga merupakan kesesatan. Menjadikan orang yang
meninggal sebagai perantara, maka tidak ada syari’atnya dan ini
diharamkan. Apalagi kalau ada orang yang berdo’a kepada beliau. Ini
adalah sebuah kesyirikan besar. Sebab do’a merupakan salah satu bentuk
ibadah yang tidak diberikan kepada selain Allah. Allah melarang
mahluknya berdo’a kepada selain Allah, “Dan sesungguhnya mesjid-mesjid
itu adalah kepunyaan Allah. Maka janganlah kamu menyembah seseorang pun
di dalamnya Disamping (menyembah) Allah.” (QS.Al-Jin:18)
0 komentar:
Posting Komentar